Seperti biasanya rewangan dikampung-kampung, orang-orang akan berkumpul saat malam sebelum pesta hajatan dimulai esok paginya.
Begitu juga yang dilakukan pakde Marno dan beberapa rekan sejawatnya.
Dengan ditemani kepingan kartu gaple dan kopi item, pakde Marno selaku pemegang rekor tidak terkalahkan dari tangkai perlombaan Gaple tingkat RW di desanya. Mengumpulkan beberapa orang untuk memainkan Gaple di depan panggung yang masih kosong, belum ada dek Santi yang akan mengisi kemeriahan hajatan di rumah Buk Tuti selaku tuan ruma. Sebagai artis papan panggung di desa tersebut, yang terkenal lewat tembang kebanggaan warga sekitar, yaitu "belaian sang maut".
Berkali-kali meja yang alasnya terbuat dari triplek itu menjerit-jerit kesakitan, karena di hajar terus oleh biji gaple yang semakin malam semakin memuncak emosinya. Mas Rudi selaku rekan tim dari padke Marno takhayal selalu memenangkan permainan tersebut, meskipun sebenarnya ia hanya menggunakan instingnya yang tajam dalam membuang kepingan gaple yang ia pegang. Namun karena kelihaian Pakde Marno dalam menghitung peluang kartu yang dipegang lawan-lawannya maka tidak heran kalau beliau tetap mampu memenangkan pertandingan sengit itu dengan sekor yang cukup memukau, III : 0.
Pada putaran ke-5, mas Sutar selaku lawan bertanding pakde Marno mulai brutal dalam bermain, lantas menyalahkan teman sejawatnya yang menjadi patner permainan yaitu mas Sutek.
"Bagaimana to mas, sampean ini bisa main apa ndak? Dari tadi kok kalah terus. Gitu ngakunya Runner-up kejuaraan Gaple Cup di kelurahan, kok ya tidak pernah dapet poin!"
Dengan muka musam mas Sutek menjawab
"Ya maaf mas, saya sedang banyak pikiran. Banyak problematika hidup yang mesti saya jalani untuk saat ini. Keadaan saya sekarang sedang terancam, mas."
"Problematika seperti apa to mas, kok sampai mengganggu konsentrasi sampean dalam laga yang sangat sengit ini. Sampean tentu tau to, pertandingan ini mempertaruhkan kredibilitas sampean sendiri didunia per-Gaplean di kelurahan ini."
"Gimana ya mas, permasalah ini sangat pelik sekali. semenjak Kang Pingul merantau ke Bekasi, sekarang kendali Pemerintahan diperkebunan milik Pakde Broto dikuasi oleh keponakannya yang menurut saya kurang kopeten dalam menjalankan roda pemerintahan, yaitu Samsul. Baru menjabat belum genap dua minggu saja, dia sudah melakukan Reshuffel kabinet dengan alasan yang tidak masuk diakal saya....! Sampean tau sendirikan bagaimana pengabdian saya selama hampir 4 tahun kepada Kang Pingul selaku penderes karet, saya nderes karet tidak pernah salah, saya berangkat jam 5 pagi dan tidak pernah telat sedetikpun. Dan dalam waktu 1 jam saja, saya sudah bisa menderes 75 batang. Keahlian saya dalam mengiris kulit batang karet sudah tidak diragukan lagi, karena jelas, hasil getah yang didapat tidak pernah mengecewakan. Namun, dengan alasan yang tidak jelas, tiba-tiba saya di mutasi dari kerjaan tersebut, dan dipindahkan menjadi tukang derep disawahnya, ditambah saya harus matun,ngluku, dan nggaru. Tentu ini merupakan kejahatan besar bagi kaum buruh seperti saya. Martabat saya sangat jatuh, mas.Â
Memang sih, terahir saya kerja saya melakukan kesalahan, saya menjual sebagian hasil deresan tersebut. Tapi hasil penjualan juga saya bagi kepada beberapa rekan saya kok, ndak saya makan sendiri. Itu bukan kesalah fatal menurut saya, itu biasa dilakukan oleh rekan-rekan lain dikabinet ini.
