Mohon tunggu...
M. ERIK IBRAHIM
M. ERIK IBRAHIM Mohon Tunggu... Lainnya - 🌩🌼🌩Terbentur---Terbentur---Terbentuk🌩🌼🌩
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

🐇🌱🕊 Terbentur---TerBENTUR---TERBENTUK🕊🌱🐇

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Merayu Kalbu

20 Januari 2023   13:05 Diperbarui: 25 Januari 2023   09:56 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepintas ku menarik selimut untuk pulang sejenak kerumah peraduan. 

Dinginnya angin berupa angan diluar, membuatku risau keluar. 

Namun, terpenjara dibalik pelipur saja, tidaklah cukup, haruslah disertai asa yang harus disajut bagai sehelai baju 

saat ini, hanya ku merayu kalbu dengan desiran angin beku yang ku tajamkan selalu. 

Namun tat kala ku gubah hingga gundah, mustahil tuk dirubah

Saat mentari siang siang menerpa, menerjang hingga patah arang, berdentum Jari-jemari yang harus lukir

Enggan terjerembab dan terkunci dibalik lorong lorong waktu... 

Semoga saja terselip harapan begitu...

---

Demikian dan salam puisi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun