K.H. Hasyim Asy'ari adalah pahalwan pergerakan nasional Indonesia. Beliau lahir di Tambakrejo, Jombang, Jawa Timur pada tanggal 14 Februari 1871. Beliau adalah pendiri dari organisasi Islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama. Beliau juga pendiri pondok pesantren Tebu Ireng yang memilik banyak santri.
Beliau adalah seseorang yang memiliki semangat yang tinggi untuk mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya. Pada masa kecilnya beliau dididik langsung oleh ayahnya Kiai Asy'ari dan kakeknya Kiai Usman hingga berumur 14 tahun. Setelah itu, beliau belajar ke beberapa pondok pesantren di Jawa. Bahkan pada tahun 1892 beliau melanjutkannya ke Mekah. Pada tahun 1899 K.H Hasyim Asy'ari mendirikan pondok pesantren Tebu Ireng yang merupakan pesantren terbesar di Jawa pada abad 20.
K.H Hasyim Asy'ari adalah sosok yang tegas dalam beraqidah. Apabila mendengar adzan berkumandang beliau langsung beranjak untuk melaksanakan sholat berjamaah, walaupun beliau dalam keadaan sakit. Bahkan pada saat kedudukan jepang beliau diperintah untuk menyembah matahari pada pagi hari namun beliau menolak dengan keras walaupun diancam dan disiksa oleh Tentara Jepang beliau tetap teguh pada Agama Islam.
Pada 31 Januari 1926, KH Hasyim Asy'ari dengan beberapa ulama mendirikan organisasi Nahdatul Ulama (NU). Hal ini dikarenakan situasi dunia Islam kala itu yang sedang dilanda pertentangan paham. NU menghadirkan agama islam dengan pemikiran lebih moderat sehingga membuat interaksi dan komunikasi dunia Islam menjadi lebih mudah.
Sebagai pemimpin organisasi Islam terbesar di Indonesia , Ir Soekarno meminta K,H Hasyim Asy'ari untuk memberikan fatwa apa hukumnya berperang dalam rangka membela tanah air . Hal yang sama juga dilakukan Mayor Jenderal TKR Mustopo, sebagai komandan sektor perlawanan Surabaya pada waktu itu, bersama Sungkono, Bung Tomo, dan tokoh-tokoh Jawa Timur menghadap KH Hasyim Asyari.Â
Intinya, para tokoh itu meminta fatwa untuk melakukan perang suci atau jihad dengan sasaran mengusir sekutu dan NICA yang dipimpin oleh Brigjen Mallaby di Surabaya. Hal ini didasari situasi Kota Surabaya pada waktu itu. Kemudian  K.H Hasyim Asy'ari mengumpulkan ulama ulama Jawa dan Madura untuk membahas hal ini.Â
Dalam pembahasan tersebut dihasilkannya Resolusi Jihad yang berisi bahwa perang melawan sekutu adalah perang yang suci atau jihad dan wajib bagi umat Islam dan khusunya untuk warga  Nahdliyyin dalam radius 94 km dari Surabaya untuk mengangkat senjata melawan penjajahan Belanda dan sekutunya yang ingin berkuasa kembali di Indonesia.
Beliau adalah sosok yang menginspirasi, beliau mengajarkan kita tentang bagaimana cara menempatkan agama dengan nasionalisme. Beliau menyatakan bahwa agama dan nasionalisme adalah dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme adalah bagian dari agama dan keduanya saling menguatkan. Hal ini terbukti saat Resolusi Jihad dikeluarkan rakyat surabaya rela berjuang mati matian karna mereka percaya bahwa mereka berjuang dijalan yang benar. Hal tersebut juga harus ditanamkan pada kita semua agar terhindar dari sikap radikalisme yang marak terjadi saat ini.
Tulisan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah bela negara
Nama : M. Ahnaf Hilman Saputra
NPT : 21210021