Di scene-scene selanjutnya, satu persatu kebenaran muncul ke permukaan. Dan identitas 'monster' yang sebenarnya pun akhirnya terungkap.
TIGA BABAK, TIGA PERSPEKTIF
Koreeda bukanlah orang pertama yang mengutak-atik alur dan struktur cerita dalam sebuah film. Oleh karenanya penggunaan tiga babak dengan tiga perspektif bukanlah sesuatu yang baru.
Yang paling dekat dengan gaya bercerita Koreeda dalam Monster adalah Christopher Nolan sewaktu menggarap Dunkirk (2018). Dalam Dunkirk, Nolan membagi struktur cerita menjadi tiga bagian untuk menggambarkan perspektif yang terjadi di Darat, Laut, dan Udara.Â
Ketiga perspektif tersebut berada dalam timeline yang berdekatan untuk menggambarkan ketegangan yang terjadi dalam proses evakuasi tentara Sekutu yang terdesak ke pantai Dunkirk akibat serbuan tentara Jerman.
Selain dalam Dunkirk, main-main struktur cerita juga bisa dilihat pada masterpiece milik Quentin Tarantino dalam filmnya berjudul Pulp Fiction. Utak-atik yang dilakukan Tarantino dalam Pulp Fiction bahkan lebih gila.
Alur waktu yang digunakan dalam Pulp Fiction tidak linear (atau tidak berurutan) dan menggunakan banyak perspektif. Sama seperti di Monster, masing-masing perspektif dalam Pulp Fiction punya jagoan atau porosnya sendiri.Â
Meski punya alur yang membingungkan dan berisiko bikin penonton hilang fokus, Pulp Fiction berpegangan pada seutas benang merah yang menghubungkan semua perspektif di dalamnya.
Namun dalam Dunkirk dan Pulp Fiction penggunaan perspektif yang berbeda, menjadikan kedua film tersebut layaknya sebuah cerita panjang yang tersusun dari beberapa cerita pendek, namun dihubungkan oleh seutas benang merah yang saling mengikat.
Hal berbeda terjadi dengan penggunaan tiga babak dengan tiga perspektif dalam Monster. Entah kenapa pilihan gaya bercerita yang dipilih Koreeda tersebut tidak menjadikan Monster sebagai film yang tersusun dari deretan cerita pendek. Koreeda menggunakan gaya bercerita semacam untuk menyimpan misteri atau menyembunyikan kebenaran yang baru penonton ketahui di babak ketiga sekaligus terakhir.
Akibat adanya misteri tersebut yang hadir (utamanya di dua babak awal), prasangka antar tokoh pun muncul. Hal inilah yang kemudian membuat dua tokoh (Saori dan Pak Hori) terperangkap dalam prasangkanya sendiri.