Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pilpres dan "Budaya Hoaks"

17 Oktober 2018   09:40 Diperbarui: 17 Oktober 2018   10:05 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Minimnya Budaya Literasi

Munculnya hoax dan budaya menyebarkan hoax salah satunya disebabkan oleh masih minimnya budaya literasi di kalangan masyarakat Indonesia. Sampai kini, Indonesia masih menempati posisi terendah dalam hal budaya membaca (buku). 

Rendahnya minat baca masyarakat tidak hanya terjadi pada golongan awam atau rakyat jelata, akan tetapi juga menimpa golongan terpelajar dan kaum akademisi.

Dengan membaca buku, orang akan mendapatkan pengetahuan yang benar, wawasan yang memperkaya, dan ilmu yang mencerahkan. Ia akan memiliki kemampuan analisa, argumentasi, daya kritis, dan perbandingan. 

Sementara orang yang malas membaca, hanya akan mendapatkan informasi dari smartphone, terutama dari media sosial, yang kontennya belum tentu dapat dipertanggungjawabkan. Orang yang hanya mengonsumsi informasi dari medsos biasanya malas untuk berpikir secara mendalam, melakukan kroscek dan klarifikasi, serta melakukan verifikasi.

Menurut pengamat media sosial, Nukman Luthfie, pada era di saat masyarakat sulit untuk membendakan mana informasi yang benar dan mana informasi yang salah, hal terpenting adalah meningkatkan literasi media dan literasi media sosial.

Ketika bangsa Indonesia masih memiliki tradisi lisan, belum memiliki tradisi baca-tulis, tiba-tiba hadir teknologi berupa smartphone  yang memiliki fitur dan kemampuan canggih. Hal ini menyebabkan bangsa kita langsung meloncat dari tradisi lisan menuju tradisi teknologi. 

Dengan demikian, sejatinya kita belum mempunyai kesiapan untuk menghadapi ekses negatif dari smartphone, seperti pornografi, bulliying, paham terorisme, hoax, dll.

Sudah dasarnya malas membaca, dengan hadirnya smartphone membuat bangsa semakin malas. Mereka kemudian memiliki budaya copy-paste dalam banyak hal.  Mereka menjadi malas berpikir,malas mencari, dan malas membaca. Ketika akan mengerjakan PR, tugas kuliah, skripsi, atau tugas pekerjaan, seringnya hanya sekedar copas. Dari budaya copas inilah biasanya akan menghasilkan budaya buruk berikutnya, yaitu plagiarisme.

Selain itu, secara umum bangsa kita juga menyukai hal-hal yang berbau gosip, rumor, kabar burung, atau berita sensasional. Hal ini membuat mereka amat menikmati berita yang sifatnya hoax. Tidak hanya menikmati, dari kebiasaan copas tadi, mereka pun menyebarkan hoax tersebut sebanyak mungkin. Terlebih di masa menjelang Pilpres ini, hoax beredar nyaris tanpa kendali.

Penutup 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun