Allahu akbar...allahu akbar...allahu akbar.... Alhamdulillah, tadi pagi jam 06.000 wib waktu Malang shalat IED telah saya laksanakan ditengah kicauan dan suasana kegalauan akan adanya perbedaan penetapan 1 Syawal 1432 H tahun ini di Indonesia. Tercatat hanya Muhammadiyah yang memang sudah jauh hari menetapkan Ied Mubarak jatuh 30 Agustus 2011 yang berbeda di sidang isbat yang diadakan semalam oleh pemerintah. Kegaduhan penetapan pada tahun ini serasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang memang sudah biasa di Indonesia. Kegaduhan dipicu karena sebelumnya di Kalender/Almanak yang banyak beredar ter-merah-kan 1 Syawal pada 30 Agustus 2011, ter-merah-kan kalender ini sempat disinggung di sidang isbat, bukannya penanggalan hari libur agama dan nasional adalah wewenang pemerintah, namun ini terabaikan. Kegaduhan juga disebabkan oleh maraknya kicauan di SocMed yang memang tengah merajalela, informasi kian cepat tersebar, dan siapapun bisa menyuarakan apa kegalauannya. Beberapa hal yang menjadi catatan terhadap penetapan 1 Syawal tahun ini bagi saya adalah : 1. Penanggalan yang baru kali ini rasanya terjadi, tanggal libur dari pemerintah, dan dianulir hanya H-1 , tentu membawa dampak sosial dan ekonomi yang besar. 2. Seperti sempat disinggung di sidang isbat, pe-nafi-an 3 orang yang telah melihat hilal di Jepara dan Cakung cukup mengejutkan bagi saya, karena pemahaman awam saya, jika mereka telah disumpah dan mereka juga masuk daam team isbat pemerintah, 1 orang saja yang melihat hilal adalah penguat bahwa bulan syawal sudah masuk. 3. Point ke-dua diperkuat oleh keputusan Malaysia (beda +1 jam) dan Arab Saudi (beda +4 jam) yang ternyata juga merayakan 1 syawal pada 30 Agustus 2011. Sebelumnya entah sumber dari mana yang dipakai pemerintah, sempat tercetus di sidang isbat bahwa pemerintah menyampaikan Malaysia merayakan Eid di tanggal 31 Agustus 2011. Sungguh sebuah kebohongan. 4. Ketaatan pada pemerintah adalah wajib menurut saya, namun tidak pada pemerintah yang sudah terbukti gagal di banyak hal, apalagi ketaatan tersebut kepada hal-hal yang prinsipil dalam ber-agama. 5. Pemerintah kembali gagal. Gagal dalam menjadi pemimpin untuk bersatunya umat, berulang kali hal ini terjadi dan tak pernah ada solusi yang baik. Saya teringat diceritakan oleh orang tua saya pada masa remajanya (lahir 1942), sempat dahulu pernah terjadi karena kekurangan teknologi masa itu, Pemerintah mengumumkan jatuhnya 1 Syawal pada siang hari, karena telah tampaknya bulan, yang menandakan haramnya berpuasa, maka rakyat pun berbondong untuk berbuka dan shalat IED dilanjutkan besok nya. Mengharapkan hal itu pada zaman sekarang adalah sebuah kemustahilan ditengah Pemimpin Bangsa yang penung Kegengsian yang tak berujung. Kegaduhan terus berlanjut sampai tulisan ini saya buat di beberapa stasiun televisi, namun segalanya masih berlangsung aman dan terkendali. Yang mudik pun masih terus berjuang sampai ke tempat tujuan. I’ed Mubarok! Taqabbalallahu minna waminkum! Wallahu 'alam Muhammad IQbal asal Aceh, tidak mudik, dan kini di Malang, tulisan ini juga dapat di baca di m1qbal.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H