Kini, ketiga agama samawi tersebut mencoba untuk membuka diri, mengajak dialog, serta membangun hubungan yang lebih harmonis. Mereka lebih banyak mencari persamaan untuk membangun dunia yang lebih kondusif. Menghindari berbagai hal yang bisa memicu konflik dan pertentangan. Masing-masing berusaha menyadari bahwa tidak sepatutnyalah sesama saudara, satu nenek-moyang, satu akar keyakinan; berkonflik dan berseteru.
Untuk itulah, yang perlu dibina pada masing-masing pemeluk agama samawi adalah sikap toleransi, saling menghargai, dan kasih-mengasihi. Hindari sikap permusuhan, kebencian, saling curiga, menyalahkan dan merasa benar sendiri. Perang atau konflik hanya akan menyisakan kesedihan, kehilangan nyawa dan harta-benda. Kita jadi tak sempat lagi untuk memikirkan persahabatan, membangun dunia menjadi indah dan sejahtera.
Menjalin hubungan harmonis tidak hanya sesama agama samawi saja, tapi juga dengan semua agama-agama dan kepercayaan yang ada di dunia ini, termasuk dengan kelompok-kelompok spiritual/keyakinan tertentu. Harapannya semuanya dapat hidup rukun dan damai dalam bingkai keanekaragaman. Semoga.
(Bandung Lor, 23-07-2015; 20: 37)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H