Mohon tunggu...
M. Fatah Mustaqim
M. Fatah Mustaqim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Membaca dan menulis apa saja yang terlintas di pikiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Apa Itu Kemiskinan Struktural, Mengapa dan Bagaimana Mulanya?

25 Oktober 2023   14:04 Diperbarui: 25 Oktober 2023   14:05 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kemiskinan Struktural. Kredit Ilustrasi: istockphoto.com

Riset tersebut dengan kata lain membuktikan bahwa status kelas sosial sangat berpengaruh bagi masa depan seseorang. Orang yang terlahir dari keluarga miskin sebagian besar akan tetap miskin di usia dewasa karena minimnya akses terhadap kebutuhan mendasar dan aktualisasi sosial. Belenggu kemiskinan yang turun temurun inilah yang kemudian disebut sebagai kemiskinan struktural.

Jika persoalan kemiskinan pada dasarnya lebih disebabkan karena faktor ketimpangan struktural, mengapa masih muncul anggapan bahwa persoalan kemiskinan adalah persoalan individual (privat) padahal kemiskinan seharusnya adalah persoalan yang berada di ranah sosial (publik).

Distorsi Cara Pandang

Saya kira, apatisme dan kegagalan pemahaman sebagian di antara kita dalam memandang persoalan sosial seperti kemiskinan juga disebabkan karena distorsi cara pandang terhadap narasi sosial itu sendiri. Bahwa narasi sosial kita hari ini tidak perlu mempersoalkan problem struktural (sistemik). 

Barangkali mereka mengira bahwa problem sosial seperti kemiskinan akan teratasi dengan menganjurkan kedermawanan personal di ranah domestik/privat dengan aksi charity, seperti di masa Orde Baru dengan Gerakan Orang Tua Asuh (GOT) atau di masa kini dengan berbagai komodifikasi melalui give away, reality show yang hanya menjadi ajang ungkapan belas kasih semata tanpa refleksi terhadap persoalan sosial dan struktural yang lebih urgen. 

Bahkan seringkali kedermawanan personal, belas kasih dari "orang-orang baik" yang dikomodifikasi di ruang publik tidak mencerminkan kesetaraan harkat dan martabat karena pihak penerima hadiah seringkali digambarkan bernasib papa, memelas, kurang beruntung sebaliknya pihak pemberi amal digambarkan sebagai bernasib baik, menginspirasi dan dermawan. Superioritas moral dan kedudukan yang ditampilkan dalam citra kedermawanan personal sesungguhnya adalah cermin langgengnya persoalan struktural yang menyebabkan kemiskinan dan ketimpangan kelas sosial tertentu di atas kelas sosial lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun