Mohon tunggu...
Lailatul Qodriyah
Lailatul Qodriyah Mohon Tunggu... -

Selalu ingin menjadi manusia 'Pembelajar'

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Maafkan Saya Ibu

13 Maret 2013   09:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:51 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang pasti pernah menghadapi masalah. Karena adanya masalah membuat cara berpikir kita terkadang lebih dewasa dari yang sebenarnya.

Salwa adalah seorang wanita karier dengan profesi sebagai bidan senior di desanya. Dengan profesi sebagai bidan dia bertanggung jawab penuh terhadap pasiennya. Pasiennya lumayan banyak tidak hanya ibu-ibu hamil yang hendak periksa kehamilannya atau hendak melahirkan namun juga menerima imunisasi dan layanan KB. Di samping itu ada juga pasien yang berobat karena flu, batuk, pilek seperti layaknya seorang dokter, di rumahnya ada ruang rawat inap untuk ibu-ibu yang akan melahirkan dan ruang berobat jalan. Di desa kadang orang lebih percaya berobat ke mantri atau bidan dari pada dokter, entah karena sugesti atau karena biaya , yang jelas saya perhatikan selama ini banyak pasien yang berobat ke ibu Salwa.

Beberapa hari ini bu Salwa dihadapkan masalah yaitu ibu kandungnya sedang sakit. Kalau diliat dari keluhannya sebetulnya ibunya sakit bukan karena penyakit yang mengkhawatirkan, terbukti dari hasil laborat test darah normal. Syukurlah...tapi masih ada sesuatu yang mengganjal, ibunya sepertinya butuh perhatian penuh. Padahal sehari- harinya rasanya dia tak mungkin melayani ibunya dengan maksimal.

Pagi habis subuh kadang sudah ada pasien datang ke rumah, lalu berangkat dinas puskesmas, belum lagi jika ada rapat dinas di kota. Siang istirahat sebentar, sore kadang ada pasien lagi, praktis waktunya banyak tersita untuk melayani pasien.

Salwa sudah merasa bahwa dirinya kurang memperhatikan pada orang tuanya tapi apa daya tugas dan tanggung jawab sebagai bidan desa juga penting, begitu katanya. Saya rasa tidak hanya Salwa yang mempunyai problematika seperti ini, hampir semua wanita karier pernah mengalami ketika ibunya sakit mereka tidak bisa maksimal memberi perhatiannya. Kadang kasihan melihat orang tua seperti itu, dikala mudanya beliau menguras tenaga dan pikirannya untuk anak-anaknya, tetapi giliran beliau memasuki usia senja anak-anak disibukkan dengan pekerjaannya.

Sebetulnya tidak terlalu sulit momong orang tua, beliau butuh teman bicara, perhatian dan kasih sayang hampir sama dengan kita waktu anak-anak. Kalau kita waktu anak-anak tidak diperhatikan kan marah, berontak atau diam dalam wajah cemberut, murung. Begitu juga dengan orang tua kita saat kurang perhatian, akhirnya terjadi ketidakcocokan, makan kurang asin marah, terlalu manis juga marah, pembantu yang sifatnya membantu juga ikut kena marah. Padahal cari pembantu saat ini juga tidak mudah. Kendala utama kita tidak banyak waktu yang tersedia untuk itu, mengajak ngobrol dan memberi perhatian, terutama bagi wanita karier.

Jangan pernah punya pikiran untuk menitipkan ke panti jompo walaupun dengan dalih lebih enak dan diperhatikan, kecuali kalau memang orang tua menghendaki untuk menenangkan diri atau merasa lebih nyaman karena banyak teman sebaya. Jika masih mampu membayar tenaga medis di rumah mungkin lebih baik tinggal di rumah, karena dengan tinggal di rumah orang tua bisa melihat anak dan cucu-cucunya. Jika memang tidak mampu orang tua biasanya lebih bisa memaklumi kondisi anak-anaknya.

Sekedar intermezo aku sampaikan pada Salwa, "Ntar kalau sudah sehat, ajarkan ibumu berselancar di dunia maya aja deh, biar punya banyak teman. Buka FB apalagi bisa baca postingan teman2 di kompasiana, wah ga bakalan ribut cari perhatian lagi he... he..he.."

"Hmmm...kok gitu sih sarannya, tapi bener juga kali ya. Jaman sekarang kalau lagi buka internet banyak tuh yang lupa waktu, bisa cari teman, cari informasi atau sekedar jalan-jalan di lapak orang he..he..."

Akhirnya bagaimanapun juga Salwa merasa menyesal dan berharap bisa meluangkan waktu lebih banyak untuk ibunya, mumpung masih diberi kesempatan,"Maafkan saya Ibu..."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun