Mohon tunggu...
Lysbet Laura
Lysbet Laura Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rinduku untuk Rinjani

7 Mei 2020   16:16 Diperbarui: 7 Mei 2020   16:19 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kulihat daftar kelas 'online' hari ini. Kelas 'online' menjadi sebuah rutinitas baru bagi kami. Kelas yang menghubungkan ku dengan mereka. Mereka yang berada di rentang waktu yang berbeda, tempat berbeda. Setiap hari kami bertemu dan belajar bersama tapi rindu ini tak kunjung hilang.

Sudah sebulan lebih kami tak bertemu di rumah belajar. Rumah terbuka beratap alang- alang dengan pilar- pilar kayunya yang kokoh. Rumah yang dihiasi hijaunya pohon kelapa berbaris sepanjang mata memandang.  Rumah yang biasanya kami penuhi dengan berbagai kegiatan dan kisah.

Sejak pandemi melanda, kami hanya bertemu di kelas' online'. Tak jarang mereka bertanya kapan mereka boleh kembali ke sekolah seperti biasanya. Bahkan beberapa dari mereka terpaksa meninggalkan pulau ini tanpa sempat mengucapkan selamat tinggal kepada teman- teman dan guru. Mereka terpaksa kembali ke negara asal mereka untuk sementara waktu. Kepulangan mereka yang mendadak meninggalkan banyak rindu.

Tak dapat kulupakan seminggu sebelum kelas 'online' pertama, mataku tak dapat istirahat, hatiku cemas. Tak terhitung banyaknya komunikasi melalui 'whatsapp group'. Komunikasi dengan rekan guru dan orang tua murid memastikan semua prosedur dan jadwal mengajar 'online'.

Hari pertama aku bahkan datang lebih pagi ke sekolah. Berusaha menghilangkan kecemasanku. Ketika kakiku melangkah masuk, aku berharap akan menemui wajah- wajah mereka seperti biasa.  Namun hanya kicau burung yang menyambutku. Dua ekor anjing yang biasa bermain di sekolah pun seolah merasa kesepian tanpa kehadiran murid- murid. Sekilas kutatap ayunan yang terbuat dari 'surfing board' diam membisu.  dan 'monkey bar' tempat mereka biasa mengasah keberanian pun ikut mematung tanpa suara tangis murid yang terkadang terjatuh.

Sunyi, hening saat aku melangkah masuk kedalam kelas. Kupandangi satu persatu nama yang terukir dengan kapur tulis di balok kayu.  Tak sadar aku mengucapkan nama kalian seolah berusaha mengusir rinduku.

Seminggu pertama yang penuh tantangan. Minggu pertama yang menjadi tangga awal dimulainya babak baru bersama murid dan orang tua. Petualangan yang bukan hanya tentang belajar, bukan hanya bagaimana mengisi kolom- kolom di buku laporan akademis siswa. Ini lebih besar dari semua itu. Seiring perjalanan, kami belajar dan berbagi banyak hal.

Kami belajar lebih berempati.  Ya, berempati membuat kami lebih mudah melewati ketidak pastian ini. Berempati mengajarkan kami saling membutuhkan, tidak hanya untuk didengar tapi juga mendengar. Belajar untuk saling menguatkan. Belajar untuk terus menjaga bahwa harapan itu selalu ada. Harapan suatu saat nanti kami akan bertemu kembali di rumah belajar, rumah yang kami rindukan selama ini, Rinjani Indah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun