Mohon tunggu...
M. Fatah Mustaqim
M. Fatah Mustaqim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Membaca dan menulis apa saja yang terlintas di pikiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keindahan Kata-Kata Mutiara Ali bin Abi Thalib dan 5 Fakta Kemuliaan Sosoknya

10 Januari 2024   19:54 Diperbarui: 10 Januari 2024   20:12 1605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ali bin Abi Thalib. Sumber gambar pinterest.com/i.pinimg.com

Setelah Nabi Muhammad Saw, barangkali Ali bin Abi Thalib adalah figur utama dalam sejarah Islam yang kata-kata mutiara dan petuah bijaknya paling banyak dikutip sebagai apa yang kita kenal kini dengan nama quote. Banyak sekali kita temukan quote Ali bin Abi Thalib di media sosial. Kemasyhuran quote-quote Ali bin Abi Thalib bisa jadi karena petuah-petuah bijaknya meresonansi hati banyak orang yang katakanlah mengalami duka dan kekecewaan dalam hidup mereka. Seperti halnya dua quote Ali bin Abi Thalib yang terkenal dan banyak dikutip di media sosial berikut ini;

"Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup. Dan yang paling pahit ialah berharap pada manusia." (Ali bin Abi Thalib)

"Ketika kamu ikhlas menerima semua kekecewaan hidup, maka Allah akan membayar tuntas kekecewaan mu dengan beribu-ribu kebaikan." (Ali bin Abi Thalib)

Terlepas dari apapun motif orang-orang mem-posting quote Ali bin Abi Thalib di media sosial namun esensi dari petuah-petuah bijak Ali bin Abi Thalib adalah nasehat yang mengandung hikmah dan kebijaksanaan. Quote Ali bin Abi Thalib mengenai duka kehidupan dan kekecewaan kepada sesama manusia seperti dikutip di atas sesungguhnya mengandung hikmah dan kebijaksanaan tersirat yang sangat mendalam maknanya jika sekiranya kita memperhatikannya dengan seksama. Bahwasanya harapan yang sejati semestinya, niscaya pada akhirnya hanya bisa disandarkan kepada Tuhan semata.

Hasbunallah wa ni'mal wakil ni'mal maula wa ni'man nasir. Cukuplah Allah sebaik-baiknya pelindung dan penolong kami.

Namun barangkali sebagian di antara kita yang pernah memposting quote Ali bin Abi Thalib atau yang sepintas hanya pernah membacanya, belum banyak mengenal sosoknya yang mulia. Bagaimanakah sosok sahabat terdekat, sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad Saw ini sebenarnya? Kemuliaan seperti apa di balik sosoknya yang lembut dan gagah perkasa.

Ali bin Abi Thalib adalah sosok pribadi yang penuh kemuliaan karena kejernihan akal dan kelembutan hatinya. Masyhur diriwayatkan bahwasanya ketika ia berbicara orang mengira ia sedang bergurau padahal apa yang dikatakan adalah pandangannya yang jernih dalam melihat realitas dengan sempurna. Kepribadian Ali bin Abi Thalib yang penuh kelembutan inilah barangkali yang menjelaskan mengapa petuah-petuah bijaknya mengandung kekayaan batin, ketajaman pikiran dan keindahan sastrawi hingga dikenang abadi sebagai kata-kata mutiara yang agung hingga hari ini.

Berikut adalah 5 fakta sekilas tentang kemuliaan akhlak, keilmuan dan nasab istimewa Ali bin Abi Thalib yang saya rangkum berdasarkan riwayat dari kitab tarikh Islam yang sahih.

  • Sosok yang zuduh kepada Dunia

Ali bin Abi Thalib adalah sosok yang dikenang karena sikapnya yang zuhud dan wara' terhadap dunia. Ia lebih memilih menghindari perkara-perkara yang tersamar (syubhat). Zuhud menurut Ali bin Abi Thalib dalam kitab Nahjul Balaghah, adalah menghindari hawa nafsu, mensyukuri nikmat dan menjauhi laranganNya. Zuhud adalah pilihan hidup dan jalan terbaik menuju ketakwaan. Sikap zuhud sepenuhnya bersandar pada keridlaan Allah Swt. Ali Bin Abi Thalib diakui dan tak diragukan lagi adalah seorang zuhud yang hidup penuh kesederhanaan dan ketakwaan. Sebagaimana diriwayatkan dalam kitab Majmu' Sahabat, Ali bin Abi Thalib digambarkan sebagai sosok yang sangat zuhud dan sederhana perikehidupan sehari-harinya.

"Ia makan cukup dengan berlauk-kan cuka, minyak dan roti kering yang ia patahkan dengan lututnya. Memakai pakaian yang kasar, sekadar untuk menutupi tubuh di saat panas, dan menahan dingin di kala hawa dingin menghempas." 

Sikap zuhud yang penuh ketakwaan dari sosok Ali bin Abi Thalib sesungguhnya bersandar pada keimanan dan ketauhidannya yang memandang bahwa dunia bukanlah tujuan primer dari kehidupan manusia yang sejati. Dalam kitab Nahjul Balaghah, Ali bin Abi Thalib menggambarkan dengan indah bahwa;

"Dunia ini adalah tempat yang fana dan penghuninya akan meninggalkannya. Ia manis dan hijau. Ia bergegas kepada pencarinya dan bertaut pada hati si pemandang. Maka, tinggalkanlah ia dengan perbekalan terbaik yang dapat engkau peroleh, dan jangan meminta di sini lebih banyak dari yang cukup, dan jangan menuntut darinya lebih dari kebutuhan hidup."

  • Mempunyai tiga jalur kekerabatan dengan Nabi Muhammad Saw.

Ali bin Abi Thalib adalah kerabat Nabi Muhammad Saw yang mempunyai tiga jalur kekerabatan sekaligus dengan Nabi. Ali bin Abi Thalib adalah sepupu, yaitu putra dari paman sekaligus bapak asuh Nabi, Abu Thalib. Ali kemudian juga menjadi putra asuh Nabi serta menantu Nabi dari putri terkasih Nabi Saw, Fatimah Az-Zahra. Ali bin Abi Thalib juga merupakan Assabiqunal Awwalun, yaitu golongan orang-orang pertama yang masuk Islam. Dan orang pertama dari golongan anak-anak yang masuk Islam. Sejak usia lima tahun, Ali bin Abi Thalib sudah berada di dalam asuhan dan didikan langsung Nabi Muhammad Saw di rumah beliau dan istri terkasih Siti Khadijah.

  •  Menyandang gelar Karromallahu Wajhah

Ali bin Abi Thalib adalah satu-satunya sahabat dan kerabat dekat Nabi yang menyandang gelar Karromallahu Wajhah, yang berarti semoga Allah memuliakan dan menghadapkan wajahnya hanya kepada Allah semata. Berdasarkan riwayat yang masyhur setidaknya ada tiga alasan yang melatarbelakangi mengapa Ali bin Abi Thalib menyandang gelar mulia tersebut. Pertama, Ali bin Abi Thalib adalah sosok yang seumur hidupnya tidak pernah sujud dan menyembah berhala. Kedua, Ali bin Abi Thalib juga dikenal tidak pernah melihat aurat atau kemaluannya sendiri. Ketiga, Ali bin Abi Thalib adalah orang pertama dari golongan anak-anak yang memeluk Islam.

Ketiga alasan mengapa Ali bin Abi Thalib diberi gelar Karromallahu Wajhah itu adalah bukti bahwa sahabat dan menantu Nabi Saw. ini adalah sosok yang bukan hanya memiliki kemuliaan sebagai manusia sebagaimana sahabat Nabi Saw yang lainnya namun ia bisa dikatakan memiliki karomah atau kemuliaan yang lebih tinggi dan langka (unik) kedudukannya karena kemurnian pribadi dan takdir hidupnya.  

  • Penjaga pintu ilmu Islam

Ali bin Abi Thalib juga diibaratkan oleh Nabi Saw. sebagai Baabul Ilmi, yakni Gerbangnya Ilmu, sedangkan Nabi sendiri adalah Madinatul Ilmi, Kotanya Ilmu. Tak diragukan lagi bahwa Ali bin Abi Thalib selain sebagai Ahlul Bait Nabi juga adalah pewaris geneologi keilmuan Islam yang nasab keilmunya langsung tersambung kepada Nabi Muhammad Saw. Dus, Ali bin Abi Thalib adalah Ahlul Bait Nabi Saw. sekaligus pewaris keilmuan Islam. Ali bin Abi Thalib tidak hanya menerima takdir genealogi nasab istimewa yang tak terbandingkan sebagai Ahlul Bait Nabi Saw. namun ia juga diakui karena kecerdasan pikiran dan kelembutan hatinya.

Ali bin Abi Thalib terlibat di dalam poros dan lingkaran inti perjuangan dakwah Islam sejak belia hingga wafatnya. Ali bin Abi Thalib merupakan juru tulis Nabi Muhammad Saw yang ummi sejak permulaan dakwah Islam. Ali juga diketahui banyak menafsirkan dan mensyarahi hukum Islam yang diturunkan kepada Nabi melalui Al Qur'an dan Hadits. Nabi Muhammad mengibaratkan kedudukan Ali bin Abi Thalib disampingnya itu bagaikan kedudukan Harun di samping Musa. Memang Nabi Harun As. adalah juru bicara dan teman dakwah yang setia di samping Nabi Musa As yang kurang lancar berbicara.

  • Sang Singa Allah

Satu lagi yang tidak bisa dihapuskan dari ingatan umat Islam adalah kisah-kisah legendaris Ali bin Abi Thalib di medan perang. Ali adalah satu-satunya sahabat dan kerabat Nabi yang pernah menjadi panglima perang semasa Rasulullah Saw. masih hidup. Sejak usia masih sangat muda, Ali bin Abi Thalib dikenal sangat pemberani dan perkasa di medan perang bahkan seringkali menjadi penentu kemenangan. Banyak musuh-musuh utama Islam di medan perang yang terbunuh di ujung pedang Ali. Di medan perang, Ali bin Abi Thalib bagaikan Singa, sesuai dengan nama kecil yang diberikan ibunya, Haydar, yang artinya Singa. Ali juga dijuluki Asadullah, Sang Singa Allah karena ketangkasan dan keberaniannya melawan musuh-musuh Islam di medan perang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun