Mohon tunggu...
Rifani Indragiri
Rifani Indragiri Mohon Tunggu... lainnya -

Laki-laki yang terinspirasi dengan kalimat :"Rancangan Allah jauh lebih indah dan sempurna ketimbang keinginan manusia".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menulis Mendera Diri

4 Januari 2011   01:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:59 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_83217" align="alignright" width="150" caption="jadilah penulis handal"][/caption]

Pada dasarnya menulis erat kaitannya dengan membaca kedua kegiatan ini bak koin dalam mata uang yang pada satu sisinya sama-sama penting, dimana satu sama lain kegiatan tersebut saling menunjang Dan disamping itu pula kegiatan membaca ibarat bahan baku dalam mengembangkan sebuah tulisan.

Kegiatan membaca sebenarnya penting bagi seorang penulis.Bahkan untuk membaca hukumnya adalah wajib. Dengan membaca buku sebanyak mungkin adalah juga sebagai vitamin tambahan. Sebab bila tubuh kita diibaratkan pabrilk, maka buku adalah salah satu bahan baku yang digunakan dalam “proses produksi”untuk menghasilkan produk yang bernama “tulisan”.

Membaca juga dapat “memperkaya diri dalam arti tanda petik karena membaca juga sifatnya memperkaya yang berupa ilmu pengetahuan bagi seseorang dikarenakan diabanyak membaca, bahwa dengan semakin banyak bahan bacaan dapat berarti juga menambah perbendaharaan kata yang kita miliki ini disamping itu pula akan memperluas wawasan pengetahuan secara umum dan dibidang penulisan pada khususnya.

Memang kita sendiri menyadari bahwa kesukaran yang mendera diri dan terkadang bingung sendiri apa yang hendak kita tulis. Walaupun kita telah siap didepan komputer, akan tetapi otak ini menjadi mandek dan tidak jalan untuk berpikir. Keadaan yang demikian sebenarnya dapat kita terima dan dapat terjadi pada semua orang, walaupun keinginan untuk itu cukup besar dalam hal mengeluarkan ide dan unek-unek kita. Hingga semua itu akan dapat diharapkan bukan menjadi hambatan untuk dapat menepisnya seakan-akan bukanlah sebagai suatu rintangan yang berarti buat kita.Keadaantersebut diatas tentunya lewat pengorbanan yang cukup besar,akan tetapi inilah salah satu bentuk pembelajaran hingga kita menyadari untuk menjadi penulis besar butuh pengorbanan yang besar juga.Dan adakalanya menulis dengan “berdarah-darah” , dengan keinginan dapat menghasilkan bentuk tulisan yang mumpuni ( harapan boleh kaleee,……….).

Jika pembelajaran penulisan kita sebarkan kepada orang lain dan timbal balik dari kebaikan itu akan kita terima nantinya. Sebagaimana bunyi hukum kekekalan energi Kebaikanyang kita berikan pada orang lain akan dikembalikan sebesar enerji yang kita keluarkan. Begitu juga dengan perbuatan jahat yang akan dibalas sebesar enerji yang kita perbuat terhadap orang lain. (Djamil djamin dalam bukunya ”Hukum Kekekalan Enerji”).

Masalah keinginan untuk menjadi penulis tentunya kita semua punya, akan tetapi penulis yang berhasil ia tidak hanya berhenti sampai dibatas keinginan itu saja namun disertaidengan kerja keras dan tidak kenal menyerah untuk selalu menciptakan satu bentuk tulisan yang nantinya orang alin akan membaca tulisannya dan tentunya tidak hanya sekedar membaca saja tetapi lebih dari itu adalah perasaan kagum atas sebuah keberhasilan yang sebelumnya pernah kita rintis.

Nah, jejak yang pernah kita buat itu diharapkan akan dapat diikuti oleh periulis pemula ,tentunya atas rasa berbagi dari kita untuk ditularkan kepadamereka yang baru dan berkeinginan menjadi penulis yang penting perasaan tidak pernah menyerah dalam hal menghadapi kegagalan adalah modal utama bagi seorang penulis, tanpa itu ia ibaratkan telah kalah sebelum berperang.

Yang penting hargailah karya anda,kapan lagi orang akan menghargai hasil garapan kitajikamana kita sendiri tidak menghargai usaha kita itu dengan baik. Banggalah dengan keberhasilan diri kita yang tergolong kecil dan remeh-temeh. Bahwa sebenarnya keberhasilan besar adalah kumpulan dari keberhasilan kecil tersebut. Inilah yang sering luput dari perhatian kita bersama.

Salam kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun