Mohon tunggu...
alisya aor
alisya aor Mohon Tunggu... Lainnya - siswa

ski..? skibidi toilet

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Berpikir Sinkronik dan Diakronik dalam Sejarah

11 September 2024   21:21 Diperbarui: 11 September 2024   21:46 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Rumusan Masalah

1. Apa itu kemampuan berpikir diakronik dan sinkronik dalam sejarah?

2. Seberapa pentingkah kemampuan berpikir diakronik dan sinkronik? Mengapa tidak dan mengapa iya?

3. Apa saja contoh-contoh pemikiran diakronik dan sinkronik dalam sejarah?


  • Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengenal arti dari kemampuan berpikir diakronik dan sinkronik dalam sejarah sekaligus contoh-contohnya. Begitu juga dengan mengetahui penting atau tidak kemampuan berpikir tersebut dan alasan mengapa hal tersebut penting atau tidak.


ISI 

Sebelum kita menyelam lebih dalam ke topik berikut, mari kita mengerti apa arti dan pengertian dari kata 'diakronik' dan 'sinkronik' terlebih dahulu. Berpikir mengenai sejarah pada penelitian sejarah ini terkait aspek atau kemampuan berpikir manusia. Kemampuan berpikir tersebut adalah secara kronologi atau diakronik dan sinkronik. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), diakronik adalah pendekatan terhadap bahasa dengan melihat perkembangan sepanjang waktu atau bersifat historis. 

Hal ini menyerupai dengan definisi diakronik yang disampaikan oleh Verelladevanka Adryamarthanino dan Tri Indriawati. Menurut mereka, konsep berpikir diakronik pada dasarnya adalah suatu cara untuk berpikir secara runtut atau kronologis dalam menganalisis atau meneliti suatu hal tertentu. Maksud dari kronologis sendiri adalah suatu catatan mengenai peristiwa atau kejadian dengan secara runtut berdasarkan waktu kejadian. 

Istilah diakronik sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dia dan chronoss. Dia berarti melampaui, melalui, atau melintas, sedangkan chronoss adalah waktu, sehingga diakronik berarti suatu hal yang melalui, melampaui, dan juga melintas batasan waktu tertentu. Berpikir secara diakronik berarti berpikir kronologis dalam menganalisa sesuatu, sehingga dalam konsep diakronik sebuah peristiwa sejarah harus diuraikan dengan garis waktu yang berurutan. Sebab, kronologis dalam peristiwa sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu secara tepat. Selain itu, dapat pula membantu untuk membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat berbeda. Cara berpikir diakronik digunakan untuk mengkaji sejarah yang memuat dua unsur, yaitu unsur periodisasi dan unsur kronologis. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing unsur,

  1. Unsur periodisasi

Unsur periodisasi dalam berpikir diakronik merupakan unsur yang menganalisis suatu peristiwa sejarah yang berlangsung secara runtut. Contohnya adalah masa praaksara, yang menjelaskan tentang proses manusia yang sebelumnya tidak mengenal tulisan hingga ditemukan aksara pada masa itu. 

  1. Unsur kronologis 

Unsur kronologis berarti menganalisis suatu peristiwa sejarah yang berlangsung secara teratur dari segi proses dan terjadinya peristiwa. Contohnya adalah masa penjajahan Jepang di Indonesia yang berlangsung sejak 1942 hingga 1945.

Pengertian ini juga serupa dengan yang disampaikan oleh Steffy Gracia. Namun, ia juga berpendapat bahwa berpikir diakronik adalah salah satu komponen dari berpikir sejarah. Konsep berpikir diakronik memandang masyarakat sebagai sesuatu yang terus bergerak, berproses dalam hubungan kausalitas atau sebab akibat, dengan secara kronologis dalam menganalisa suatu hal tertentu. Dengan kata lain, berpikir diakronik menganggap kehidupan sosial sebagai sesuatu yang selalu bergerak dan mengalami perubahan seiring berjalannya waktu secara terus-menerus.

Kesimpulan mengenai arti dari diakronik dari berbagai sudut pandang yang telah diurai telah kami rumuskan menjadi satu paragraf. Diakronik adalah menganalisa suatu peristiwa sepanjang waktu secara runtut berdasarkan waktu kejadiannya masing-masing. Berpikir secara diakronik juga memikirkan mengenai hubungan kausalitas atau sebab akibat dari peristiwa yang sedang dianalisa. 

Namun, dimanakah letak perbedaan antara kemampuan berpikir diakronik dan sinkronik? Perbedaan konsep berpikir diakronik dan sinkronik terletak pada cakupan waktu dan ruangnya. Konsep berpikir sinkronis tidak berfokus pada waktu, sedangkan diakronis menekankan aspek waktu ketimbang cakupan ruangnya.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata sinkronis berarti yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi dalam suatu masa yang terbatas. Serupa dengan disampaikan oleh CNN Indonesia. Mereka berpendapat bahwa mempelajari sejarah secara sinkronik mempelajari peristiwa sejarah dengan segala aspeknya pada masa atau waktu tertentu secara mendalam sehingga dapat dijelaskan sinkronik dalam sejarah adalah cara mempelajari atau mengkaji pola-pola, gejala, dan karakter sebuah peristiwa sejarah pada masa tertentu. Konsep sinkronik lebih mengutamakan penggambaran ruang lingkup yang luas dan kurun waktu yang pendek. 

Kesimpulan yang dapat dirumuskan dari kedua pengertian yang telah disampaikan adalah sinkronik merupakan kata yang berarti mempelajari suatu peristiwa dan isi-isinya, seperti pelakunya, pola-polanya, dll. Konsep ini lebih fokus terhadap penggambaran ruang lingkup yang luas dan jangka waktu yang pendek.


  • Ciri-ciri dalam Konsep Berpikir Diakronik dan Sinkronik

Terdapat banyak ciri-ciri dalam konsep berpikir diakronik dan sinkronik dalam sejarah. Tentunya mereka berdua memiliki ciri-ciri yang berbeda. Oleh karena itu, mari kita belajar bersama masing-masing ciri-ciri yang dimiliki setiap gaya pemikiran. 

Banyak ahli berpendapat mengenai ciri-ciri dari masing-masing konsep. Salah satunya adalah Steffy Gracia. Menurutnya, ciri-ciri yang dimiliki oleh konsep berpikir diakronik sebagai berikut:

1. Memanjang, berdimensi waktu

2. Terus bergerak

3. Hubungan kausalitas

4. Sifatnya naratif, berproses serta bertransformasi

5. Dinamis

6. Lebih menekankan pada proses durasi

7. Digunakan di dalam ilmu sejarah.

Tidak hanya kemampuan berpikir secara diakronik yang memiliki ciri-ciri tetapi, kemampuan berpikir secara sinkronik juga memiliki ciri-ciri yang dimiliki. Menurut Olivia Sabat, ciri-ciri dari berpikir sinkronik adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari peristiwa sejarah yang terjadi pada masa tertentu

2. Menitikberatkan kajian peristiwa pada pola-pola, gejala, dan karakter

3. Bersifat horizontal

4. Tidak memiliki konsep perbandingan

5. Jangkaun kajian lebih sempit

6. Memiliki kajian yang sangat sistematis

7. Kajian bersifat serius dan mendalam


  • Tujuan Berpikir secara Diakronik dan Sinkronik

Tentunya, masing-masing cara berpikir memiliki tujuannya masing-masing. Yang pertama adalah manfaat berpikir secara diakronik dalam sejarah. Menurut Verelladevanka Adryamarthanino dan Tri Indriawati, tujuan berpikir secara diakronik adalah untuk mengajarkan cara berpikir secara kronologis yang teratur dan berurutan. 

Adapun tujuan yang dimiliki oleh kemampuan berpikir secara sinkronik dalam sejarah. Cara berpikir sinkronik memiliki banyak tujuan. Berdasarkan Olivia Sabat, tujuan berpikir secara sinkronik adalah untuk mengkaji pola-pola, gejala-gejala, dan karakter sebuah peristiwa dalam masa tertentu. 

