Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tiga Macam Kebenaran

12 September 2017   13:19 Diperbarui: 12 September 2017   13:26 2225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TIGA MACAM KEBENARAN

Oleh: Trimanto B. Ngaderi

Sekarang ini ada kecenderungan banyak orang yang mengaku dirinya paling benar, sedangkan orang lain salah. Banyak pula kelompok yang mengaku kelompoknyalah yang paling benar, sementara kelompok lain keliru. Banyak sekali kebenaran di dunia ini, karena semuanya mengaku yang paling benar. Bahkan, yang sudah jelas-jelas salah pun ikut mengaku bahwa dirinya benar. Akibatnya kita menjadi kesulitan untuk menentukan mana sesungguhnya yang benar dan mana sesungguhnya yang salah.

Tiada kebenaran yang tunggal di dunia ini. Masing-masing memiliki kebenaran menurut versinya sendiri.  Sesuatu yang benar menurut yang satu, bisa dianggap salah oleh yang lain. Demikian pula sebaliknya. Seseorang bisa saja dianggap pahlawan oleh kelompok yang satu, sementara menurut kelompok lainnya dianggap penjahat. Lalu, manakah yang benar?

Secara umum, ada tiga macam kebenaran, yaitu sebagai berikut:

  • Kebenaran Pribadi (Subyektif)
  • Yaitu kebenaran menurut sudut pandang orang tertentu, yang cenderung bersifat subyektif. Dia akan menilai benar atau tidaknya sesuatu hanya berdasarkan atas anggapan, persepsi, kesimpulan, atau keyakinannya sendiri. Bahkan, tak jarang penilainnya disertai oleh prasangka, stereotipe, labeling, dan muatan suudzhan. Penilaiannya pun dipengaruhi oleh kondisi psikologis saat itu, seperti rasa senang atau tidak senang, kedekatan emosional, dan pengalaman masa lalu. Kebenaran subyektif juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti latar belakang pendidikan, keluarga, sosial-budaya, dan status ekonomi.
  • Ciri-ciri kebenaran ini adalah ia merasa benar sendiri, sedangkan orang lain salah. Ia tak pernah merasa salah. Seringnya menyalahkan orang lain.
  • Kebenaran Kolektif (Obyektif)
  • Yaitu kebenaran menurut sudut pandang bersama. Kolektif di sini bisa berupa kelompok, lembaga, bangsa, agama, atau lainnya. Sebuah kebenaran diakui dan diyakini bersama. Kebenaran yang telah menjadi konsensus bersama. Kebenaran yang bersifat umum dan ditaati bersama. Sekalipun obyektif, kebenaran ini tidaklah berlaku secara universal, karena hanya milik kelompok, lembaga, atau bangsa tersebut. Sedangkan bagi kelompok, lembaga, atau bangsa lain bisa saja dianggap salah. Karena tak jarang juga mereka masih bersifat subyektif, merasa kelompoknya yang paling benar, sementara kelompok lain adalah keliru.
  • Kebenaran Sejati (Tunggal)
  • Yaitu kebenaran yang sebenar-benarnya kebenaran. Karena kebenaran ini dimiliki oleh si pemilik kebenaran itu sendiri, yaitu Allah Yang Mahabenar. Dari Dia-lah asal-muasal kebenaran. Tiada yang dapat membantah kebenaran dari-Nya. Kebenaran sejati berlaku bagi semua orang, di mana pun dan kapan pun, dalam kondisi dan situasi apapun; kecuali bagi orang yang tidak mengimaninya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun