Mohon tunggu...
Subarkah Mochammad
Subarkah Mochammad Mohon Tunggu... -

Tinggal di Kota Palu, berkiprah didunia jurnalistik sejak sma, mahasiswa dan bekerja di media lokal Mingguan Alkhairaat,pernah pula bekerja di LKBN ANTARA biro Palu serta kini menjadi Kontributor Bisnis Indonesia, aktif di Organisasi Jurnalis(Aliansi Jurnalis Independen - AJI Palu) sebagai sekretaris.

Selanjutnya

Tutup

Money

2.000 Ton Rotan Menumpuk di Sulteng

8 Februari 2011   09:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:47 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Palu-Ketua umum Asosiasi Pengusaha Rotan Indonesia (APRI), Sabar Nagarimba, Selasa(8/2) menyebutkan sekitar dua ribu ton rotan di Sulawesi Tengah (Sulteng) menumpuk. Hal itu mengemuka dalam pertemuan konsolidasi organisasi dan mendengarkan keluhan dari para anggota APRI di daerah-daerah.

“Hal ini terjadi dikarenakan kebutuhan dalam negeri menurun dan ekspor yang kerabkali mengalami berbagai hambatan,”ujarnya.

Ia menambahkan kondisi demikian juga terjadi di daerah lain, untuk kawasan se-sulawesi hampir dua hingga tiga ribu ton juga menumpuk. Olehnya APRI mengharapkan agar pemerintah untuk memperhatikan kondisi yang dialami oleh penghasil rotan di daerah-daerah.

Sabar Nagarimba, menilai pemerintah yang selama ini mengeluarkan kebijakan atau regulasi terkait tata niaga rotan mesti secara serius memperhatikan kondisi yang ada dilapangan utamanya di daerah-daerah penghasil rotan.

”Kami mengharapkan ketentuan pemerintah yang memproteksi industri hilir dalam negeri jangan sampai mematikan industry hulu. Kami mendukung hal itu tapi sekaligus meminta agar pengambil kebijakan mendengar dan melibatkan daerah penghasil rotan dalam menetapkan sebuah kebijakan,”pinta Sabar Nagarimba.

Indonesia sebagai penghasil rotan terbesar di dunia setiap tahunnya mendapatkan kuota ekspor sebesar 36 ribu ton sebagaimana yang ditetapkan dalam Permendagri Nomor 36 tahun 2009 sementara itu terdapat sekitar enam ratus ribu ton rotan lestari yang belum mampu terserap.

“Tidak semua jenis dan ukuran dapat diserap oleh industri dalam negeri sementara terdapat jenis dan ukuran rotan yang lainnya yang juga bisa dimanfaatkan ataupun di ekspor namun lagi-lagi terkendala oleh peraturan yang ada,”ungkapnya.

Tak hanya itu, APRI juga menolak jika dikatakan mereka mengekspor rotan mentah, yang diekspor merupakan rotan olahan karena sebelumnya melalui beberapa tahapan proses,”Saya ingin menegaskan bukan rotan mentah yang diekspor akan tetapi rotan olahan dan sangat sering kami dengar istilah ekspor rotan mentah tapi sesungguhnya yang diekspor merupakan rotan olahan,”tandas Sabar Nagarimba.

Terkait hal itu, Sabar Nagarimba kembali menegaskan agar pemerintah memperhatikan terkait kondisi tata niaga rotan saat sekarang,”Mesti ada respons dari pemerintah karena hal ini sudah seringkali kami suarakan,”Kata Sabar Nagarimba mengingatkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun