Mohon tunggu...
lysthano sir
lysthano sir Mohon Tunggu... Penulis - music, book and art enthusiast

blogger newbie

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ramai-Ramai Rekaman dalam Vinyl, Akan Kembali Menjadi Trend kah ?

20 Juni 2015   23:27 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:42 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

oleh  lysthano (indonesia music observer)

Ilustrasi Vinyl/Madrideasy.com

 

 

Medium perekam suara dalam bentuk Vinyl  atau yang dikenal dengan piringan hitam" sepertinya akan "bersinar" kembali. Sejumlah musisi dalam negeri tidak segan-segan untuk merekam dalam cakram jenis plastik ini.

Sejumlah musisi Indonesia yang siap-siap melansir album dalam bentuk Vinyl, diantaranya  kelompok vokal D'Masiv, Pure Saturday, White Shoes and The Couples Company, dan segera musisi senior, Guruh Soekarnoputra.
 

Selain dari sisi suara, kelebihan Vinyl dari medium lain seperti CD atau file dalam MP3, juga ekslusivitas, gengsi dan pasti langka. Seperti halnya DMasiv hanya merekam album mereka dalam vinyl hanya 500 keping saja.
 

“Saya itu kolektor kaset, CD, dan sekarang dapat penghasilan lebih bisa mengoleksi piringan hitam. Menurut saya, album fisik nggak akan mati. Kita selalu takut kalau album fisik sudah tergeser dengan digital. Padahal, album fisik itu nggak mati. Fisik itu masih ada dan lebih banyak keuntungan. Kalau digital cuma lagu, tapi dengan piringan hitam nanti ada foto-foto dan lebih detail soundnya,” tutur Rian.

Seperti diketahui, setelah tiga dekade, ini merupakan pertama kalinya label rekaman Musica Studio’s mengeluarkan piringan hitam. Label ini pernah mengeluarkan piringan hitam pada era 1970-an. “Jadi, kami buat piringan hitam pertama di Musica. Sebelumnya juga pada 1980-an pernah membuat piringan hitam, tapi khusus untuk di radio-radio,” kata Rian.

Di Indonesia sendiri, piringan hitam mulai digunakan sebagai alat perekam sekitar tahun 1957. Perusahaan rekaman yang berjaya saat itu dan memproduksi piringan hitam adalah Lokananta di Surakarta dan Irama di Menteng. Beberapa artis seperti Koes Bersaudara, Titiek Puspa, dan Lilies Suryani adalah yang merekam lagunya di perusahaan rekaman tersebut dalam format piringan hitam. Pada masa itu di Indonesia, piringan hitam termasuk mahal, ditambah lagi dengan alat pemutarnya, jadi tidak semua orang di Indonesia memilikinya. Itulah salah satu faktor yang menyebabkan piringan hitam kurang terkenal di Indonesia.
 

Untuk di dunia sendiri, piringan hitam mulai turun pamornya sejak adanya CD pada awal tahun 1980an. CD berhasil menggusur pasar piringan hitam karena fisiknya yang lebih kecil sehingga dapat dengan mudah dibawa, ditambah lagi suaranya yang jernih.
 

Namun, pada masa sekarang ini, piringan hitam masih dan sedang banyak dicari. Karena orang-orang yang ingin memiliki rekaman musisi idolanya, ingin mempunyai rekaman mereka dari zaman piringan hitam. Lagipula rekaman lagu-lagu untuk musisi-musisi lama lebih banyak di piringan hitam. Selain itu nilai tambahan untuk yang mempunyai piringan hitam sekarang ini adalah kepuasan batin, gengsi, dan esensinya dalam mengoleksi barang.


Trend Vinyl  di Inggris
The Entertainment Retailers Association (ERA) mengumumkan hasil penjualan piringan hitam atau vinyl di Inggris mencapai angka menggembirakan. Distribusi musik melalui media digital memang masih diunggulkan, tetapi hal itu tidak lantas membunuh pasar rilisan fisik lesu.

Era menyatakan bahwa 844.122 piringan hitam telah terjual sepanjang tahun 2014 ini, ditargetkan bahwa sebelum akhir 2014 penjualan mampu menembus angka 1 juta keping.

Penjualan tertinggi diraih album "AM" dari Artic Monkeys, disusul album "Lazaretto" dari Jack White, dan album "Definitely Maybe" dari Oasis. Sementara itu, album self-titled dari Royal Blood dan Led Zeppelin bertengger di urutan ke-lima.

Pencapaian penjualan piringan hitam pada 2014 ini melampaui penjualan tahun 2013. Pada tahun 2013, tercatat 829.243 piringan hitam terjual. "Ini merupakan perubahan yang luar biasa," kata Direktur ERA, Kim Beyley.

"Para pengecer yang pertama kali melihat potensi dari piringan hitam dan membuat acara Record Store Day. Melihat perusahaan rekaman semakin banyak yang merilis piringan hitam, tidak ada tanda-tanda tren ini akan mereda," sambung Beyley.

Meski penjualan meningkat tajam, tetapi piringan hitam hanya menyumbang 3 persen dari penjualan fisik. Porsi terbesar tetap dipegang CD dengan mendominasi pasar sebesar 97 persen. Salah satu penjualan piringan hitam terbesar adalah melalui situs Amazon. [bbs/cak/foto:istimewa] - sumber cinmi.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun