Dalam perkembangannya, istilah wirid maknanya melebar menjadi amalan rutin seseorang (bacaan dzikir, shalat sunat, menderas Al-Qur'an dan mengajarkannya, puasa, merawat masjid, sedekah, dan lain-lain). Namun, biasanya yang disebut wirid atau wiridan, lazim tetap mengacu kepada bacaan dzikir yang terus menerus diamalkan.Â
Sementara itu, wiridan sepekan atau yang bukan mengikuti shalat fardu, biasanya  dikenal dengan ratib, seperti Ratib al-Haddad, Ratib Al-Attas, Ratib Syaikhona Kholil, dan lainnya ataupun Hizib seperti Hizb Nashr, Hizb Bahr, Hizb Sakron, Hizb Khafi dan sebagainya. Yang terakhir disebut, hizib, dalam perkembangan maknanya menciut pada sekumpulan ayat, kalimah tayibah, doa-doa yang dibaca dalam situasi, cara, dan tujuan tertentu di bawah bimbingan, ijazah dan 'supervisi' kiai.
Pada kesempatan yang sangat mulia ini, yaitu malam Hari Raya (Idul Fitri atau Idul Adha), dikutip dari laman Facebook "Fakhrillah Aschal", beliau adalah Pengasuh Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan Madura menyebar luaskan Amalan (wiridan) khusus malam Idul Fitri dan malam Idul Adha.
Beliau menjelaskan bahwa amalan tersebut merupakan ijazah dari Almarhum KH. Ahmad Nawawi bin KH. Abdul Jalil Sidogiri.
Manfaat atau khasiat dari amalan tersebut adalah barang siapa yang membaca amalan ini di malam hari raya Idul Fitri, maka Allah SWT akan menjaga rizqinya sampai hari raya idul adha.
Dan barang siapa yang membacanya pada malam hari raya Idul Adha, maka Allah SWT juga akan menjaga rizqinya sampai hari raya idul Fitri.
Beliau mempersilahkan untuk diamalkan bagi siapa saja yang mau mengamalkannya. Barakallahu Fikum.
Berikut ini bacaannya:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H