Sajak samar, merupakan puisi yang saya buat dikala saya yang sedang sendiri, lalu sesekali memandangi layar HP saya yang penuh goresan. Saya melihat banyak berita-berita dalam negeri yang membuat saya heran.
 Sekilas setelah melihat-lihat berita dari sosmed, memori pikiran saya jadi bertraveling tentang seorang pengukir wajah Indonesia saat ini. Dimana mereka banyak mengukir dengan pahatan-pahatan keringat, goresan-goreaan darah, disitu feel untuk mengolah kata itu tumbuh dan jadilah sajak samar.Â
Tentu, sajak samar bukanlah sebuah karya dari saya yang istimewa, masih banyak kata-kata atau sebuah tatanan yang kurang pas. Namun menurut saya, puisi ini dapat memberikan sebuah prespektif yang sangat multimakna atau multitafsir saat membacanya. Saya rasa, saya dapat menerima berbagai sudut pandang apapun tentang bagaimana banyak orang mengartikan, menilai dan mengapresiasi sebuah susunan kata dari bait-bait puisi sajak samar, begitulah karya seni yang selalu bisa di perdebatkan atau di bincangkan.Â
Jadi silahkan membaca, memaknai, ataupun menilai dari sudut pandang manapun.Â
Berikut puisi Sajak Samar:
Sajak Samar
Oleh: M. Tri Wildan
Jika dulu banyak pengagum sastrawan-sastrawan romantik
Kini penempuh strata satu banyak gemar musik klasik
Jejak reparasi melambai raut wajah rantai sosial baru
Gelap tiada penerangan dari candra yang seperti di oles sinar kalbu
Aku lintang yang sendirian
Tiada bantuan di tengah gelap tanpa terang
Ranting melambai merenungi bayu berlalulalangÂ
Jatuh tersungkur di sandung sindiran-sindiran sosial
Jiwa rajutan kain wol tebal mendekapi tubuh insan
Caruk maruk masyarakat beropini tak beralasan
Atmamu korsa penuh pelampiasan
Kami jalang pencari kebenaran
Terseok-seok jalan kami ke arah cabang ranting pohon besar
Kutuntut buahnya dari air yang ku berikan
Akan ku tebang jika tak menghasilkan
Mereka tumbuhan-tumbuhan liar yang berkuasa
Tak jenuh mereka mengambil tempat kita
Tak mempan di injak sepatu baja
Lantas mereka merambat menjadi hama
Kidung bersenandung merajut asa
Merajut jengkalan-jengkalan perjuanganÂ
Sekarang tinggalah masa penikmatan
Lantas kini siapa kita?Â
Jember, 30 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H