Kedua adalah secara afektif atau sikap, penggunaan baliho oleh Puan beserta timnya diharapkan mengubah sikap masyarakat agar lebih bersimpati pada sosok Puan Maharani dengan jargon kebhinekaannya, karena sasaran afektif adalah bagaimana audiens bisa bersimpati terhadap program dan calonnya. Tak jauh berbeda dengan Ganjar, penggunaan media sosial dan blusukan ke daerah-daerah di Jawa Tengah diharapkan mengubah masyarakat agar bersimpati melihat Ganjar adalah sosok yang tepat sebagai penerus Jokowi (the next Jokowi), dengan menampilkan beberapa program kerja yang sukses selama ia menjadi Gubernur Jawa Tengah. Â
Terakhir adalah secara perilaku, baik Puan maupun Ganjar tentu berharap bahwa kampanye yang selama ini dilakukan nantinya akan bermuara pada kesuksesan Pilpres 2024. Kesuksesan di sini adalah terpilih secara konstitusional menjadi Presiden Republik Indonesia 2024-2029. Menarik dinantikan fenomena apa yang akan terjadi selanjutnya, yang terpenting adalah baik massa banteng maupun celeng harus menjunjung tinggi konstitusi dalam berkompetisi, jangan sampai menggunakan black campaign dengan narasi-narasi yang berpotensi memecah belah bangsa Indonesia. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H