Mohon tunggu...
M. YOGY QORRI DWI PRATAMA
M. YOGY QORRI DWI PRATAMA Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Aqidah dan Filsafat Islam UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritikan Al-Ghazali pada Filsuf Klasik dan Filsuf Islam untuk Meluruskan Suatu Pandangan

4 Mei 2022   22:55 Diperbarui: 12 Mei 2022   01:31 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penulisan ini meliputi beberapa karya serta teori Al-Ghazali, dimana Al-Ghazali sendiri merupakan salah satu seorang intelektual yang sangat berpengaruh pada islam. Banyak berbagai karya dan teorinya yang dipakai untuk sebuah alat pemikiran dan juga sebagai alat penelitian oleh kebanyakan orang yang mengenal karya dan teorinya. Sebuah teori Al-Ghazali yang sangat berpengaruh pada islam salah satunya adalah teori (ilahiyyat) yaitu teori mengenai ketuhanan.

Jika kita berbicara pada dunia filsafat terutama filsafat islam pastinya kita tidak lepas dari nama Al-Ghazali, tetapi Al-Ghazali sendiri tidak menganggap bahkan tidak menyukai jika dirinya dianggap sebagai seorang filsuf. Walaupun banyak teori Al-Ghazali yang didalamnya jika kita teliti lebih banyak masuk kedalam dunia filsafat.

Selanjutnya akan kita bahas asal-usul latar belakang profil Al-Ghazali, Al-Ghazali sendiri memiliki nama yaitu Abu Hamid Muhammad Ibnu Muhammad Al-Ghazali al-Thusi dan juga bergelar hujjatul Islam. Yang dimana lahir di thusi salah satu sekarang bisa dikatakan daerah khurasan yaitu masuk pada wilayah negara Iran.

Al-Ghazali sendiri juga dikenal dengan keilmuan tasawufnya, yang dimana keilmuan tersebut awal mulanya mewarisi dari seorang ayahnya yang juga ahli dalam bidang keilmuan tasawuf, walapun Al-Ghazali sendiri tidak diajarkan langsung oleh ayahnya tetapi dia belajar dari seorang syeikh.

Selama proses menuntut ilmu tersebut, terungkap akan tingginya keilmuan yang dimiliki Al-Ghazali, sehingga dia mendapatkan gelar dari seorang menteri dan juga tetap melanjutkan studi hingga dilanjutkan dengan proses mengajar.

Pada proses mengajar ini Al-Ghazali berpindah-pindah tempat mengajar, tidak lupa dia jga merupakan seorang penulis yang sangat handal. Berpindah-pindah tempat mengajar tersebut menjadikan Al-Ghazali mempunyai pengaruh yang sangat besar pada proses perkembangna keilmuan islam. Dan juga tAl-Ghazali tidak lepass dari pengaruh dunia politik.

Ada beberapa karya monumental Al-Ghazali yang merupakan sebuah kitab, salah satunya yaitu kita Ihyal Ulum al-Din yaitu menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama, kitab ini ditulis oleh Al-Ghazali bertujuan memulihkan keseimbangan dan keselarasan dengan antara dimensi eksoterik dan eksoterik islam. Periode pengarangan kita juga lumayan memakan waktu beberapa tahun denga disertai Al-Ghazali berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lain.

Diantara karyanya yang lain yaitu Maqashid al-Falasifat yaitu tujuan para filosof, penulisan kitab ini dari Al-Ghazali mempunyai isi yaitu berbagai ringkasan ilmu filsafat, dan juga beberapa persoalan pokok yang meliputi filsafat yunani dantaranya logika, metafisika, dan fisika.

Dan ini menjadi salah satu kitab yang menjadi lawan filsafat Al-Ghazali yaitu Tahafut al-Falasifah yang artinya keracunan pemikiran berbagai para filosof, pada kitab ini A-Ghazali menuliska pemikirannya yaitu menentang berbagai ajaran yang ada dalam filsafat dari filsafat klasik ataupun yang sudah dikembangkan dari filsuf islam, pertentang ajaran filsafat yang dibuat oleh Al-Ghazali juga memuat beberapa filsuf islam diantarannya al-farabi dan al-kindi. Walaupun banyak memuat pertentangan pada karyanya yang ini, tetapi Al-Ghazali berhak mendapat pengarang kitab terbaik.

Pada teori filsafat ketuhanan atau ilahiyyun, Al-Ghazali menyatakan kafir kepada para filsuf islam yang mengikuti pemgetahuan Aristoteles serta ibnu sina dan al-farabi dalam keilmuan filsafat ketuhanan, dinyatakan kafir oleh Al-Ghazali mempunyai beberapa alasan yaitu ada filsuf yang mempunyai pendapat alam itu qadim atau bisa disebut tidak mempunyai permulaan, pemikiran tersebut berasal dari Aristoteles dan juga termasuk ada filsuf islam.

Al-Ghazali berpendapat qadim atau tidak mempunyai permulaan itu salah satunya hanyalah tuhan dan bukan alam yang tidak mempunyai permulaan, karena yang tidak mempunyai permulaan hanyalah tuhan bukan alam. Dari berbagai kritik yang dikemukakan oleh Al-Ghazali, dia juga menjabarkan salah satu ayat Al-Quran yang berisikan bahwa Allah mengetahui segala yang ada dibumi, yaitu pada Q.S. Yunus:61 dan Q.S. Al-Hujurat:16.

Jadi pada dasarnya Al-Ghazali pada karya dan teorinya lebih banyak mengkritik filsuf terdahulu dan juga filsuf islam yang mengikuti pandangan filsuf klasik, tujuan kritikan tersebut sebnarnya hanya untuk meluruskan pandangan kaum filsuf islam dan juga para kaum muslim yang nantinya tidak terpengaruh pandangan tersebut.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun