Minimnya Budaya Literasi
Munculnya hoax dan budaya menyebarkan hoax salah satunya disebabkan oleh masih minimnya budaya literasi di kalangan masyarakat Indonesia. Sampai kini, Indonesia masih menempati posisi terendah dalam hal budaya membaca (buku).Â
Rendahnya minat baca masyarakat tidak hanya terjadi pada golongan awam atau rakyat jelata, akan tetapi juga menimpa golongan terpelajar dan kaum akademisi.
Dengan membaca buku, orang akan mendapatkan pengetahuan yang benar, wawasan yang memperkaya, dan ilmu yang mencerahkan. Ia akan memiliki kemampuan analisa, argumentasi, daya kritis, dan perbandingan.Â
Sementara orang yang malas membaca, hanya akan mendapatkan informasi dari smartphone, terutama dari media sosial, yang kontennya belum tentu dapat dipertanggungjawabkan. Orang yang hanya mengonsumsi informasi dari medsos biasanya malas untuk berpikir secara mendalam, melakukan kroscek dan klarifikasi, serta melakukan verifikasi.
Menurut pengamat media sosial, Nukman Luthfie, pada era di saat masyarakat sulit untuk membendakan mana informasi yang benar dan mana informasi yang salah, hal terpenting adalah meningkatkan literasi media dan literasi media sosial.
Ketika bangsa Indonesia masih memiliki tradisi lisan, belum memiliki tradisi baca-tulis, tiba-tiba hadir teknologi berupa smartphone yang memiliki fitur dan kemampuan canggih. Hal ini menyebabkan bangsa kita langsung meloncat dari tradisi lisan menuju tradisi teknologi.Â
Dengan demikian, sejatinya kita belum mempunyai kesiapan untuk menghadapi ekses negatif dari smartphone, seperti pornografi, bulliying, paham terorisme, hoax, dll.
Sudah dasarnya malas membaca, dengan hadirnya smartphone membuat bangsa semakin malas. Mereka kemudian memiliki budaya copy-paste dalam banyak hal. Â Mereka menjadi malas berpikir,malas mencari, dan malas membaca. Ketika akan mengerjakan PR, tugas kuliah, skripsi, atau tugas pekerjaan, seringnya hanya sekedar copas. Dari budaya copas inilah biasanya akan menghasilkan budaya buruk berikutnya, yaitu plagiarisme.
Selain itu, secara umum bangsa kita juga menyukai hal-hal yang berbau gosip, rumor, kabar burung, atau berita sensasional. Hal ini membuat mereka amat menikmati berita yang sifatnya hoax. Tidak hanya menikmati, dari kebiasaan copas tadi, mereka pun menyebarkan hoax tersebut sebanyak mungkin. Terlebih di masa menjelang Pilpres ini, hoax beredar nyaris tanpa kendali.
PenutupÂ