Begitu juga pemilihan Mads Mikkelsen sebagai villain di sini. Wajahnya yang dingin dan nada suaranya dalam dan menusuk itu mampu menggambarkan sosok walikota jahat yang menyimpan banyak rahasia. Bisa dibilang, pemilihan ketiga aktor tersebut untuk mengisi tiga slot karakter utama di sini, sangat tepat.
Meski tergolong jenis film thriller yang penuh dengan ketegangan, selipan-selipan komedi di dalamnya mampu membantu kita untuk mengambil napas sejenak sebelum melompat ke ketegangan selanjutnya. Pemanfaatan The Noise dalam hal ini sangat berpengaruh. Nurani milik Todd yang tak pernah lepas memikirkan Viola mampu membuat kita tergelitik.
Semua itu dihadirkan lewat gambar-gambar yang memukau. Bagi yang sudah pernah menonton Edge of Tomorrow, bakal merasakan nuansa yang kurang lebih sama di film ini. Â Tak mengherankan, mengingat kedua film tersebut memang berada di bawah arahan sutradara yang sama, Doug Liman.
Namun film ini memang cukup klise. Tidak banyak yang ditawarkannya, selain aksi kejar-kejaran, menghabisi musuh, dan beberapa hal yang saya sebutkan di atas. Ceritanya tak cukup otentik dan segar dan kita dengan mudah bisa melupakannya setelah menonton, meski konsep soal The Noise sebenarnya sangat unik. Sayangnya, konsep The Noise di sini tak dikembangkan dengan baik untuk menciptakan konflik. Ia tak bergabung ke dalam inti cerita melainkan hanya menggantung di tepiannya, sekadar pemanis. Ya, memang di akhir, rahasia besar itu dikatakan berkaitan dengan The Noise. Tapi apakah segitu cukup?
Meski dengan kekurangan-kekurangannya tersebut, film ini masihlah sangat layak ditonton. Film ini sangat cocok untuk kamu yang sekadar cari hiburan yang gak perlu kebanyakan mikir. Selamat menonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H