Dan semenjak kejadian itu, hampir semua kena getahnya. Dek Santi misalnya, sekarang dek Santi di Non-Job kan dari pekerjaan awalnya sebagai tukang tunggu manuk disawah. Tentu itu membuat dek Santi sangat terpukul sekali, pekerjaan nunggu manuk merupakan pekerjaan yang paling disenangi oleh dek Santi. Padahal saya tau benar, dalam menunggu manuk, dek Santi sangatlah pandai, dia mampu membuat para manuk-manuk yang akan menyerang sawah itu pergi kalang kabut hanya dengan menggoyang-goyangkan tali ditangannya keatas-kebawah. Dan hebatnya lagi, dek Santi mampu menjerat para manuk itu tanpa melukai sayapnya, dengan cara memasang jaring diatas sawah. tapi sayang, hanya karena dek Santi salah njerat manuk dia lantas di Non-Job kan oleh Samsul."
"lho....salah njerat manuk gimana maksutnya mas?" Tanya pakde Marno yang dari tadi mlongo saja mendengarkan penjelasan mas Sutar tentang porak-porandanya kabinet Broto.
"Ya salah njerat, dek Santi gak sengaja sebenarnya. Waktu itu setelah memasang jerat disawah, dek Santi rebahan di saung, dia tidak mengamati jaring yang ia pasang, nah...tanpa sadar manuknya Samsul yang lepas dari sangkarnya ikut kejerat juga oleh dek Santi, karena dirasa dek Santi telah menjerat manuknya Samsul ditempat umum, dan diketahui oleh beberapa mitra kerja yang lain, maka dengan alasan harga diri dek Santi di Non-jobkan. gitu lho..!!"
"lha apa ngga seharusnya Si Samsul itu bersyukur, karena manuknya masuk jeratannya dek Santi? Toh saya lihat juga dek Santi ketika mendapat hasil jeratannya ia merawat dengan baik manuk-manuk itu. Saya pernah mengetes kinerja dek santi dalam merawat para manuk yang terperangkap, yaitu dengan sengaja melepaskan manuk saya kearah jeratan dek Santi. Dan ketika manuk saya masuk kejeratan dek Santi, manuk saya tidak memberontak sama sekali, malah mbekur terus, dari situ saya yakin kalau manuknya Samsul pasti akan dirawat dengan baik, bahkan dimandikan oleh dek Santi dengan penuh rasa sayang dan mesra. Lah terus, sekarang dek Santi mau mengambil bagian apa dalam sistem ini, mas?" kata mas Sutar yang terpesona dengan cerita tersebut.
"Itu yang bikin saya penasaran juga. isu politik yang saya dengar-dengar belakangan ini dari beberapa mitra kerja saya dari kubu oposisi, malah membuat saya jadi tambah penasaran. Karena dengar-dengar sangksi yang dijatuhkan kepada dek Santi dan beberapa orang lain, termasuk saya itu. Hanyalah pengalihan isu saja. dan ternyata dari kabar yang saya dengar, sekarang dek Santi ditugaskan sebagai distributor utama mengirim hasil panen gabah ke Pasar pagi. Dan ada kabar yang lebih aneh lagi, dek Santi yang di Non-Job kan karena salah menjerat manuknya Samsul, justru sekarang tugaskan menjadi asisten pribadinya Samsul, dan tugasnya hanya nungguin manuknya Samsul agar tidak lepas dari sarangnya lagi. ini jelas tindakan yang tidak terpuji dari pimpinan, karena jelas, kalau cuma nungguin manuk saja, saya juga pinter."
Tiba-tiba dari arah panggung :
"oke...kita gladi dulu untuk pertunjukan besok,ya....3.2.1.....inilah dia artis yang kita tunggu-tungu selama ini, dek Santiiiiiiiiiiiiiiii"
dek santi naik ke atas panggung, dengan gaun merah bertabur bunga kamboja, daun ilalang, dan pohon alpukat ditengahnya mulai bernyanyi.
"baik buat para bintang tamu yang baru hadir, ini tembang lagu kesayangan kita semua, Belaian Sang Maut. hisaaaaapppp"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H