Mohon tunggu...
Shofyan Kurniawan
Shofyan Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Arek Suroboyo

Lahir dan besar di Surabaya. Suka baca apa pun. Suka menulis apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas": Seperti Truk Kelebihan Muatan

11 Desember 2021   07:14 Diperbarui: 11 Desember 2021   08:59 1577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: ig @palarifilms

Selain isu soal kejantanan, film ini juga mengangkat isu pelecehan seksual pada perempuan juga feminisme. Lewat Iteung, film ini ingin mengatakan bahwa perempuan juga bisa setara dengan lelaki, tak selamanya pasif.

Masih ada isu-isu lainnya. Misalnya, isu penyalahgunaan kekuasaan seperti yang dilakukan dua polisi dan Paman Gembul. Juga soal penembak misterius yang lagi gencar-gencarnya di era itu.

Adaptasi Novel

Film ini merupakan adaptasi novel karya Eka Kurniawan dengan judul yang sama. Bahkan di sini Eka ikut andil dalam penulisan skenarionya. Ini bukan kali pertama Edwin, selaku sutradara, membuat film dari adaptasi novel. Sebelumnya ada "Aruna dan Lidahnya" yang juga diadaptasi dari novel.

Namun dibandingkan dengan film "Aruna dan Lidahnya", bahkan film-filmnya sebelumnya, film ini serasa bukan film Edwin. Bagi yang gemar menikmati karya dari Edwin, tentunya bakal menyadari ada ciri khasnya yang hilang di sini.

Edwin di sini, seperti hanya sedang menyalin adegan-adegan yang ada di novel, lalu menaruhnya begitu saja di filmnya tanpa mengutak-atiknya lagi. Tidak ada terobosan layaknya yang terjadi di film "Aruna dan Lidahnya", dengan pendobrakan dinding keempat, misalnya. Bahkan dari segi cerita pun, tak ada yang diperbarui, tak ada yang segar. Semua nyaris sama dengan novelnya. Saya mencurigai andilnya Eka di sini membuat Edwin tak leluasa mengutak-atik cerita berdasarkan interpretasinya.

Hal ini diperburuk dengan perpindahan adegan yang kelewat cepat sehingga banyak 'perasaan' di film ini tak sampai ke penonton, hanya sekadar di permukaan belaka. Maka tak heran, saya tak dapat bersimpati dengan keputusasaan Ajo Kawir atas burungnya; tidak pula pada trauma Iteung yang pernah jadi korban pelecehan seksual; bahkan ketika Iteung ketahuan hamil dengan Budi Baik pun, saya tak bisa merasakan perasaan terkhianati dari Ajo Kawir. Semua serbananggung.

Yang amat saya sesalkan juga adalah pasifnya karakter Si Tokek, sahabat Ajo Kawir. Sebagaimana Iteung, Si Tokek juga punya andil bagi hidup Ajo. Pada malam jahanam, Si Tokek-lah yang mengajak Ajo mengintip Rona Merah mandi dan diperkosa. Di novelnya, Si Tokek digambarkan telah bersumpah tak mau bercinta dengan perempuan sebelum 'burung' Ajo bisa sembuh, sebagai permintaan maafnya pada Ajo. Si Tokek pulalah yang menemani Ajo saat berkelahi. Sayangnya di sini Si Tokek hanya sebagai kawan curhat Ajo belaka, dan lagi-lagi tak kelihatan mereka bersahabat erat di sini. Edwin hanya seperti bilang ke penonton, "Ini loh Si Tokek, kawan karib Ajo."

Sebelum film ini tayang, jauh-jauh hari saya membayangkan, film ini bakal dibentuk layaknya film Nobody karya Derek Kolstad. Saya membayangkan Ajo yang juga menghadapi maskulinitas beracun layaknya Hutch Mansell, meski dengan cara yang berbeda, menampilkan perkelahian yang juga seru. Sialnya, hanya perkelahian Iteung dan Ajo saja yang bisa dianggap sebagai perkelahian, sisanya sama membosankan dan tak bermaknanya layaknya balapan truk yang dilakukan Mono Ompong.

Mungkin lantaran banyaknya isu yang ingin dijejalkan dalam film ini, juga dengan banyaknya karakter di dalamnya, membuat Edwin kesulitan menemukan fokus utama film ini.

Meski bukan film terbaik dari Edwin, film ini masih layak tonton. Suasana era 80-an, betulan terasa dan makin diperkuat dengan dialog baku seperti yang bisa kita jumpai di film-film lawas Indonesia. Humor-humor gelapnya juga beberapa kena sasaran. Selamat menonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun