Mohon tunggu...
Shofyan Kurniawan
Shofyan Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Arek Suroboyo

Lahir dan besar di Surabaya. Suka baca apa pun. Suka menulis apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

The Conquest of Happiness: Obat Bagi Ketidakbahagiaan ala Bertrand Russell

4 April 2021   14:52 Diperbarui: 4 April 2021   15:07 2077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

15. Takut pada pendapat orang banyak menghambat pertumbuhan

Jika di bagian pertama bisa dianggap sebagai gejala penyakit beserta obatnya, di bagian kedua yang berjudul: Penyebab Kebahagiaan, bisa kita anggap sebagai vitamin yang semakin menambah kebugaran tubuh kita. Di bagian ini, Russell menyebutkan beberapa bantuan dari luar diri kita yang mampu mendatangkan kebahagiaan.

Seperti halnya di bagian pertama, pada bagian kedua ini Russel juga menggunakan narasi yang sederhana dan tetap dibarengi dengan pemilihan sudut pandang yang kaya. 

Dari beberapa bantuan dari luar yang disebutkan oleh Russell, saya betulan mendapat pencerahan. Apa yang dulu saya kira kurang baik, ternyata sebetulnya bermanfaat untuk menambah kebahagiaan bahkan penyelamat dari ketidakbahagiaan. Misalnya, soal minat yang luas. Dulu saya mengira, semakin sedikit minat kita pada sesuatu, itu akan memudahkan kita fokus pada minat yang kita pilih. 

Nyatanya, Russell menyarankan sebaliknya. Russell menyarankan kita untuk memiliki minat yang luas. Tentu ada alasan di baliknya: semua demi memberi jeda pada diri kita dari minat utama yang kita tekuni, demi menghindarkan kita dari ketidakbahagiaan tatkala minat utama kita mulai menimbulkan rasa lelah.

Russell kemudian menyimpulkan semua pembahasannya di bab terakhir. Ia memulai kesimpulannya dengan kalimat berikut,

"Kebahagiaan, sebagaimana, terbukti, sebagiannya dipengaruhi oleh keadaan di luar diri kita dan sebagian lagi bergantung pada diri sendiri."

Russell lalu menutup bab tersebut dengan kalimat yang secara tak langsung membuat kita tergugah untuk menemukan kebahagiaan. Berikut ini kalimat yang dituangkannya,

"Orang seperti itu (bahagia) merasa dirinya sebagai warga alam semesta, menikmati peristiwa-peristiwa yang disajikannya dan kesenangan yang diberikannya, tidak bermasalah dengan pikiran tentang kematian karena dia merasa tidak benar-benar terpisah dari orang-orang yang hidup setelahnya. Dalam perasaan menyatu dengan arus kehidupan seperti itulah, kesenangan terbesar dapat dirasakan."

Jadi, apakah Anda berminat menemukan kebahagiaan ala Russell? Jika iya, mulailah berkunjung ke toko buku terdekat dan belilah buku ini, lalu baca dengan saksama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun