Mohon tunggu...
Shofyan Kurniawan
Shofyan Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Arek Suroboyo

Lahir dan besar di Surabaya. Suka baca apa pun. Suka menulis apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "Quiet Place 2": Seru dan Tegang, tapi ...

2 Juni 2021   05:54 Diperbarui: 2 Juni 2021   06:00 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tahun 2018 silam Quiet Place hadir sebagai film yang menawarkan sesuatu yang berbeda. Film itu hadir dengan keheningan yang kuat sehingga bunyi embus napas pun seolah bisa terdengar.

Karena keheningan tersebut bunyi keras yang mendadak muncul sudah cukup membuat jantung para penonton bertabuh. Pola semacam ini sudah diperlihatkan sejak di scene awal dan langsung menghasilkan satu korban, sebagaimana film horor pada umumnya dimulai. Ya, selalu ada korban pertama.

Pola yang dengan tekun dijaga itu berhasil merampok perhatian penonton secara besar-besaran. Penonton film ini jelas membeludak, orang-orang pergi ke bioskop untuk menontonnya, untuk merasakan kekagetannya.

Selain menjual kekagetan, film ini sebenarnya juga menjual kekhawatiran. Di awal film penonton sudah diberitahu apa akibatnya menciptakan bunyi sekecil apa pun; alien yang sangat peka dengan suara akan berlari mengejar dan memangsa. Maka ketika para aktor berpotensi membikin bebunyian, penonton bakal langsung ditikam kekhawatiran, seraya sesekali mengumpat: "Duh, hati-hati dong."

Beberapa kritikus pun mengatakan bahwa film ini seolah ingin menggambarkan terenggutnya kebebasan bicara. Saya berpikir itu kelewat berlebihan, menganggapnya sebagai dua hal berbeda yang dicari-cari titik temunya. Dan di sekuelnya ini, saya rasa anggapan saya tak meleset.

Keheningan yang Hilang

Di film pertamanya, akhir cerita seolah menunjukkan bahwa film ini akan selesai di situ. Sang ayah berhasil menemukan peralatan yang bisa mengganggu para alien yang hanya mengandalkan indera pendengaran. Beberapa alien yang berhasil diundang pun bisa dibunuh dengan mudah. Film itu tuntas dengan diperlihatkannya bangkai alien yang isi kepalanya berhamburan di lantai.

Namun sebagaimana film laris lainnya, Hollywood akan mencari cara untuk membuatkan sekuelnya. Tujuannya jelas, untuk menarik perhatian penonton memanfaatkan ketenaran film prekuelnya. Tak sulit mencari contohnya. Fast Furious, misalnya, yang terus dieksploitasi sedemikian rupa hingga meninggalkan jati dirinya sebagai film balapan liar. Dan inilah yang terjadi pada Quiet Place.

Kau boleh saja bergembira dengan kehadiran sekuel film ini. Tapi sejujurnya saya sedih. Saya berharap hanya ada satu A Quiet Place tanpa ada embel-embel 2 atau bahkan 3.

Memang benar, pola lamanya masih dipertahankan di sini, tapi sentuhannya seperti banyak berkurang.

Di sekuelnya ini, si alien tak lagi malu-malu seperti di film sebelumnya, mereka lebih sering menampakkan diri, dan menebar teror layaknya film franchise Alien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun