Justru mereka yang menjadi provokator ini menerapkan ideologi divide et impera untuk kepuasan golongan pribadi.
Jayalah Kebhinekaan
Jangan sampai kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia dipecah-belah oleh peristiwa ini dan semoga masyarakat Indonesia yang sudah semakin cerdas dan rasional bisa menekan potensi kebangkitan isu “pribumi vs. non-pribumi”.
Siapapun yang salah harus dihukum secara adil karena kesalahannya, bukan karena suku, ras, jenis kelamin atau agamanya.
Saya menjadi teringat diskusi saya dengan seorang antropolog dari Bahrain (sebuah negara Arab berbentuk pulau di Teluk Persia). Beliau mengekspresikan kekagumannya pada multikulturalisme Islam di luar Jazirah Arab, terutama Indonesia. Bila bangsa Arab saja rindu akan multikulturalisme, mengapa kita dan oknum agama tertentu di sini ingin menghidupkan ekstremisme berbasis agama yang ditujukan pada suku tertentu?
Bhinneka Tunggal Ika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H