Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kiai Maksum

25 April 2018   09:23 Diperbarui: 25 April 2018   09:29 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Memangnya ada apa to, Sul?"

"Lho apa Pak RT ndak ingat waktu dua hari lalu ketika saya diminta jamaah untuk menjadi imam shalat Maghrib. Dia menunjukkan sikap tidak suka".

"Iya, aku juga setuju, Sul. Daripada nunggu dia lama tidak datang-datang, lebih baik yang lain menggantikan jadi imam", sambung Pak RT memberi dukungan.

***

Walau masih bersaudara dengan Kyai Jauhari, Sulhan termasuk orang yang cukup kritis. Banyak sikap dan perilaku Kyai yang dianggapnya kurang pantas dan tidak sesuai dengan ajaran Islam sendiri. Sebenarnya orang-orang pun tahu kelakuan Kyai yang kurang baik, tapi tak satu pun orang yang berani mengungkapkannya, apalagi menegurnya. Orang terlanjur menganggapnya sempurna, bersih, tak bercela, bahkan bebas dosa. Karena itulah, Sulhan dan beberapa orang lainnya yang merasa tak suka, menjulukinya dengan Kyai Maksum.

Perasaan jengkel Sulhan kian menjadi-jadi ketika mengetahui Kyai sangat membenci orang-orang yang berbeda paham atau aliran dengannya. Tak segan-segan Kyai melabeli orang tersebut sebagai "beda agamanya" atau bukan pengikut Nabi. Bahkan, dalam setiap ceramah, ia selalu mengklaim bahwa kelompoknyalah yang paling benar, kelompoknyalah yang akan masuk surga.

"Dasar kyai kaku dan belum bisa menghargai perbedaan!" umpat Sulhan suatu ketika.

"Aku juga merasa demikian. Tapi permasalahannya, siapa yang berani menegurnya?" imbuh Ratno, ketua remaja masjid. "Sulhan tahu sendiri kan, minggu lalu aku diprotes keras sama Pak Kyai gara-gara aku mengundang Ustadz Rohim untuk mengisi kajian rutin remaja masjid karena dia dianggap beda paham dengan Pak Kyai, huh!" tambah Ratno kesal.

"Ini tidak bisa dibiarkan terus, kita harus melakukan sesuatu", gumam Sulhan gemas.

***

Desa Tanjungsari tampak cerah ditempa sinar mentari yang menerobos lewat celah pepohonan jati dan trembesi. Penduduk desa sedang sibuk menyemai benih padi, karena telah masuk musim rendeng, ditandai dengan turunnya hujan seminggu yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun