Bayt al-Hikmah atau yang  disebut sebagai rumah kebijaksanaan merupakan lembaga intelektual yang didirikan pada masa kejayaan peradaban Islam. Lembaga ini pertama kali dibangun pada masa khalifah Al Mansur (754-775) dan pengaruhnya menjadi sangat besar saat dibawah kepemimpinan Khalifah Harun Al-Rasyid (765-809).
Bani Umayyah dan Abbasiyah adalah kekhalifahan Islam, dan mereka merasa bangga dengan gagasan bahwa mereka adalah umat pilihan Tuhan. Tetapi ketika mereka melihat kota-kota Persia dan sekitarnya, mereka tahu bahwa alat budaya mereka lebih sedikit daripada peradaban besar lainnya. Jadi mereka merasa terdorong untuk melakukan sesuatu: menyerap kebijaksanaan dan pengetahuan dari Babel, Mesir, Persia, dan Yunani, dan menjadikannya sebagai khazanah mereka sendiri.
Selama periode ini, ilmu numerik dari India dan kertas dari Cina mencapai Eropa melalui Timur Tengah. Bersama-sama, mereka memicu kebangkitan Eropa. Sarjana Eropa mengandalkan tulisan asli orang Arab dan sekutunya: Yahudi, Kristen, Zoroastrian, dan lain-lain.
Pengaruh terjemahan teks Arab ke dalam bahasa Latin di Eropa selama Abad Pertengahan dan kebangkitan Eropa sangat besar. Tulisan-tulisan Ibnu Rusyd (Averroes), Ibnu Sina (Avicenna), Al-Farabi, Ibnu Khaldun dan Al-Ghazali berhasil mengubah pemikiran filosofis dan ilmiah Eropa.
Patronase Al-Ma'mun
Dedikasi Al-Ma'mun untuk mengumpulkan teks dan memperluas gudang pengetahuan klasik membuatnya mendapat julukan "orang bijak dari Bagdad". Dari Andalusia hingga Cina, al-Ma'mun menerapkan dua strategi berbeda. Yang pertama adalah mengklaim gulungan langka  dan teks kuno sebagai rampasan perang.
Dengan demikian, lebih dari 800 karya sastra Yunani Kuno diperoleh berdasarkan ketentuan perjanjian damai yang ditandatangani dengan Kaisar Bizantium, Theophilus.
Yang kedua adalah mengirim utusan ke kaisar dan penguasa lain di seluruh kekaisaran untuk memfasilitasi pengumpulan manuskrip berharga, seperti risalah astronomi abad ke-2 oleh sarjana Yunani, yang bernama Ptolemy.
Priode Kemunduran dan Bangkitnya Eropa
Setelah kematian Al-Ma'mun, Bait al-Hikmah memasuki periode kemunduran secara perlahan seiring dengan serangan bangsa Mongol di bawah Hulagu Khan. Pada tahun 1258, tentara Mongol menyerbu kota Baghdad dan membuang begitu banyak manuskrip ke sungai Tigris sehingga air menjadi hitam karena tinta. Untungnya Nasir al-Din al-Tusi menyelamatkan beberapa ribu manuskrip dengan memindahkannya ke Observatorium Maragheh di Azerbaijan dan menjadi sumber refrensi dan inspirasi para ilmuwan dari Eropa pada masa kebangkitan Eropa.
Jadi, peran Bayt al-Hikmah dalam melestarikan, menerjemahkan, dan menstransmisikan pengetahuan dari berbagai budaya dan tradisi, khususnya naskah-naskah klasik Yunani, berdapampak besar pada perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran di Eropa selama era kebangkitan.