Di sisi lain, Korea yang memiliki tradisi keterbukaan, tanpa tedeng aling, to the point, blakblakan dalam menyikapi sesuatu menjadi boomerang bagi dunia pergaulan disana, apalagi yang bergiat diranah panggung hiburan.
Dan, dengan makin berkembangnya teknologi digital (internet) sang artis, penyanyi atau manajemen mendapatkan beban lebih untuk bisa merespon. Hinaan, cibiran dan kritik pedas kadang membuat sang artis --yang juga bermain medsos-- tak siap merespon. Gemerlap panggung, tepuk tangan pujian, hingga honor yang melimpah dan hidup mewah kadang bertolak belakang dengan kenyataan, tidak semuanya penikmat pertunjukan memujanya.
Perlu mentalitas Baja untuk bisa merespon ketenaran. Tenar tidak selamanya enak. Ketenaran kadang membatasi ruang gerak, dan bagi artis Ini berarti kesendirian dan menjadi teralineasi dari dunia rill yang pernah  dialaminya saat awal karir.
Menyalahkan manajemen artis, tentu Ini bukan cara yang bijak, dan bahkan tidak tepat. Sebagai agency yang menaungi banyak artis, sangat  tidak mungkin menghandle person to person artis. Lagi pula, agency juga dijubeli dengan pekerjaan yang melimpah dan tanggung and jawab yang besar.
Hal yang jadi penting dalam menyikapi Ini adalah memperkuat kembali instrumen keluarga yang dipagari dengan nilai-nilai, etika dan aturan. Bila saja instrumen agama yang bisa di kedepankan, ini bisa menjadi semacam pagar penguat mental dan spiritual sang artis untuk siap menempuh and kesuksesan atau kegagalan.
Yang cukup menarik terkait dengan fenomena bunuh diri diatas, adalah dunia  keartisan di tanah air. Belum ada studi yang memberi catatan, angka bunuh diri dikalangan artis atau penyanyi  di Indonesia. Yang terjadi adalah meningkatnya artis/ penyanyi yang terjaring kasus narkoba. Karir yang baik kadang tercoret akibat sang artis menggunakan atau menjadi  bandar  narkoba.
Fenomena unik lainnya adalah, ketika artis berada di puncak karir, tidak sedikit yang akhirnya melakukan aksi hijrah. Yakni aksi kembali "ke jalan Tuhan". Semacam  refleksi spiritual tentang makna hidup dan menempuh jalan  itu sebagai model instropeksi.
Dalam konteks kreativitas dan packaging, KPOP memang memiliki kelebihan. Jika Hal yang ini menjadi trend, itu memang sudah jalannya. toh, trend juga ada masanya. Yang lebih penting adalah, ketika kita menikmati sebuah  popularitas jangan lupakan nilai-nilai  dari mana kita  berasal dan mengingat diri bahwa banyak yang mencintai kita.
Karir dan popularitas bukanlah segalanya. Menjadi  idola itu juga membawa beban  dan tanggung jawab, minimal untuk diri sendiri dan maksimal menjadi inspirasi bagi banyak orang, untuk menjadi lebih baik, manfaat dan hidup lebih bermakna. [foto:istimewa]
Sr lysthano
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H