Ini adalah untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Lembaga Pemasyarakatan daerah setempat. Bukan untuk sambang sanak saudara namun untuk pertandingan volly persahabatan antara klub ibu-ibu Dharma Wanita. Sebetulnya saya sering melewati Lapas tersebut, bahkan dulu waktu anak-anak sekolah di dekat Lapas setiap hari lewat di situ kecuali hari libur. Bangunan yang nampak kokoh berpagar besi, pintu dari kayu jati dan berdinding tembok tinggi.  Tertutup total nampak dari luar juga dari dalam hanya bisa melihat ke luar dengan sebelah mata. Apa sudah terpasang CCTV atau belum saya tidak sempat memperhatikannya. Hanya rasa penasaran ingin tahu bagaimana sih situasi di dalam Lapas itu. Pintu pertama yang nampak dari depan seperti tembok dari kayu, halaman luar yang tidak terlalu lebar terdapat kursi panjang dari besi  berjajar rapi, sepertinya tempat menunggu para saudara atau sanak keluarga yang akan besuk. Begitu petugas membuka pintu mempersilahkan kami masuk, ada sedikit area pembatas yang dipagari dari besi, lalu halaman Lapas yang kami pakai bermain volly. Antara halaman yang difungsikan sebagai lapangan volly plus futsal dengan tempat para napi masih ada pagar pembatas lagi dari besi  dan ada penjaganya pula. Entah ada jadwal istirahat atau dispensasi nonton pertandingan volly ibu-ibu yang jelas begitu kami memasuki halaman volly, para napi telah duduk di taman kecil sekitar lapangan. Memang tidak semua napi yang menonton volly hanya cukup untuk meramaikan lapangan saja.  Para napi di tepi sebelah kanan sedang kami ibu-ibu duduk di sebelah kiri lapangan. Agak merinding juga sih sebetulnya, takut mereka mengingat-ingat wajah kami he..he...he... Setelah semua team bersalaman segera permainan volly dimulai.  Nah kesempatan buat saya ingin memperhatikan lebih jauh kondisi dalam lapas. Dari pembatas halaman di pojok paling depan ada tempat ibadah musholla/ masjid kurang jelas, lalu ruangan-ruangan seperti kamar sel kali, dari depan kurang jelas. Namun sepintas sepertinya over kapasitas. Iseng-iseng saya ajak ngobrol seorang ibu dari Dharma Wanita Lapas... " Rutin ya latihan volly-nya, kok nampak kompak permainannya," aku pancing pertanyaan sekenanya. "Biasa aja kok Bu, musiman di sini ini, ibu-ibu masih perlu suport untuk kegiatan olah raganya. Apalagi kadang sulit cari pelatih. Kadang-kadang ada napi yang bisa dijadikan pelatih tapi kalau sudah keluar ya sepi lagi latihannya. Pemainnya juga terbatas hanya ibu-ibu ini saja yang aktif bahkan kalau kurang kami nambah dari napi he..he..he..." jelasnya. " Oh..begitu ya, sepertinya banyak juga penghuni lapas di sini." " Iya Bu memang cukup banyak, bahkan kelebihan muatan. Kalau senam pagi saja dibuat bergelombang, bergantian begitu.  Kan halamannya nggak muat Bu. Kepala Lapas yang dulu orangnya baik Bu, kami sering diberi kostum dan sepatu baru, kan ada napi  kaya yang memberi, seperti anaknya juragan emas itu kan pernah tinggal di sini. " " Wah...polos sekali Ibu ini ya... itu kan sama artinya kepala lapas sekarang jarang memberi kostum dan sepatu baru. Ah...takut, ntar ada yang dengar dan tahu masalah ini...he.he..he..." Tiba-tiba bola terlempar melesat ke atas genting dan berhenti pada talang air sehingga tidak bisa turun jika tidak diambil pakai bantuan kursi atau tangga kecil. Seorang pegawai lapas menyuruh napi yang masih anak-anak seusia anak SMA untuk mengambil bola. Dengan tangkas anak itu mengambil bola dan bola sudah kembali ke lapangan. Saya merenung dalam hati, "Kesalahan apa ya yang menyebabkan anak ini harus menjalani hidup di dalam lapas."  Terbayang anak lelakiku yang saat ini ikut kegiatan kirab Anugerah Widya Pakarti di Surabaya, juga kakaknya yang saat ini menjadi MC dalam seminar IT di Garden Palace ," Yaa Rabb...lindungi anak-anak kami dari semua godaan syetan dan kemaksiatan." Permainan volly cukup seru dan masing-masing team bermain seimbang. Permainan pertama dan kedua dimenangkan team kami. Berikutnya kami mengeluarkan team yang yunior agar bisa berlatih bersama. Suasana akrab dan sangat guyup silaturahim sore ini, apalagi kebetulan kostum kami warnanya sama biru. Hidangan penyemangat beberapa macam gorengan, buah, pisang rebus dan air mineral dipersilahkan untuk dinikmati, namun sayang awan mendung cukup tebal tanda hujan segera turun, butiran-butiran air kecil berjatuhan. Akhirnya permainan terakhir tidak sampai satu set hanya setengah set saja. Terima kasih Ibu-ibu dan Bapak-bapak Lapas yang memberi kesempatan pada kami untuk sambang di sini. Bukan kemenangan yang kami cari namun persahabatanlah yang menyatukan kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H