Sepintas ku menarik selimut untuk pulang sejenak kerumah peraduan.
Dinginnya angin berupa angan diluar, membuatku risau keluar.
Namun, terpenjara dibalik pelipur saja, tidaklah cukup, haruslah disertai asa yang harus disajut bagai sehelai baju
saat ini, hanya ku merayu kalbu dengan desiran angin beku yang ku tajamkan selalu.
Namun tat kala ku gubah hingga gundah, mustahil tuk dirubah
Saat mentari siang siang menerpa, menerjang hingga patah arang, berdentum Jari-jemari yang harus lukir
Enggan terjerembab dan terkunci dibalik lorong lorong waktu...
Semoga saja terselip harapan begitu...
---
Demikian dan salam puisi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H