Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jenis-jenis Air Mata

20 Desember 2016   12:34 Diperbarui: 20 Desember 2016   12:41 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini, terutama di media sosial sedang ramai dibicarakan perihal air mata Ahok, tangisan dia di persidangan. Berbagai pendapat, persepsi, tafsir, dan respon terhadap tangisan tersebut memenuhi ruang opini keseharian kita. Sebegitu pentingnya sebuah tangisan, sehingga setiap orang ingin berkomentar atau mengemukakan pendapatnya, baik yang bernada positif maupun yang bernada negatif. Barangkali karena yang menangis adalah Ahok, orang yang sedang menjadi buah bibir di seantero negeri ini, hingga sebuah air matanya pun menjadi menu gosip yang cukup nikmat.

Akan tetapi, saya tak ingin membahas perihal itu secara panjang lebar. Yang ingin saya sampaikan pada tulisan ini adalah jenis-jenis air mata dari sudut pandang Islam. Dalam Islam, air mata adalah sebuah anugerah Allah yang besar, yang sebagian kita jarang memikirkannya atau bahkan menyadarinya. Air mata di sini menjadi kajian yang amat penting, karena melibatkan fitrah manusia dan rentetan sejarah manusia itu sendiri.

Berikut ini jenis-jenis air mata dalam pandangan Islam:

  • Air Mata Kekhusyu’an

Saking khusyu’nya seseorang dalam beribadah atau berdzikir, mereka sering berurai air mata alias menangis. Para nabi, sahabat, dan orang-orang shalih sering menangis ketika sedang shalat, berdzikir, berdoa, atau membaca Al Qur’an. Hal ini menjadi bukti atas ketaatan, ketundukan, penghambaan kepada Sang Pencipta. Mereka menyadari akan kekuasaan, kebesaran, dan keagungan Tuhan.

  • Air Mata Kerinduan

Air mata yang tumpah karena merindukan seseorang yang sangat dicinta atau didamba. Contohnya, kerinduan Nabi Ya’kub as akan putranya Yusuf as karena merasa kehilangan atau lama sekali tidak bersua. Hampir setiap hari Nabi Yakub menangisi kepergian Yusuf hingga matanya memutih dan buta. Contoh lain, kerinduan Zulaikah kepada Yusuf as karena lama tidak berjumpa. 

Yusuf dipenjara oleh penguasa Mesir karena ulah Zulaikah sendiri. Sama seperti Nabi Ya’kub, tangisan Zulaikah yang berkepanjangan menyebabkan matanya menjadi buta. Tapi pada akhirnya, ketika mereka bisa bertemu dengan orang yang dirindukannya, atas izin Allah swt, mata mereka sembuh kembali. Dan kisah keduanya, diabadikan dalam Al-Qur’an.

  • Air Mata Keinsyafan

Ini adalah air mata pertobatan atau penyesalan atas kesalahan yang telah dilakukannya. Ini yang dilakukan oleh 10 saudara Yusuf ketika mereka telah menyadari kekeliruannya, karena dahulu pernah membuang Yusuf ke sumur, berniat untuk membunuhnya.

  • Air Mata Kesedihan

Air mata yang disebabkan oleh sebab tertimpa musibah atau karena memiliki cita-cita atau keinginan yang tidak tercapai. Terkena musibah misalnya keluarga meninggal, bencana alam, perang dll.

  • Air Mata Buaya

Ini adalah air mata palsu, pura-pura, dibuat-buat. Ini pula yang dilakukan oleh ke-10 saudara Yusuf ketika mereka datang kepada ayah mereka, Nabi Ya’kub as dan mengabarkan bahwa Yusuf telah diterkam oleh srigala. Mereka pura-pura sedih dan kehilangan, padahal dalam hatinya mereka merasa puas dan lega karena telah berhasil menyingkirkan orang yang dianggap saingan dalam keluarga. Disebut air mata buaya, karena buaya akan menangis ketika merasakan dua hal: mendapat mangsa yang besar dan mata kering oleh terlalu lama terbuka.

Demikian sedikit pembahasan mengenai air mata. Selain itu, dalam Islam, air mata juga bisa berfungsi sebagai penenang, obat, terapi, atau sebuah sarana olahraga. Mengenai hal ini, akan dibahas pada tulisan berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun