Sepak bola Indonesia memang saat ini masih berada di pusaran kegagalan, di setiap ajang sepak bola mulai dari tingkat Asia dan dunia, Indonesia hanya menerima kegetiran dan pengalaman pahit seakan keberuntungan sedang memusuhi sepak bola Indonesia.
Namun kita perlu membangun optimisme bahwa sepak bola Indonesia tidak akan selamanya terpuruk, bola yang bundar bisa bergelinding kemana saja termasuk juga bisa ke Indonesia. Sepak bola Indonesia akan segera torehkan catatan emas dalam setiap laga yang diikuti.
Selain kultur optimisme yang dibangun sedemikian rupa tapi ada hal yang lebih krusial untuk segera dibenahi jika ingin sepak bola Indonesia mencapai era keemasan, yaitu revolusi liga di Indonesia. Sepak bola Indonesia akan bangkit jika liga di Indonesia yang masih carut-marut dirombak total.
Revolusi liga di Indonesia menjadi hal penting karena terlalu banyak catatan buruk dalam setiap aspeknya, hal itu yang kemudian kepercayaan masyarakat terhadap sepak bola meluntur, termasuk juga sponsorship yang tidak berminat masuk ke liga Indonesia.
Ditambah lagi adanya tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan suporter Arema yang diakibatkan oleh ketidakbecusan pengelolaan liga yang saat ini tengah bergulir yaitu liga 1. Tragedi itu lantas bukan hanya mengubur ratusan mayat tapi juga mengubur harapan masyarakat terhadap sepak bola Indonesia.
Apa yang Harus Direvolusi?
Era keemasan sepak bola Indonesia akan segera tercapai. Harapan ini memang tampak berlebihan namun itu bukan perkara yang tidak mungkin. Era tersebut bisa diraih jika liga Indonesia sudah diremajakan, dalam artian sudah mengalami revolusi secara total.
Revolusi yang harus dilakukan terdapat dalam dua hal. Pertama, segi struktural.Â
Revolusi secara total itu harus merombak pihak-pihak yang menangani liga-liga di Indonesia dan yang dinilai tidak memiliki kemampuan dalam manajerial dan tidak memiliki wawasan yang luas dalam perkara memajukan sepak bola.
Revolusi struktural ini harus dilakukan mulai dari tingkat atas hingga tingkat terbawah dan tidak terkecuali pada wasit. Tingkat atas ini juga termasuk para pemimpin Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan para direktur di setiap liga yang dilaksanakan di Indonesia.
Revolusi ini sebagai upaya penyegaran dan aktualisasi para pihak yang menangani liga di Indonesia agar posisi tersebut diduduki oleh orang-orang yang tepat. Jika orang yang minim wawasan, minim pengalaman, dan tidak profesional menduduki posisi itu, maka hanya menjadi penghambat laju sepak bola Indonesia untuk meraih kesuksesan.
Kedua, revolusi tata kelola. Mengapa revolusi dalam bidang ini penting? Karena tidak ada kemajuan tanpa pengelolaan yang baik. Setelah melakukan revolusi secara struktural, maka tata kelola yang ada selama ini harus juga dirombak karena pengelolaan saat ini dilakukan secara tidak profesional.
Revolusi tata kelola ini menyangkut antara lain transparansi. Sudah jamak diketahui bahwa tata kelola sepak bola Indonesia saat ini jauh dari kata transparan, hal ini yang mendorong pihak-pihak tertentu melakukan seperti korupsi dan tindakan amoral lainnya.
Pengelolaan yang transparan menciptakan situasi yang kondusif dan produktif. Semua pihak dapat mengetahui perihal keuangan yang ada di dalam tubuh PSSI dan liga di Indonesia, termasuk pemasukan uang dan pengeluarannya bisa dikonsumsi publik.
Selain itu, revolusi tata kelola juga menyangkut kultur yang ada. Selama ini, mafia bola, pengaturan skor dan banyak kejahatan lain yang terus mewarnai persepakbolaan Indonesia harus dimusnahkan. Revolusi kultur dalam perkara ini sangat penting untuk masa depan sepak bola Indonesia.
Sepak bola Indonesia akan mengalami kemajuan signifikan dan meraih era keemasan jika "batu hambatan" tersebut direvolusi secara total.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H