Mohon tunggu...
Muhammad Muizzsuddin
Muhammad Muizzsuddin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tinggi lebih dari 177 cm dan menyukai ide-ide yang baru dan segar. Baru saja lulus XII IPA2 dan langsung lupa dengan integral. Twit aktif di @yuddinYuddin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rencana Pendidikan Rencana Kesuksesan Masa Depan

27 Oktober 2015   10:05 Diperbarui: 27 Oktober 2015   12:20 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sisi lain pendidikan rakyat from static.tempo.co"][/caption]

Manusia hanya bisa merencanakan, Tuhanlah yang menentukan. Itu kata kata yang umum di masyarakat yang sebagian besar masih memegang teguh ajaran agamanya. Suatu kegembiraan bagi kita apabila melihat anak tumbuh dari hari kehari dengan peningkatannya, baik secara fisik, emosi, maupun intelijensi. Anak yang sebelumnya tidak tahu cara berbicara akhirnya membuat kita bahagia dengan panggilannya 'ayah' atau 'ibu'. Itu adalah suatu lompatan kecerdasan yang besar. Dan kita berharap kecerdasannya, kemampuannya menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia akan terus meningkat seiring berjalannya waktu.

Maka anak masuk ke lembaga lembaga pendidikan. Dimulai dari masa kecilnya masuk ke jenjang playgroup bagi orang tua yang menginginkan anaknya aktif sejak usia pra-sekolah. Lalu masuk ke jenjang taman kanak kanak dimana buah hati belajar membaca dan menulis, dia sedang belajar menjadi bagian dari sejarah. Sejarah dirinya sendiri, sejarah dunia, sejarah bangsanya, dan sejarah umat manusia. Usia SD anak mulai aktif untuk benar benar masuk ke pendidikan. Anak melanjutkan SMP, SMA, lalu masuk ke universitas. Itulah mimpi sebagian besar orang tua. Dengan bekal pendidikan yang cukup maka anak diharapkan siap menggantikan peran orang tua kedepannya.

Pendidikan yang cukup dan pendidikan yang baik tidak terjadi secara kebetulan. Diperlukan perencanaan pendidikan anak yang matang dan terarah agar anak bisa menyelesaikan pendidikannya sesuai target, sesuai harapan orang tua. Artinya pendidikan itu bukan hanya soal apakah anak bisa melewati semua jenjang pendidikan tapi lebih ke bagaimana anak bisa menyelesaikan setiap jenjang pendidikan, menyelesaikan kelas kelasnya tepat waktu.

Mengapa harus tepat waktu?

Anak adalah investasi orang tua. Bukannya menilai anak dari segi ‘bisnis’, tapi anak adalah mimpi masa depan orang tua, penerus bagi cita cita orang tua. Setiap detik yang ia punya, setiap detik yang kita punya harus sinkron satu sama lain. Salah satunya terganggu maka bisa berakibat terganggunya yang lain.

Sebagai dasar bahwa pendidikan anak dan rencana pendidikan anak harus disesuaikan agar bisa memenuhi target tepat waktu adalah probabilitas kemampuan orang tua bagi dukungan pendidikan anak anaknya. Baik dukungan secara materi berupa pembiayaan, maupun dukungan secara rohani anak berupa pendampingan.

Orang tua tidak selamanya bisa memberikan dukungan materi maupun rohani kepada anak. Ada saat dimana orang tua sudah mencapai masa pensiun sehingga dukungan materi tidak dapat dilakukan secara maksimal. Dan saat dimana orang tua telah tiada sehingga tidak dapat memberikan dukungan rohani. Maka penting bagi orang tua untuk merencanakan tahap tahap pendidikan anak sehingga siap mandiri saat waktunya telah tiba.

Anak yang mengalami pendidikan tepat waktu akan lebih mudah dalam menjalani tahap tahap rencana pendidikan yang telah disusun orang tua dibanding anak yang mengalami keterlambatan pendidikan. Dukungan pembiayaan akan lebih mudah pengaturannya karena telah dibuat set set anggaran bagi tiap jenjang pendidikan. Sebagai contoh saat anak menyelesaikan pendidikan SD tepat waktu yaitu 6 tahun tentu pembiayaan selanjutnya adalah untuk SMP. Jika anak tinggal kelas satu tahun saja maka itu artinya kita telah mengorbankan anggaran setelahnya secara berantai. Akhirnya kita telah mengorbankan set anggaran pendidikan terakhir yaitu kuliah. Padahal kuliah adalah jejang dengan pembiayaan paling besar.

Untuk memastikan bahwa ketepatan waktu pendidikan anak terpenuhi maka itulah pentingnya dukungan rohani bagi anak berupa pendampingan selama masa pembelajaran. Pendampingan dapat berupa teman belajar, teman berkeluh kesah tentang sekolahnya, maupun dalam bentuk yang lain. Anak yang mendapat pendampingan lebih besar kemungkinan untuk dapat menyelesaikan pendidikannya tepat waktu dibanding anak yang mendapat dukungan biaya yang besar namun tidak mendapat pendampingan dari orang tuanya. Dengan pendampingan pula kita dapat menghindari jurus memasukkan anak ke sekolah mahal hanya karena ingin pendidikannya terjamin. Biaya dihemat, pendidikan dapat.

Mengatur Biaya Pendidikan

Biaya pendidikan adalah hal yang sangat sensitif. Kemampuan tiap orang tua yang berbeda sementara kebutuhan pembiayaan yang meningkat tiap hari menuntut pengaturan finansial yang terarah dan efektif.

Sebagai gambaran bahwa kita anggap biaya per bulan saat sekolah anak per jenjang pendidikan sampai SMA dapat kita tutup dengan biaya Rp. 2.000.000,00 rata rata. Hitungan bisa lebih rendah atau lebih tinggi tergantung pada kebutuhan (sekolah negeri memungkinkan biaya bulanan lebih rendah dengan bantuan operasional1 sekolah tetapi untuk sekolah swasta bulanan terendah adalah Rp. 500.000,00/bulan sumber). Titik kritis adalah saat anak mulai dihadapkan pada pilihan masuk universitas. Jika anak masuk universitas negeri melalui jalur yang tersedia maka uang kuliah dapat diperkirakan sejak tahun 2015. Universitas negeri mempunyai program penghematan biaya pendidikan dengan UKT yaitu uang kuliah tunggal dimana biaya kuliah yang tercantum sudah mencakup keseluruhan tanpa ada biaya biaya lain. UKT didapatkan berdasarkan keterangan penghasilan orang tua per bulan.

Salah satu universitas negeri terbaik Indonesia yaitu Universitas Gadjah Mada memiliki 6 tingakatan UKT seperti tabel dibawah ini.

[caption caption="tabel ukt ugm"]

[/caption]

Berbeda dengan universitas swasta yang tidak menerapkan UKT. Biaya kuliah dapat membengkak berlipat lipat. Maka dari itu kita perlu rencana anggaran mulai saat anak awal SD sampai SMA dengan tabungan pendidikan dan asuransi pendidikan.

Menabung bagi sebagian kalangan adalah hal yang sulit mengingat kebutuhan sehari hari yang selalu menguras anggaran rumah tangga. Terutama bagi keluarga golongan menengah kebawah. Menabung adalah hal yang sulit. Tapi sebenarnya tidak terlalu sulit apabila dilakukan secara konsisten.

Sebagai hitung hitungan ringan, dikutip dari Wikipedia bahwa Bank Dunia menetapkan pada Oktober 2015 bahwa kategori miskin adalah yang pendapatannya US 1,9 $ atau sekitar Rp. 20.000,00/hari yang jika dikali 30 hari maka,

Rp 20.000,00 × 30 hari = Rp 600.000,00

 

Yang berarti pengeluaran bulanan adalah Rp. 600.000,00 minimal dengan nilai lebih besar bagi golongan diatasnya. Sebagai catatan pendapatan perkapita Indonesia adalah Rp. 47.000.000,00 (Google keyword : Indonesia per capita income). Artinya warga negara Indonesia rata rata memiliki pendapatan Rp. 3.966.666,00/bulan.

Rp 3.966.666,00 – Rp.600.000,00 = Rp 3.366.666,00

Diambil dari data keuangan tadi artinya bisa saja menyisihkan sedikitnya Rp. 1.000.000,00 untuk tabungan perbulan yang jika dikalikan 12 bulan maka,

Rp 1.000.000,00 ×12 bulan = Rp 12.000.000,00

 

Jika menabung telah dimulai sejak anak berada di usia kelas 7 SMP konsisten sampai kelas 12 SMA maka persiapan biaya kuliah tersedia adalah Rp. 72.000.000,00. Dengan biaya sebesar itu maka bisa untuk membayar biaya kuliah UKT 4 di UGM yang rata rata sebesar Rp. 5.000.000,00/semester dan jika kuliah selesai dengan target maksimal 5 tahun (10 semester) maka UKT menghabiskan sebesar Rp. 25.000.000,00. Untuk universitas swasta perhitungan hampir sama akan tetapi ada biaya lain yang masih harus dibayarkan selain SPP dengan perkiraan mencapai

 

Rp. 30.000.000,00 per semester ×10 semester = Rp.300.000.000,00

Perhitungan diatas tidak selamanya tepat karena ada faktor faktor lain yang memengaruhi naik turunnya biaya pendidikan. Inflasi, deflasi, dan berubahnya kondisi ekonomi negara dapat menjadikan pengaturan seperti diatas menjadi kacau. Tapi setidaknya melalui pengaturan yang baik maka biaya pendidikan lebih terjamin dibanding tidak ada perencanaan sama sekali.

Apakah hitung hitungan tadi sudah sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia?

Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai macam kalangan dengan pendapatan, kebutuhan, pengeluaran, dan ekspektasi masa depan yang berbeda tentu tidak bisa memakai hitung hitungan ini. Akan tetapi setidaknya dengan hitung hitungan seperti itu menunjukkan bahwa perencanaan pendidikan melalui pembiayaan dapat dilakukan apabila diatur dengan baik.

Asuransi Pendidikan

Banyak sekali perusahaan keuangan yang menyediakan pengaturan pembiayaan pendidikan melalui asuransi. Asuransi pendidikan dapat saja dilakukan mengingat bahwa kemampuan orang tua untuk menyiapkan pembiayaan pendidikan anak tidak dapat mengandalkan hitung hitungan di atas kertas. Ada hal hal diluar kekuasaan manusia yang dapat saja terjadi dan menghambat pembiayaan pendidikan anak. Maka dari hal itu asuransi pendidikan sangat penting mengingat asuransi pendidikan dapat saja dilakukan oleh setiap orang. Perusahaan asuransi ada yang menetapkan premi yang dapat dibayarkan setiap bulannya oleh keluarga Indonesia dengan berdasar pada pendapatan perkapita tadi yaitu sebesar Rp. 210.000,00.

Asuransi pendidikan akan belaku efektif jika pihak penerima perlindungan asuransi dapat membayarkan premi yang telah disepakati berdasarkan jangka waktu yang ada baik itu perbulan, per dua bulan, per tiga bulan sesuai perjanjian asuransi. Jika pihak penerima mengalami hal hal yang dapat menyebabkan asuransi cair, misal musibah kecelakaan, maka asuransi cair. Tapi jika tidak terjadi apa apa maka uang premi itu bisa ditarik untuk mendapatkan pembiayaan pedidikan.

Apa perbedaan antara tabungan dengan asuransi?

Tabungan pendidikan bersifat investasi, melakukan fokusnya dalam bidang pembiayaan dengan memastikannya tercukupi sementara asuransi pendiidkan berfungsi sebagai proteksi apabila terjadi musibah kepada penerima pelindungan.

Realitanya di lapangan, ada produk yang menyatukan antara tabungan dan asuransi. Kedua fungsi baik investasi maupun proteksi tercakup dalam produk tersebut.

Sebagai contoh beberapa asuransi pendidikan menyediakan fungsi investasi dengan instrumen keuangan layanannya untuk menempatkan dana. Hal itu menjadikannya tidak hanya menyediakan fungsi proteksi tapi penerima perlindungan juga mendapatkan investasi atas premi yang dibayarkan untuk pembiayaan pendidikan nantinya. Tabungan pendidikan melakukan fungsi yang sama dengan menyediakan fasilitas proteksi asuransi yang akan meneruskan pembayaran iuran jika penyetor meninggal dunia.

Akhirnya dapat dikatakan bahwa rencana pendidikan anak dapat dilakukan dengan mengatur bagaimana anak masuk ke suatu jenjang pendidikan, masa tempuh, proses pembiayaan, dan pelindungan atas pembiayaan. Perencanaan pendidikan yang baik tidak hanya mementingkan bagaimana kebutuhan pendidikan melalui pembiayaan tercukupi dengan baik tetapi juga mengatur proses pendidikan anak sehingga semua berjalan sesuai rencana. Sementara pembiayaan sendiri tidak hanya mengandalkan kemampuan orang tua tetapi juga mengajak anak ikut serta dalam perencanaan dan penggunaannya.

Rencana pendidikan tidak hanya mengandalkan kemampuan orang tua tetapi juga melibatkan anak baik itu dalam prosesnya maupun mengenai pembaiayaannya. Pendidikan tidak hanya soal ilmu bagaimana mengukur jarak bumi dengan matahari tetapi pendidikan adalah bagaimana anak menyesuaikan dengan keadaan sehingga memiliki feeling untuk masa depannya.

Banyak sekali hal hal yang dapat didiskusikan dalam proses perencanaan pendidikan anak, semua hal itu sangat penting agar anak dapat menikmati masa pendidikannya dan mendapat ilmu yang dibutuhkannya untuk mengarungi kehidupan dimasa mendatang. Semua pemaparan penulis adalah hanya hitung hitungan diatas kertas yang berarti masih ada kemungkinan lain yang lebih efektif. Semua kembali pada orang tua. Apa yang ingin diberikan ke anak anaknya, apa yang ingin dia dapat dari anak anaknya.

Sekian.

Penulis merupakan anak usia sekolah sehingga belum bisa merasakan apa yang telah dirasakan orang tua tentang bagaimana susahnya mengatur pendidikan anak. Penulis hanya memaparkan apa yang terlintas di kepala, pengalaman diskusi pendidikan dengan orang tua penulis yang memiliki pendapatan dibawah standar Bank Dunia, serta melalui pemahaman penulis selama ini dalam dunia pendidikan. Mohon maaf jika ada penggambaran yang kurang berkenan dan tidak sesuai dengan kondisi pembaca.

footnote :

1 biaya pendidikan beberapa sekolah negeri sampai digratiskan atau ada aturan bahwa biaya yang dibayarkan berbentuk suka rela di MAN LAB UIN Yogyakarta SPP berkisar Rp. 85.000,00/bulan Oktober 2015

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun