Jepang kini seakan ingin menggeser anggapan lama yang bahwa negara tersebut adalah negara yang “mahal” dan “susah dikunjungi” oleh wisatawan. Kini kita bisa dengan sangat mudahnya menemukan wisatawan Asia Tenggara di jalanan kota-kota besar Jepang, terutama dari Indonesia.
Tokyo, Osaka, Kyoto dan Nara sudah menjadi lokasi wajib dikunjungi bagi banyak wisatawan Indonesia. Toh bagi mereka yang hanya berkesempatan mengunjungi Tokyo, lokasi-lokasi mainstreamseperti Asakusa Market, Kannon-ji Temple, Gunung Fuji atau Disney World Tokyo sudah pasti harus dikunjungi.
Penulis pernah merasa “menyesal” hanya sempat berkunjung ke Tokyo tanpa bisa ke Kyoto atau Osaka –Surga traveler di Jepang. Namun, penulis terasa tertantang untuk mengunjungi lokasi yang tidak mainstream seperti yang disebutkan di atas. Hasilnya: Berbagai lokasi nyentrik yang tidak kalah seru.
Banyak lokasi di Tokyo yang bisa dikatakan “nyentrik”. Namun, hanya dua yang memberikan kesan mendalam bagi penulis: Enoshima dan Restaurant Kouda –Dua permata Tokyo yang layak untuk mendapat kunjungan dari wisatawan Indonesia.
*Bagian 2 mengenai lokasi-lokasi lain akan menyusul.
PULAU ENOSHIMA 江ノ島
Sejarah
Pulau Enoshima adalah pulau yang sangat kecil dengan diameter 4 km dengan kontur permukaan yang sangat berbukit-bukit. Pulau ini hanya terletak sekitar 600 meter dari pulau utama di Jepang, yakni Pulau Honshu. Sebegitu dekatnya, hingga tidak ada jasa feri untuk mengantar orang ke pulau tersebut –Hanya sebuah jembatan pendek.
Masyarakat lokal mempercayai bahwa Pulau Enoshima dianggap sebagai sebuah persembahan bagi Benzaiten, dewi musik dan seni dalam mitologi Jepang. Legenda Jepang mempercayai bahwa sekitar abad ke-6, pulau tersebut muncul dari dasar laut sebagai bentuk penghormatan alam terhadap Dewi Benzaiten.
Asal usul nama Enoshima dapat dilihat dari huruf Kanji pulau tersebut. 江 “E” yang berarti teluk dan 島 “Shima” yang berarti pulau. Bila dilihat di peta, Enoshima Nampak sebagai sebuah sebuah pulau kecil yang terletak di tengah Teluk Sagami.
Pulau Enoshima kemudian terkenal sebagai lokasi wisata musim panas sejak Era Edo (1615-1868).
Selain wisata, penduduk lokal juga menggantungkan hidupnya pada hasil ikan yang ditangkap di sekitar pulau. Usut punya usut, ikan teri pulau ini memiliki kualitas yang terbaik di seluruh Jepang.
Kini Pulau Enoshima tidak hanya menjaga tradisinya sebagai pusat wisata dan kuliner, namun juga tempat memancing ikan dan berselancar yang paling dekat dengan Tokyo.
Lokasi
Pulau Enoshima terletak kurang lebih 47 km sebelah selatan dari kota Tokyo.
Secara adminstratif, Pulau Enoshima adalah bagian dari Kota Fujisawa di Prefektur Kanagawa. Wilayah ini dikenal dengan istilah Shounan, yakni daerah wisata pantai di Prefektur Kanagawa.
Terdapat dua jalur kereta yang bisa mengantar Anda dari Tokyo ke Enoshima: Odakyu-Enoshima Line, dengan pemberhentian di Stasiun Katase-Enoshima yang bergaya Tiongkok dan Enoshima Electric Railway (Enoden)dengan pemberhentian di Stasiun Enoshima.
Waktu Berkunjung
- Disarankan saat Musim Semi dan Gugur. Enoshima sangat padat oleh wisatawan di Musim Panas. Beberapa restoran di Enoshima memiliki variasi kuliner yang lebih sedikit saat Musim Dingin.
Tempat Layak Dikunjungi
- Enoshima Yacht Harbor: Fasilitas ini dipakai sebagai arena lomba yacht di Olimpiade Tokyo 1968 serta olimpiade 2020 yang akan datang. Merupakan lokasi yang direkomendasikan bagi yang hobi memancing. Pemandangan samudera biru dengan mercusuar putih dan pulau Honshu (pulau utama Jepang) sebagai latar belakang adalah sesuatu yang dapat memanjakan mata Anda bagi yang ingin sekedar bersantai sambil memakan jajanan pinggir jalan.
- Enoshima Sea Candle: Merupakan sebuah mercusuar raksasa yang kemudian mejadi bangunanpaling dikenal di Pulau Enoshima. Dengan tinggi 60 meter dan letak 120 meter di atas permukaan laut, Anda dapat melihat Gunung Fuji dan kota Tokyo dari puncak mercusuar. Namun, pengunjung diharuskan membayar tiket masuk sebesar 500 Yen (60.000 Rupiah) bagi dewasa dan 250 Yen (26.000 Rupiah) bagi anak-anak.
- Samuel Cocking Garden: Sebuah taman yang dibuat di Era Meiji oleh insinyur asal Inggris, Samuel Cocking.
- Kuil Yasaka: Kuil Shinto yang dibangun untuk menyembah Gozu Tenno, dewa penjaga Kuil Yasaka di Kyoto. Setiap bulan Juli, festival besar diadakan di depan kuil.
- Toko Suvenir bergaya Era Edo (1615-1868): Seluruh Pulau Enoshima dihiasi dengan toko suvenir yang berjejer. Bila Anda yang tidak sempat datang ke Kyoto untuk melihat bangunan kuno Era Edo, maka toko souvenir di Enoshima bisa memanjakan Anda dengan desain tradisional mereka. Rumah kayu di Enoshima disominasi warna cokelat membuat suasana natural dan tenang. Meski banyak warga lokal tidak bisa berbahasa Inggris, namun mereka ramah dan mencoba untuk mengobrol sebisa mereka dengan orang asing.
- Gua Iwaya: Pulau Enoshima memiliki gua yang tercipta dari erosi air laut dengan panjang 152 km. Uniknya, gua ini menyimpan banyak relik peninggalan budaya Jepang bak museum di tengah kota.
- Pertunjukan Sulap: Pesulap jalanan kerap menjadikan taman di Pulau Enoshima sebagai panggung pertunjukan mereka. Tak jarang mereka meminta penonton untuk berpartisipasi. Andapun tak perlu dapat berbahasa Jepang untuk menikmatinya.
Kuliner
Pulau Enoshima adalah surge bagi mereka yang doyan seafood: sangat terkenal dan dipasarkan dengan murah untuk ukuran Jepang. Mulai dari berbagai macam ikan, kepiting, lobster, udang cumi-cumi, rumput laut dan lain-lain. Namun makanan yang paling khas adalah shirasu (ikan teri yang disajikan mentah). Sepertinya menjijikkan, namun shirasu tidak berbau amis dan malah terasa seperti sushi –Hanya saja bukan berbentuk potongan daging, namun tumpukan ikan teri.
Berbagai restoran kuliner Jepang terhampar dengan wujud bangunan tradisional dan atmosfir yang sangat cozy. Salah satunya adalah kumpulan restoran yang terletak di puncak pulau. Anda bahkan dapat melihat seluruh pulau di restoran ini.
Cemilan terkenal lainnya adalah es krim dengan berbagai cita rasa. Bahkan mereka menyajikan es krim rasa tahu, wasabi, bahkan es krim hitam.
RESTAURANT KOUDA レストラン甲田
Sejarah
“Kouda” dalam nama restoran ini tidak memiliki arti khusus, namun hanya nama keluarga si empunya restoran. Berdasarkan sensus, Kouda merupakan sebuah nama keluarga Jepang yang agak jarang ditemukan: menempati ranking ke-1.923 dari total nama keluarga yang ada di Jepang.
Sesuai dengan asal usul namanya, restoran ini dimiliki oleh keluarga Kouda, yang sangat berhasil dalam menghidupkan atmosfir kekeluargaan dalam restoran mereka. Betapa tidak? Berbeda dengan restoran kebanyakan, para pelayan dan koki akan mengobrol dengan ramah ke setiap pengunjung.
Isao Kouda, seorang pensiunan pekerja kantoran salarymankelahiran Niigata, Jepang, memutuskan untuk membuka restoran pada tahun 2010 untuk mengisi waktu pensiunnya. Isao Kouda yang kini berusia 79 tahun bertugas sebagai koki. Istrinya menjadi pelayan dan kasir. Anak perempuan mereka, Nobue Kouda, seorang ahli nutrisi, membantu Isao memasak, menyiapkan bahan makanan dan sesekali membantu melayani pelanggan. Apa yang membuat restoran ini unik? Sang pemilik yang sudah akrab dengan konsep masakan Halal dan bisa sedikit berbahasa Indonesia.
Lokasi
Restoran Kouda terletak di lantai dasar sebuah apartemen kecil dan menghadap ke jalan raya. Restoran ini mudah dilihat dengan adanya kanopi berbahan plastik dengan warna ungu terang.
Bila Anda menaiki kereta, maka stasiun terdekat dari restoran adalah Stasiun Yoyogi-Hachiman.
Alamat: 49-23 Motoyoyogicho Shibuya Tokyo (berdasarkan izin pemilik restoran).
Waktu Berkunjung
- Sepanjang tahun. Tidak ada perbedaan menu pada musim-musim tertentu.
- Buka pada hari Senin-Sabtu, dengan jam 11:30-14:30 dan 18:00-21:00. Restoran ini memiliki waktu rehat antara jam 14:30 dan 18:30 karena pasangan suami-istri Kouda yang sudah berusia uzur.
Menu Andalan
Uniknya, daftar menu dipajang dalam bentuk balok yang bisa dilepas di dinding bagian atas. Sayang sekali, menu tersebut ditulis dalam Bahasa Jepang. Namun, penulis dapat memberikan beberapa rekomendasi menu andalan berupa ikan bakar.
Ikan bakar Kouda bukan saja aman dikonsumsi oleh Muslim, namun juga yang cocok dengan lidah Indonesia dan tetap mempertahankan cita rasa Jepang.
Konsep makanan yang disajikan adalah “Teishoku”,atau nasi dengan beberapa lauk-pauk yang dipisah-pisah di beberapa mangkuk. Ikan bakar, menu rekomendasi penulis, satunya hanya dihargai 870 Yen: Sangat murah untuk ukuran restoran tradisional di Tokyo.
Ikan bakar yang ditawarkan ada banyak, tiga diantaranya adalah:
“Aka Dai Teishoku” 赤ダイ定食 ikan kakap bakar dengan sup, nasi, sayur, telur dan kentang.
“Sanma Teishoku” サンマ定食 ikan yellowtaildengan sup, nasi, sayur, telur, udon dan kentang.
“Saba Shioyaki Teishoku” サバ塩焼定食 ikan kembung bakar asin dengan sup, nasi, sayur, telur dan kentang.
Bumbu yang benar-benar meresap dengan cita rasa Jepang yang cocok untuk lidah Indonesia.
Menu penutup restoran ini adalah salad (“Sarada”), seperti salad macaroni (“Makaroni Sarada”) atau salad kentang (“Poteto Sarada”).
Terdapat pula banyak variasi makanan lain seperti sup, nasi omelet (omuraisu), kimchi dan berbagai variasi makanan Tiongkok, yang bisa ditanyakan kepada Nobue yang mampu berbahasa Inggris.
Harga
Menu andalan ikan bakar “Aka Dai Teishoku”, “Sanma Teishoku” dan “Saba Shioyaki Teishoku” dihargai 870 Yen atau 88.000 Rupiah. Teh Hijau “Ocha” adalah gratis dan air putih selalu dihidangkan untuk pengunjung. Namun, restoran juga menyediakan kopi dan soda dengan harga yang sangat murah. Harga paling mahal untuk satu orang adalah 1.000 Yen atau sekitar 110.000 Rupiah, sangat murah untuk ukuran restoran Jepang: Harga yang biasa Anda temukan di restoran fast food di Jepang yang tentu saja cita rasa yang membosankan.
Keunikan
- Pelayan yang menghidupkan suasana kekeluargaan dengan selalu mengajak Anda mengobrol.
- Nobue, salah satu pelayan, bisa berbahasa Inggris dan sedikit Bahasa Indonesia, seperti “Apa kabar” dan “Selamat pagi/siang/malam”.
- Harga yang sangat murah untuk ukuran restoran di Tokyo.
- Isao dan Nobue mengerti konsep “Halal”. Meski belum mengklaim sebagai salah satu restoran ramah-Muslim di Jepang, namun Restaurant Kouda sudah dikatakan dapat layak dikunjungi oleh wisatawan Muslim.
甲田
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H