Setiap malam saya mengaji di sebuah pesantren. Saya mengaji tentu tidak sendiri, saya bersama beberapa teman-teman saya. Menurut pengamatan saya ada salah satu teman saya yang menarik perhatian jika dikaitkan dengan teori Charles Wright Mills yakni sosiologi imajinasi. Saya berpendapat demikian karena terdapat keterkaitan-keterkaitan antara kasus teman say aini dengan teori sosiologi imajinasi.
Menurut pengamatan saya teman saya ini apabila ada kegiatan seperti makan-makan, ziarah, liburan, ataupun olahraga teman saya ini jarang mengikuti. Sekalipun dipaksa tetap dianya tidak mau. Saya kira kenapa ternyata dia memiliki masalah finansial, dimana ia hanya dikasih uang saku yang cukup untuk bekalnya ketika bersekolah. Untuk kegiatan diluar persekolahan ia jarang mengikuti karena tidak memiliki uang yang cukup untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Dilain sisi kalau saya melihat dari konteks keluarganya bapak ibu dari teman saya ini juga semuanya bekerja, bahkan kakaknya saja juga sudah bekerja. Selain itu menurut pengalaman saya dari informasi teman-teman saya yang rumahnya dekat dengan dia, sepupu sepupunya itu termasuk ke golongan keluarga yang dianggap 'mampu' dalam masyarakat di desa tersebut. Akan tetapi bagaimana mungkin teman saya ini masih memiliki kesulitan dalam bidang finansial. Mungkin saja dalam dalam lingkup gaji nominal yang didapat oleh bapak, ibu, serta kaka teman saya ini masih pada range dibawah rata-rata pendapatan atau bahkan masih dibawah UMR. Dalam hal ini terdapat kesenjangan yang terjadi antara keluarga teman saya dengan sepupu-sepupunya. Perbedaan kondisi rumah, pendapatan keluarga, jenis kegiatan yang dilakukan menuai ciri-ciri kesenjangan yang tampak oleh mata. Menurut saya kasus teman saya diatas merupakan salah satu contoh dari kasus sosiologi imajinasi yang dikemukakan oleh Charles Wright Mills.
Saya mengenal teori sosiologi imajinasi dari buku The Sociological Imagination karya Charles Wright Mills.[1] Buku ini menjelaskan tentang teori sosiologi yakni sosiologi imajinasi yang digagas oleh Charles Wright Mills. Teori sosiologi imajinasi dapat diartikan sebagai kemampuan dalam memahami sejarah dan biografi beserta hubungannya dengan masyarakat. C. Wright Mills sendiri menulis imajinasi sosiologi untuk membedaan antara public issue dengan personal problem.[2] Imajinasi sosiologi tidak mengandalkan pemaknaan dalam realitas, justru sebaliknya. Imajinasi sosiologi memberi kita gambaran akan satu realitas tertentu sehingga dapat membuat kita mampu memahami satu fenomena tertentu bukan dari sudut pandang kejadian akan tetapi dari sudut pandang pelaku bagaimana satu fenomena dimaknai berdasarkan pelaku yang berperan dalam fenomena tersebut. Sosiologi imajinasi lahir dari kepribadian introvert Mills yang memandang masalah sosial berdasar sudut pandang pribadi atau individu. Mengkaji masalah-masalah sosial dengan pandangan berbeda dan lebih mendetail atau bisa disebut juga dengan kajian dalam lingkup mikro. Mills juga mengatakan bahwa masalah-masalah pribadi seperti pengangguran, kemisinan, kriminalitas, kesenjangan dengan kacamata sosiologi imajinasi bukan merupakan masalah perorangan (personal), melainkan masalah sosial (public) yang mana sudah seharusnya pemerintah ikut andil dalam mengatasi masalah-masalah diatas. Jika dipandang berdasarkan individu, pengangguran sangat mungkin terjadi dikarenakan kemalasan individu tertentu dalam mencari pekerjaan atau hal lain yang terkait dengan malas, akan tetapi beda lagi apabila tingkat pengangguran di suatu daerah sangat tinggi. Hal ini bukan lagi semata-mata permasalahan individu akan tetapi sudah merambah pada tingkat isu sosial dimana pihak yang berwajib ikut andil dalam mengatasi permasalahan tersebut. Teori sosiologi imajinasi Mills ini memberi dua sudut pandang yang berbeda dimana dengan masing-masing sudut pandang tentu menghasilkan efek atau pemaknaan yang berbeda pula.Â
Terlihat dalam kasus diatas bahwasannya kesenjangan terjadi antar individu dalam suatu kelompok sosial tertentu. Teman saya dalam ranah 'trah' ataupun bertetangga tersorot menjadi satu kelompok keluarga yang dianggap sebagai 'kurang mampu' jika dibandingkan dengan sepupu-sepupunya yang lain. Padahal sepupu-sepupunya hanya tinggal didaerah yang berdekatan atau bahkan bertetangga dengan teman saya ini. Memang dalam hal pekerjaan ataupun penghasilan merupakan satu bentuk persoalan pribadi, akan tetapi bagaimana jika upah yang dibayarkan dari perusahaan tertentu pada karyawannya justru malah lebih rendah dari UMR, dan hak-hak gaji lembur karyawan yang terkadang tidak dihitung?. Ditambah dengan pengamatan saya secara pribadi ayah dari teman saya ini seorang pekerja lepas. Ia bekerja ketika ada panggilan ataupun kontrak, jika tidak maka ayah teman saya ini hanya berada dirumah. Dari sudut pandang sosiologi imajinasi masalah yang terjadi bukan lagi dari individu yang tidak bekerja atau bagaimana tetapi lebih ditekankan pada aspek upah yang dibayarkan serta lowongan-lowongan pekerjaan yang disediakan. Dalam hal ini masalah terkait kesenjangan sosial yang terjadi pada teman saya bukan semata-mata masalah individu (personal problem) tetapi bisa dimaknai sebagai masalah sosial (public issue) yang seharusnya sudah meranah pada sistem sosial yang berlaku. Sosiologi imajinasi menjelaskan mengenai isu-isu masalah sosial seperti pada kasus diatas dengan pemaknaan pada sesuatu yang lebih mendetail dan bahkan menggunakan sudut pandang aktor sebagai pelaku dalam masalah sosial tersebut.
Teori sosiologi imajinasi diperkenalkan oleh Charles Wright Mills. Beliau merupakan seorang sosiolog Amerika kelahiran Waco, Texas pada 28 Agustus 1916. Beliau wafat di Nyack, New York, Amerika pada 20 Maret 1962 diusianya yang masih 45 tahun. Mills menerima gelar A.B. dan A.M. di Universitas Texas pada 1939 serta gelar Ph. D nya di Universitas Wisconsin pada 1941. Selain itu pada 1946 beliau bergabung di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Kolombia dan kemudian mempromosikan gagasan bahwa ilmuwan sosial tidak boleh hanya menjadi pengamat yang tidak tertarik dan terlibat dalam penelitian dan teori, tetapi juga menyatakan tanggung jawab sosial mereka. Mills juga merupakan orang yang memopulerkan teori Max Weber di Amerika bersama dengan Hans H. Gerth. Disamping itu beliau juga menerapkan teori Karl Mannheim tentang sosiologi pengetahuan pada pemikiran politik dan perilaku intelektualnya. Ibu dari C. Wright Mills sendiri merupakan seorang ibu rumah tangga, sedang ayah beliau seorang penjual asuransi. Karena itulah Mills seringkali bergerak dalam ranah lanskap Amerika yang mana mengacu pada kehidupan isolasi dengan beberapa hubungan yang rusak. Karya-karya Mills yang cukup popular diantaranya The Causes of World War III, The Power Elite, White Collar, dan yang paling penting dalam pembahasan ilmu sosial yaitu The Sociological Imagination.
Â
Referensi
Pratiwi P. H., & Hidayah N. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sosiologi Dengan Imajinasi Sosiologi. Jurnal Kependidikan: Penelitian Inovasi Pembelajaran, 46.1, 56--58. file:///C:/Users/ASUS/Downloads/139464-ID-pengembangan-perangkat-pembelajaran-sosi.pdf
Wright Mills, C. (1959). The Sociological Imagination. https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/33175607/Mills_Intell_Craft-libre.pdf?1394420671=&response-content-disposition=inline%3B+filename%3DTH
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H