Kesimpulannya, tujuan berpikir diakronik adalah untuk berpikir secara kronologis berdasarkan urutannya sementara tujuan berpikir secara sinkronik adalah untuk mengkaji informasi-informasi dalam sebuah peristiwa yang terjadi pada masa tertentu.

  • Contoh Pemikiran secara Diakronik dan Sinkronik dalam Sejarah

Banyak sekali contoh yang terdapat dalam pemikiran secara Diakronik dan sinkronik dalam sejarah. Salah satu contoh yang singkat telah disampaikan oleh Kembang Lisu Allo yaitu pertempuran Ambarawa yang terjadi semenjak 20 Oktober hingga 15 Desember 1945. Berikut merupakan contoh sejarah diakronik:

1. Tentara Sekutu yang diboncengi NICA mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945

2. Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, terjadi peristiwa tembak-menembak antara para pejuang kemerdekaan dengan pasukan Sekutu

3. Kolonel Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar pada tanggal 11 Desember 1945

4. Serangan mulai dilancarkan pada tanggal 12 Desember 1945 pukul 4.30 pagi

5. Pertempuran berakhir pada tanggal 15 Desember 1945 dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa. Sekutu dibuat mundur ke Semarang

Sinkronik juga memiliki keunikannya yang sendiri yang dapat kita lihat dengan contoh berikut. Salah satu contoh yang singkat telah disampaikan oleh CNN Indonesia yaitu suasana di Jakarta saat pembacaan Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Berikut merupakan contoh sejarah sinkronik:

Pembacaan Proklamasi pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No.56 merupakan peristiwa paling bersejarah dan penting bagi bangsa Indonesia. Pembacaan Proklamasi dihadiri sekitar 500 orang dari berbagai kalangan dengan membawa apapun yang bisa digunakan sebagai senjata. Meskipun Jepang sudah dikalahkan oleh Sekutu, Balantentara Dai Nippon (Jepang) masih berada di Jakarta. Namun suasana di Jakarta masih kondusif.  

Awalnya pembacaan proklamasi akan dibacakan di lapangan Ikada tetapi akhirnya dipindahkan ke kediaman Soekarno. Hal tersebut karena kekhawatiran terjadinya pertumpahan darah. Sekitar 100 anggota Barisan Pelopor kembali berjalan dari lapangan Ikada ke Kediaman Soekarno. Mereka datang terlambat dan menuntut pembacaan ulang Proklamasi tetapi ditolak dan hanya diberikan amanat singkat oleh Hatta.


KESIMPULAN 


  1. Konsep sinkronis menguraikan kehidupan sosial masyarakat secara rinci berdasarkan sejumlah aspek. Sementara itu, cara berpikir diakronis berarti memahami kehidupan sosial masyarakat secara memanjang berdasarkan dimensi waktu. Dengan konsep berpikir diakronik dan sinkronik akan mampu menguraikan ruang dan waktu suatu peristiwa sejarah. Sehingga akan membantu proses interpretasi yang tepat dalam merekonstruksi pembuktian sejarah.

  1. Contoh Sejarah Sinkronik

Suasana di Jakarta saat Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pembacaan Proklamasi pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No 56 merupakan peristiwa paling bersejarah dan penting bagi bangsa Indonesia. 

  1. Contoh Diakronik

Berikut contoh peristiwa yang dibatasi oleh waktu dengan konsep pemikiran diakronik: Masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk berlangsung antara tahun 1350-1389. Perang Diponegoro (Perang Jawa) berlangsung antara tahun 1825-1830. Penjajahan Jepang di Indonesia berlangsung antara tahun 1942-1945.

  1. Perbedaan konsep berpikir diakronis dan sinkronis terletak pada ruang lingkup ruang dan waktu. Konsep sinkronis tidak menitikberatkan pada waktu, sedangkan diakronis lebih menekankan pada aspek waktu dibandingkan ruang lingkupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun