Mohon tunggu...
Lygia Pecanduhujan
Lygia Pecanduhujan Mohon Tunggu... Penulis - Creative Writer, influencer, Blogger, Content Contributor, Social Worker, Backpacker, Founder Digiefood Indonesia, Founder of Baklavanesia

Bookografi A Cup of Tea for Single Mom (Stiletto Books, 2010), A Cup of Tea for Complicated Relationship (Stiletto Books, 2011), Storycake for Ramadhan (Gramedia Pustaka Utama, 2011), Emak Gokil, the Anthology (Rumah Ide, 2011), For the Love of Mom, the Anthology (2011), Storycake for Amazing Mom, the Anthology (Gramedia Pustaka Utama, 2011), Hot Chocolate for Broken Heart (Cahaya Atma Pustaka, 2012), Hot Chocolate for Dreamers (Cahaya Atma Pustaka, 2012), Storycake for Backpackers (Gramedia Pustaka Utama, 2013), Balotelli versus Zlatan (Grasindo, 2013), Jurus 100% Pensiun Kaya (Bisnis Sapi) with Raimy Sofyan (Grasindo, 2014), Ronaldo versus Messi, duet with Astri Novia (Grasindo, 2014), World Cup Attack (Grasindo, 2014), AC Milan versus Inter Milan (Grasindo, 2014), Van Persie versus Luiz Suarez (Grasindo, 2014), 101 Kisah Cinta Sepanjang Masa (Grasindo, 2014), As Creative as Steve Jobs (Grasindo, 2014), Peluk ia Untukku (ghostwriter) (Grasindo, 2014), Peruntungan Cinta Menurut Zodiak & Shio di Tahun Kambing 2015 (Menggunakan nama pena: Tria Astari, Penerbit Grasindo, 2015), 50 Ritual Malam Miliader Dunia bersama Honey Miftahuljannah (Grasindo, 2015)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Selangkah Menuju PON XIX & PEPARNAS XV Jabar 2016

16 Desember 2015   07:08 Diperbarui: 16 Desember 2015   11:27 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kompasianers Bandung Berpose di Depan Kantor Gedung Sate"][/caption]Tahun 1989 dan 1993,

Seorang gadis cilik yang sedang beranjak dewasa, bersama-sama dengan adik lelaki satu-satunya, tak bisa melepaskan pandangan matanya dari televisi. Bukan film anak-anak atau film kartun yang sedang mereka tonton, melainkan lintasan-lintasan berita yang diputar di sebuah chanel milik pemerintah, yang sedang menyiarkan tentang pertandingan-pertandingan seru berbagai cabang olahraga dalam rangka Pekan Olahraga Nasional (PON) yang diselenggarakan di Jakarta.

Dalam bayangannya, PON itu sangat hebat. Sangat dinanti-nanti, ajang olahraga tingkat nasional yang paling keren. cukup dengan menonton di televisi saja rasanya sudah sangat puas. Beragam pertandingan yang terus menerus disiarkan di layar kaca itu mampu menyedot perhatian dan konsentrasi mereka, terutama saat-saat pengumuman perolehan medali sementara. Prosesi pengalungan medali bagi sang juara pun tak luput dari perhatian dan kekaguman mereka. Mimpi-mimpi dilangitkan. Mereka membayangkan diri masing-masing menjadi atlet yang berlaga di PON dan pulang membawa medali emas. Saat itu, cabang olahraga Renang, Bulu Tangkis, dan Atletik menjadi cabang-cabang olahraga di PON yang menjadi favorit mereka.

Setelah 1993 berlalu ...

Segera saja PON menjadi terlupakan. Gadis cilik itu tumbuh menjadi seorang remaja yang sangat menikmati dunianya saat itu. Menonton Televisi menjadi hal terakhir yang dilakukannya setelah seharian beraktifitas di sekolah. Memasuki masa SMA hingga kuliah, disibukkan dengan aktif di berbagai organisasi, urusan menikmati PON menjadi terpinggirkan. Apalagi mimpi menjadi atlet, wah.. sudah sangat jauh tertinggal di belakang sana. Malah nyaris tak pernah peduli lagi apakah PON masih berlangsung atau pun tidak.

Namun, sebuah undangan yang mampir di bulan Desember 2015 berpuluh tahun kemudian, membuat gadis cilik yang sekarang sudah tidak bisa dibilang cilik lagi itu tiba-tiba tersadar dan merasa terlempar ke masa lalu. Undangan menghadiri Gathering Kompasianers bersama Panitia PON XIX yang konon akan dihadiri langsung oleh orang nomer satu di Jawa Barat itu membuat saya, si (mantan) gadis cilik itu merasa sangat bungah. Rasanya seperti mimpi, Event olahraga nasional terbesar di Indonesia yang dulu hanya bisa dinikmati di layar kaca akhirnya sekarang dilaksanakan di Jawa Barat sebagai tuan rumah, dan saya beruntung sudah berpindah "kewargapropinsian" menjadi "Urang Bandung" yang berkesempatan meninjau langsung proses persiapannya jelang dilaksanakan di medio 2016 tahun depan.

Saat yang dinantikan itu pun tiba. 7 Desember 2015, saya bersama 22 orang Kompasianer lain bersama-sama hadir di Gedung Sate dan tak sabar untuk segera meninjau persiapan PON XIX yang sekaligus diadakan bersamaan dengan PEPARNAS yang ke XV, yaitu Pekan Olahraga Paralimpik Nasional yang merupakan pekan olahraga bagi para penyandang disabilitas.

[caption caption="Kompasianer Asyik Live Tweet"]

[/caption]

 

Bicara mengenai logo dan maskot PON Jabar 2016 yang mengusung tagline "Berjaya di Tanah Legenda", ada banyak filosofis yang menyertai pemakaian logo dan maskot tersebut.

[caption caption="Logo & Maskot PON dan PEPARNAS Jabar 2016"]

[/caption]

 

Obor yang mengambil bentuk Kujang, yaitu senjata tradisional khas Jawa Barat ini memiliki warna merah yang ada di bagian atas yang melambangkan semangat juara. Untuk mendukung ini, Jawa Barat juga mengusung tagline "Jabar Kahiji" sebagai penyemangat bagi para atlet yang akan berlaga di ajang tersebut. Sementara itu, 5 bagian warna obor tersebut secara keseluruhan adalah refleksi dari lima jari manusia, sebagai simbil bahwa dalam PON Jabar 2016 nanti, kemenangan Insya Allah akan kembali ada dalam genggaman Jawa Barat.

Selain logo, adapula Maskot yang dipakai untuk mewakili event akbar tersebut. Maskot yang dipergunakan adalah Surili, monyet asli Jawa yang terancam nyaris punah. Surili ini aslinya mungil dan lucu lho ... Mengapa dipilih Surili sebagai maskot? Karena hewan ini lucu, bersahaja, lincah, dan lengkingannya hangat. Ini dianggap dapat mewakili sifat dan kemampuan para atlet yang akan berlaga sebagai perwakilan wilayahnya masing-masing. Dalam maskot, Surili menggunakan iket kepala khas sunda yang mencerminkan tradisi dan karakter masyarakat Jawa Barat, yaitu Cageur, Bageur, Bener, jeung Pinter.

Lanjut ke event Gathering kemarin,

Dari Gedung Sate kami melakukan perjalanan menempuh kemacetan lalu lintas menuju daerah Setia Budi tepatnya ke Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Di sana kami disambut oleh Bapak Sampurno selaku penanggung jawab pembangunan gedung-gedung olahraga di UPI yang akan digunakan dalam PON dan PEPARNAS Jabar 2016 nanti. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Gymnasium yang rencananya akan dipakai untuk cabang olahraga Hoki Indoor. Gymnasium yang awalnya adalah gedung yang hanya memiliki satu lantai, saat ini sedang dibangun menjadi dua tingkat di mana pertandingan akan dilaksanakan di tingkat kedua. Sementara bagian bawah akan dimanfaatkan untuk menjadi ruang Atlet, Ruang wasit, tempat pemanasan atau warming up, dan lain sebagainya. Kapasitas penonton pun jelas akan bertambah dibanding sebelumnya.

 

[caption caption="Ini Tempat Dimana para Pemain Hoki Indoor akan bertanding"]

[/caption]

Luas lapangan yang akan dipakai untuk pertandingan Hoki Indoor ini adalah 33 meter x 55 meter persegi, dan difasilitasi dengan lift untuk penonton difabel. Luar biasa bukan? Pembangunan yang saat dilakukan adalah pembangunan tahap I yang harus segera selesai paling lambat akhir Desember 2015 ini. Itu sebabnya para pekerja sibuk bekerja keras berusaha menyelesaikan semuanya agar siap tepat waktu. Jika dana sudah ada, akan langsung dilanjutkan dengan tahap kedua dengan target selesai secara keseluruhan 100% adalah bulan Juni. Di tahap kedua ini, target utamanya adalah menyelesaikan seluruh lantai II agar siap ketika dipakai bertanding. Untuk para penonton yang ingin ikut menyaksikan jalannya pertandingan, tidak perlu takut kesulitan mencari toilet. Karena di tiap lantai telah disediakan 12 toilet dengan 4 closet dan 8 Urinoir di masing-masing bloknya.

Setelah puas melihat-lihat kesiapan UPI membangun fasilitas di Gymnasium, kami berjalan menuju lapangan luar yang akan menjadi tempat pertandingan bagi Softball Puteri. Di sini kami disambut oleh Bapak Sofwan selaku penanggung jawab pembangunan di sana. Lapangan tersebut akan dibangun dalam dua tahap. tahap pertama difokuskan pada pembangunan lapangan, sedang tahap kedua adalah membangun tribun penonton, toilet, ruangan pelatih, hingga ke fasilitas parkir. Dekan FPOK UPI yang menyempatkan hadir pada sesi itu menjelaskan bahwa pihak UPI bangga bisa ikut ambil bagian dalam event PON dan PEPARNAS Jabar ini. Jika Jawa Barat ingin menjadi #JabarKahiji dan menjadi juara, maka target 25% medali harus berhasil dimenangkan oleh Jabar, dan 10%nya adalah menjadi tanggung jawab FPOK UPI.

[caption caption="Gymnasium"]

[/caption]

[caption caption="Lapangan Softball Untuk Cabang Olahraga Softball Puteri"]

[/caption]

[caption caption="Sporthall untuk Cabang Olahraga Sepak Takraw"]

[/caption]

[caption caption="Kolam Renang Internasional Milik UPI"]

[/caption]

 

Begitulah, berturut-turut kami diajak berkeliling tak kenal lelah dari Gymnasium hingga Sporthall, dari Kolam renang hingga Lapangan Skateboard di Sabuga. Kegiatan kami hari ini dilengkapi dengan jamuan makan siang nan lezat dan nikmat khas hidangan priangan di Rumah Makan Bancakan yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari Gedung Sate. Kehadiran Gubernur Jawa Barat selaku Ketua Umum PB PON dan PEPARNAS Jawa Barat 2016 membuat suasana makan siang menjadi begitu luar biasa dan extraordinary. Bayangkan saja, kapan lagi kita bisa makan siang ngalimet alias nikmat sambil beramah tamah dengan Gubernur dalam suasana yang sangat santai dan cair? Melihat langsung Bapak Ahmad Heryawan dari jarak sangat dekat, beliau sangat ramah dan membumi.

Saya, tak mau melewatkan kesempatan begitu saja. Begitu melihat ada peluang, saya langsung duduk di sebelah Kang Aher, demikian beliau biasa disapa, dan memintanya untuk selfie bersama saya. Oho! Saat itu, sayalah Kompasianer pertama yang nekad mengajak Kang Aher selfie. Kemudian Kang Aher mengajak kami berdiskusi dan sharing tentang persiapan PON dan PEPARNAS. Beliau meminta dukungan kami selaku Kompasianer Bandung untuk turut berperan aktif menyebarluaskan informasi tentang PON dan PEPARNAS ini kepada masyarakat luas. Jika kami tertarik, kami juga bisa mendaftarkan diri untuk menjadi bagian dari Relawan PON. Saya tentu saja mau!

Saya menilai, Jawa Barat sudah layak dan mampu menjadi tuan rumah event olahraga terbesar di Indonesia ini. Tinggal beberapa tahap lagi, semoga di tahun depan, segala sesuatu berhasil diselesaikan tepat waktu sesuai target dan jadwal hingga event ini dapat berjalan dengan lancar dan sukses, serta tentu saja Jabar mampu menjadi juara seperti harapan semua orang warga Jawa Barat pada khususnya. #JabarKahiji, BISA!

Kegiatan di hari itu ditutup dengan satu bonus yang diberikan oleh Bapak Ateng selaku Humas Gedung Sate, khusus untuk Kompasianer Bandung. Yaitu, kesempatan untuk masuk ke dalam Gedung Sate dan menuju Menara untuk melihat Bandung dari atas! Whuaaaaa, kesempatan langka bagi saya dan teman-teman! Meskipun terus terang saja, sepanjang berada di lantai atas dan naik ke menara, saya merasakan suasana yang agak "Spooky" di sana. Hmm, rupanya indera keenam saya masih bisa berfungsi dengan baik. Tapi semua itu tak menyurutkan semangat saya untuk seseruan norak bareng teman-teman lain berfoto, heboh!

[caption caption="Me and Him"]

[/caption]

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun