Disini, perayaan Imlek diwarnai dengan pertunjukan budaya dari beberapa etnis, seperti Melayu, dan Batak.
- Semarang, Jateng
Klenteng Sam Poo Kong di Semarang menjadi pusat perayaan Imlek yang tidak hanya dibuka untuk orang2 Tionghoa, tetapi juga untuk masyarakat umum. Disini juga sering dimeriahkan dengan kesenian daerah lainnya seperti tari tradisional dan reog.
- Surabaya, Jatim
Pawai Imlek di Surabaya biasanya tidak hanya menampilkan barongsai dan liong, tetapi juga menggabungkan seni pertunjukan lokal seperti tari remo, menciptakan perpaduan budaya yang unik.
Selain itu, budaya lokal juga turut mempengaruhi Imlek melalui makanannya. Makanan khas Imlek adalah kue keranjang. Tetapi, di berbagai daerah, masakan lokal juga turut disajikan saat perayaan Imlek. Di Jawa misalnya, hidangan seperti opor ayam sering kali disertakan dalam jamuan Imlek sebagai hasil perpaduan tradisi Tionghoa dengan budaya Jawa. Sementara iu, di daerah seperti Solo dan Yogyakarta, pertunjukan gamelan atau wayang kulit kadang disertakan pada bagian dari perayaan Imlek. Hal ini menunjukkan adaptasi tradisi Tionghoa dengan seni lokal yang menambah keunikan perayaan tersebut
Adanya elemen lokal dalam perayaan Imlek menunjukkan bahwa multikulturalisme tidak hanya sekedar keberadaan budaya yang beragam. Tetapi juga bagaimana budaya-budaya tersebut saling memengaruhi dan memperkaya satu sama lain. Interaksi budaya yang tercermin dalam perayaan Imlek menjadi bukti bahwa keberagaman adalah kekuatan dalam membangun masyarakat yang harmonis. Imlek mampu menciptakan momen kebersamaan yang menguatkan hubungan sosial lintas komunitas, serta mencerminkan pentingnya toleransi dalam masyarakat yang beragam.
KesimpulanÂ
Perayaan Imlek di Indonesia tidak hanya sekadar acara perayaan bagi komunitas Tionghoa, tetapi juga merupakan cerminan dari harmonisnya multikulturalisme di tengah masyarakat Indonesia yang beragam. Dalam perjalanannya, Imlek mengalami transformasi signifikan. Dari masa pembatasan hingga akhirnya menjadi bagian dari identitas kebudayaan nasional Indonesia setelah diakui sebagai hari libur nasional pada tahun 2001. Hal ini menunjukkan bahwa Imlek tidak hanya menjadi milik satu etnis, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan penghargaan terhadap keberagaman budaya Indonesia.
Perayaan Imlek adalah tanda bahwa Indonesia sebagai negara multikultural tidak hanya berbicara tentang keberagaman, tetapi juga tentang bagaimana berbagai budaya dapat hidup berdampingan. Integrasi budaya lokal dalam perayaan Imlek di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan hal tersebut. Partisipasi masyarakat lintas budaya dalam kegiatan seperti pawai barongsai, pertunjukan seni, dan berbagai tradisi lainnya menunjukkan bahwa perayaan Imlek bukanlah sekadar perayaan internal komunitas Tionghoa, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan sosial yang lebih luas. Hal ini juga berperan dalam membantu memperkuat solidaritas sosial di masyarakat.
Referensi :
Julianto, E. N. (2015). Spirit Pluralisme dalam Klenteng Sam Po Kong Semarang. Jurnal The Messenger, 7(2), 36-41.
Koentjoroningrat, K. (1974). Mentalitas dan Pembangunan, PT. Gramedia, Jakarta.