dibalik sumringah yang menggebu-gebu, diiringi telapak tangan mengepal penuh kegembiraan. Lupa.. bagai tersungkur kesedihan yang di suguhkan.
Siapa suruh? Siapa yang meminta? Siapa yang menuai harap setinggi gedung pencabik langit?... ( renung sejenak)
Gema yang disulam menjadi benih, gegap-gempita yang diubah menjadi remah-remah derita. ( tertegun dan prihatin)
Tali asa yang tersulam jadi empati yang tuli. Seolah ingin menjerit dari jebakan yang menjerat
Baru ingat... Rupanya tengah tersedak harapan yang mengarah pada kehampaan .
---
Demikian dan salam puisi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI