Mohon tunggu...
Jarot Dikitobo
Jarot Dikitobo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Gelandangan bodok

Berhasil tidak dipuji, gagal dicaci maki, hilang tidak dicari, mati tidak diakui.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Dear Para Ketua Cabang dan Wilayah, Mampukan Anda Menjadi Pemain yang Mahal di Laga PMII yang Bergengsi?

21 November 2022   05:52 Diperbarui: 21 November 2022   07:29 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti kata Aan Mansur, aku senang berada di antara orang-orang yang sedang patah hati, mereka tidak banyak bicara, jujur dan berbahaya. Mereka tahu apa yang mereka cari. Mereka tahu dari diri mereka ada yang telah dicuri.

Satu keberuntungan bagi yang berlaga di ajang nasional, saya harus jujur kalau agenda besar PMII seperti kongres maupun muspimnas belum pernah saya ikut. memang pengen sekali menjadi pemain di laga ini.

Meski belum pernah menjadi peserta yang di berangkatkan saya paham kalau dua laga ini yang saya cari hanya pengetahuan. Seperti kongres. kalau mau belajar, jadi saja pemain di luar tribun jangan di dalam, rupanya sesuatu yang berkaitan dengan dalam itu terasa sensitif, seperti orang dalam, tenaga dalam, apa lagi buang dalam, waduh, ini lebih berbahaya.

Dua laga PMII ini menarik jika disimak. Meski dalam arena pertarungan maupun pembahasan gagasan tidak butuh penalaran yang jauh, seperti jauhnya dari HALTIM ke HALUT, ini juga terlalu dekat, maksud saya pikiran adalah sesuatu yang luas. Menurut filsafat tidak ada batasnya.

Ketika ada sekat yang memisah, siapa yang harus bertanggung jawab atas kesalahan PARADIGMA PRODUKTIF ALA GUS ABE MENJADI PARADIGMA MENGGIRING BOLA.? Ingat, ini moment piala dunia, wacananya mono vers, kalau Brazil menang argen mau apa, kalau argen menang ini bahaya karena bang Dodo lebih ngambek dari kesalahannya di MU, apalagi di sana ada Messi lebih ngambek lagi. Itulah kenapa, sangat beruntungnya kita yang di NU bukan MU, hmmmmm.

Setahu saya kalau mau mendesak PB agar kader-kader PMII merebut wasit dan linesmen maka harus menggunakan PARADIGMA MENGGIRING ARUS, karena konsep kader multi level strategis yang di gagas sahabat Hery jelas, tapi yang pergi ini baca dan pelajari paradigma atau tidak,,, ohhh, itu bukan urusan saya karena mereka pimpinan politik bukan hanya jiwa pemain tapi PELATIH.

Tapi mengapa yang mewakili laga ini, seperti AC Milan yang kala di Scudetto tapi tetap berlaga di Champions, seperti Golkar, meski Soeharto sudah tumbang tapi tetap saja masih bandel menjejaki pemilu. Ternyata setiap musim panas, pada bursa transfer pemainnya beda tapi wataknya sama. Lah,, kok bisa.?

Sedikit salah perhitungan dengan formasi 4 3 2 bisa kebobolan, padahal formasi itu kalau di jumlahkan sama dengan 9, ini angka yang sakral, 9 thesis marhaen, 9 nilai gusdur, 9 nilai dasar mukadimah NU, 9 wali. 

Nah termasuk, 9 bintang juga.!!!

Tapi apakah semua itu dipelajari sebagai dasar atau semacam panduan untuk pemain yang is the best, sekali tendang langsung gol...!!! apakah ini juga bukan urusan saya.? Tidak ini urusan kita semua, kenapa begitu.? Ya KOPRI kita yang sudah melibatkan diri berjuang sahkan RUU-TPKS itu buat apa, kalau materi KEKOPRIAN mau dihapus, lalu perjuangan itu buat siapa, buat Puan.? Jangan dong, buat saja aku dan dia bahagia di atas duka dan derita, PERGERAKAN ini.

Cukup jadi komentator atau cadangan mati yang setengah mati. Karena memang ingin menjadi pemain tidak enak lagi. Berhadapan dengan pemain yang hidup seperti Nagita di saat ultah dihadiahi kado mesin ATM oleh Rafi, ahhh Sultan mah bebas.

Orang kayak kau ini bisa apa.????

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun