Namun ada sebagian anggapan di tengah masyarakat kita bahwa jika engkau memiliki harta dan kekuasaan maka kesalahanmu akan mudah dimaafkan. Di dunia kita sekarang ini, kesalahan yang dilakukan orang biasa dan orang berharta, seringkali tidak sama konsekuensinya. Anggapan bahwa hukum tumpul ke atas namun tajam ke bawah memang bukanlah isapan jempol semata.Â
Jika orang biasa melakukan satu saja kesalahan maka semua orang akan mengutuknya dan melupakan seribu kebaikan yang pernah ia lakukan. Sementara bagi orang berpangkat dan kaya, seribu kesalahan yang dilakukan akan mudah dimaafkan dan dilupakan orang.
Tetapi, kembali ke pertanyaan di awal tulisan. Mengapa pejabat di sini sulit sekali mengakui kesalahan? Bukankah toh semua orang cenderung akan memaafkan dan melupakan kesalahannya? Iya, memang benar. Meskipun semua orang cenderung akan melupakan kesalahannya (karena kita adalah bangsa pelupa) tetapi mengakui kesalahan tetaplah suatu kelemahan.Â
Dalam tradisi feodal dimana raja dianggap keturunan dewa-dewi, tidak ada celah sedikitpun yang memungkinkan orang menganggap sang raja memiliki kelemahan karena melakukan kesalahan yang dianggap aib. Sabda raja tidak bisa ditarik kembali karena ludahnya mengandung api. Begitu juga dengan para pejabat di sini yang selalu berpikir dirinya adalah raja yang mesti dilayani bukan melayani.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H