Ketiga, senantiasa "berpikir negatif". Jika saat ini merebak motivator yang selalu berteriak agar selalu berpikir positif (positive thinking), maka penulis harus bertolak dari premis itu. Karena segala hal akan mudah diurai urat-uratnya jika yang dipakai adalah kerangka negativitas. Dalam arti memandang semua fenomena yang terjadi tak berjalan semestinya. Jika disederhanakan mungkin bisa dirangkum dalam kalimat: "ada yang salah dari semua ini".
Keempat, berangkat dari lokalitas. Dari sesuatu yang kita alami dan resapi sehari-hari. Dalam bahasa yang populer adalah: think globally, act locally. Jauhkan tradisi menulis persoalan dengan model narasi besar semisal: "Tumbangnya Kapitalisme di Indonesia". Tulisan seperti ini lazimnya akan berakhir dengan hamparan teori melangit yang kurang berpijak pada realitas konkret. Berangkatlah dari persoalan riil yang kita temukan di sekitar. Observasi lapangan, mengamati kondisi sekitar, karenanya menjadi hal yang penting.
Kelima, mulailah dari menulis buku harian (diary). Untuk menjadi penulis, resep paling jitu sebenarnya dengan memulai menulis buku harian dari sekarang. Menulis diary tentu bukan hanya soal menumpahkan pikiran dan perasaan yang teramat pribadi. Melainkan juga ikhtiar untuk selalu berusaha jujur pada diri sendiri. Kadang hanya di depan diary-lah kita bersikap jujur, bebas, dan apa adanya. Lewat buku harian pula, ranah sosial banyak yang terekam. Sebab, di sana kita juga bisa menulis soal wajah bangsa dan masyarakatnya. Perjumpaan antara pikiran-perasaan dan realita dunia seperti itu terkadang melahirkan tulisan yang tak hanya menyentuh, tapi juga bisa menjadi inspirasi bagi khalayak ramai.
Anne Frank (The Diary of Young Girl), Soe Hok Gie (Catatan Harian Seorang Demonstran), Mochtar Lubis (Catatan Subversif), Ahmad Wahib (Pergolakan Pemikiran Islam) adalah beberapa buku catatan harian yang berhasil menginspirasi banyak pembaca hingga menjadi bacaan abadi sampai detik ini. Sepertinya mereka memahami betul peribahasa Latin: scrifta manent, verba volant (apa yang diucap akan hilang ditelan zaman, apa yang ditulis akan abadi hingga kapanpun).
Ketujuh, jika di tengah proses penulisan mengalami writer's block berhentilah sejenak. Tinggalkan semua aktivitas menulis. Dengarkan musik, pergi berkebun, bercengkrama dengan orang sekitar, mancing, atau sekadar lari-lari kecil. Pemberhentian di sini tentu tak diniatkan sebagai pelarian. Melainkan hanya sekadar halte untuk menghela jeda agar pikiran bisa refresh dan ide segar menghampiri lagi.
Ketujuh resep ini merupakan stimulus generik yang berkaitan langsung dengan mental dan pikiran. Lalu bagaimana dengan stimulus tubuh agar senantiasa fresh? Kendati kerap diabaikan oleh banyak penulis, poin yang satu ini sebenarnya tak kalah penting dengan ketujuh resep di atas. Saya masih percaya dengan peribahasa lawas yang mengatakan men sana in corpore sano: dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
Berangkat dari keyakinan itu, saya senantiasa menggunakan minyak Kayu Putih Aroma untuk menghalau beberapa kemungkinan efek negatif yang kerap muncul lantaran pola menulis yang kurang baik. Khususnya Kayu Putih Aroma yang bercitarasa Lavender. Sebab penulis lazimnya bekerja di malam hari dan duduk berjam-jam di depan laptop bertemankan kopi. Tentu pola hidup yang demikian sebenarnya jauh dari kata sehat. Dari sinilah minyak Kayu Putih Aroma mendapatkan relevansinya yang tak terbantahkan. Apalagi kini musim penghujan tengah menderu rerata wilayah di Indonesia. Kehadiran minyak Kayu Putih Aroma kian menemukan titik urgensinya.
Ini seperti yang saya alami beberapa waktu lalu ketika mendapat undangan mengisi workshop menulis di Jakarta. Saat itu, minggu (17/12/17), saya baru saja tiba dari petualangan riset di Yogyakarta dengan kondisi masuk angin hebat akibat terserang hujan tanpa henti dan pola makan yang tak teratur. Tak dinyana, hari selasa (19/12/17) saya mendapat undangan mengisi workshop menulis di pesantren yang didirikan presiden keempat republik Indonesia. Acara workshop menulis itu merupakan rangkaian acara peringatan wafat (haul) sang presiden yang diadakan Jumat (22/12/17).
Kandungan 99,75% minyak ekaliptus (oleum eucalyptus) dan 0,25 % fragrance levender oil yang terdapat di dalamnya sungguh sangat membantu meredakan masuk angin, sakit perut, kembung, mual, dan sebagainya. Cukup mengoles secara merata minyak Kayu Putih Aroma pada bagian tubuh yang sakit, semua kendala di atas akan sirna secara paripurna. Atau boleh juga dengan cara mencampur beberapa tetes minyak Kayu Putih Aroma dengan air panas lalu menghirup uapnya.