Namun saya pikir akan sangat terjal jalan untuk mencapai konsensus itu. Sebab hingga kini gerakan mahasiswa sangat terpolarisasi dan seringkali bertengkar mengenai berbagai persoalan yang patut untuk diperjuangkan atau tidak. Polarisasi gerakan mahasiswa dalam menyikapi berbagai persoalan mencerminkan bahwa gerakan mahasiswa masih belum mencapai independensi dan sikap organik sehingga seringkali bersikap reaktif bahkan tidak jujur dalam menimbang berbagai persoalan.Â
Saya jadi teringat bahwa gerakan mahasiswa Indonesia, seperti dikatakan Ahmad Wahib dalam catatan hariannya dan saya pun agaknya setuju dengannya bahwa "Gerakan Mahasiswa di Indonesia tidak pernah siap dalam menghadapi situasi kritis. Kekuatan revolusioner dari mahasiswa selalu gagal dalam merebut pimpinan dan memimpin inisiatif di saat-sat genting yang menentukan. Cobalah kita perhatikan apa yang terjadi pada situasi proklamasi 1945 dan Maret 1966." (Ahmad Wahib, Tentang Gerakan Mahasiswa, 23 Oktober 1970).Â
Persoalan independensi serta konflik internal yang berujung pada polarisasi gerakan mahasiswa adalah persolan mendasar yang barangkali telah menyebabkan tumpulnya kekuatan revolusioner gerakan mahasiswa. Tak heran mereka seringkali gagal merebut inisiatif dalam memimpin perubahan. Quo Vadis, mau kemana Gerakan Mahasiswa Indonesia?
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H