Pada saat ini, dunia sedang geger disebabkan oleh mikroorganisme yang bernama Corona. Pandemi ini sudah menyebar ke hampir seantero jagad.Â
Dari hari ke hari, yang terkena virus ini semakin bertambah. Banyak yang bisa sembuh, tapi tak sedikit pula yang meninggal. Horror Corona begitu mencekam, seperti anak kecil yang tersesat di gulita malam.
Semua media cetak, media elektronik, dan media online tak henti-hentinya memberitakan perihal makhluk tak kasat mata itu. Semua orang berbicara Corona: di rumah, di jalan, di pasar, di sawah, di tempat ibadah, dan di mana pun; dengan penuh antusias dan tak bosan-bosannya bercerita yang itu-itu juga. Terlebih lagi di media social, orang berlomba-lomba menjadi orang pertama yang membagikan berita tertentu, menyebarkan sebanyak-banyaknya, atau berkomentar layaknya seorang ahli. Jagad media social penuh dengan sampah, hoaks, dan banjir status.
Setiap orang memiliki sikap yang beragam dalam merespon Corona ini. Saya pribadi bersikap biasa-biasa saja. Tidak takut, cemas, apalagi khawatir yang berlebihan. Tidak latah, overprotective, overacting, termasuk berpikir negatif. Tetap beraktivitas seperti biasa, pokoknya.
Sebagai manusia (yang lemah) ini, tugas kita tiada lain tiada bukan hanyalah berusaha (ikhtiar). Menjaga kebersihan, hati-hati dan waspada, serta mengikuti berbagai protocol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI.Â
Ya, hanya itu. Cukup itu saja. Selebihnya kita berdoa, memohon perlindungan dari yang menciptakan Corona itu. Juga yang tak kalah penting adalah tawakkal, menyerahkan segala sesuatunya hanya kepada Allah swt.
Memohon perlindungan kepada Sang Pencipta merupakan sebuah pengakuan bahwa kita sebagai manusia itu lemah. Selengkap-lengkapnya Alat Pelindung Diri (APD), secanggih-canggihnya teknologi kedokteran, dan segala pengerahan daya-upaya; semuanya tak bisa menjamin kita aman dan selamat.Â
Hanya Allah-lah yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Oleh karena itu, pembelajaran yang dapat kita ambil adalah "manusia tidak boleh sombong". Menyombongkan diri terhadap sesama, terlebih terhadap Tuhan.
Setelah berusaha dan berdoa, langkah selanjutnya adalah bertawakkal, berserah diri. Menyerahkan segala urusan kepadaNya. Sebagai orang beriman, kita meyakini bersama bahwa segala sesuatu di dunia ini sudah menjadi takdir atau ketetapanNya. Kita sehat dan selamat, hal ini atas izin Allah. Kita sakit atau menderita, juga atas kehendak Allah. Tiada pilihan lain, kecuali menerima sepenuhnya segala apa yang terjadi pada kita.
Apakah orang yang tidak terkena Corona itu adalah orang yang beruntung? Sebaliknya, apakah mereka yang terpapar Covid-19 adalah orang yang celaka?
Allah selalu menjadikan sebuah peristiwa atau kejadian pasti mengandung hikmah di dalamnya. Tidak mungkin Allah menciptakan sesuatu tanpa mengandung tujuan tertentu.Â