Sekian tahun lamanya mereka disisihkan-dimarginalkan; membuat mereka merasa minder, rendah diri, inferior, dan bisu tak mampu berkata. Mereka tak tahu lagi kemana mereka harus bicara, kepada siapa mereka harus mengadu.
Keceriaan kian berlimpah saat mereka diminta bercerita, ketua kelompok diberi kesempatan untuk memberi sambutan, anggota kelompok diminta untuk menjadi MC atau memberikan kultum; seakan mereka memiliki ruang untuk berekspresi, berkreasi, menggali bakat, juga berlatih penuh kesungguhan.
Aku Bukanlah Satria Piningit
Dalam setiap kali PK, aku selalu menegaskan bahwa PKH adalah bantuan dari pemerintah. Aku hanyalah sebatas seorang pendamping yang tak punya jasa atau kuasa apapun. Aku hanya membantu mereka dalam pendataan, pencairan, dan juga pembinaan. Ya, tak lebih dari itu.
Tapi, yang membuatku risih, sebagian mereka memperlakukanku secara berlebihan. Mengucapkan terima kasih secara berulang-ulang, menghormat dan menunduk, atau sikap dan bahasa tubuh yang menurutku tak sepantasnya aku terima.
Aku dianggapnya laksana ratu adil, satria piningit, juruselamat, mesias, dewa penolong, atau apalah. Anggapan inilah yang cukup menggelisahkan hatiku, meremuk-redamkan jiwaku.
Terkadang aku masih mengganggap hal itu wajar. Sebab mereka selama ini hidup dalam kesusahan, makan sekedar kenyang, berpakaian sederhana, sering berhutang untuk membayar sekolah, rumah dengan gedhek yang rapuh dan genteng yang bocor, perlakuan tetangga atau saudara yang diskriminatif, dan masih banyak lagi.
*****
Entahlah dengan semua itu. Yang jelas, aku dapat merasakan apa yang mereka rasakan. Kegetiran mereka juga kegetiranku, kebahagiaan mereka juga kebahagiaanku. Yang kuinginkan hanyalah mereka dapat menjalani dan menikmati hidup secara wajar dan alamiah.
Orang miskin juga butuh bahagia, maka tiada lain dan tiada bukan yang dapat kita berikan kepada mereka, selain perhatian, kasih-sayang, empati, dan terutama penerimaan. Perlakukanlah mereka sebagaimana engkau memperlakukan dirimu sendiri.
Suatu saat nanti, engkau akan "menemukan" Tuhan di dalam diri mereka.