Kompasiana Nangkring: RISHA, Kau Berada di Mana? - Tidak ada banyak orang yang tahu bahwa nun di tengah kota Bandung, tepatnya hanya berjarak beberapa meter dari Trans Studio yang lokasinya menjadi satu dengan Trans Studio Mall, Hotel Ibis, dan Hotel Trans yang nyaris tak pernah sepi pengunjung, ada sebuah tempat yang menyimpan banyak hal menarik di dalamnya. Sebuah tempat yang cukup megah, luas, asri, namun saya mungkin tidak tahu tempat semacam apakah itu jika suatu hari tidak mendapatkan undangan Event Kompasiana Nangkring Bersama Kementerian PUPR.
Di pagi hari yang sangat cerah saat itu, saya seperti memasuki dunia baru yang membuat saya merasa ‘gegar’. Tepat pukul 07.00 pagi, kaki saya telah menjejak halaman Grha Wiksa Praniti, Puslitbang Permukiman, Badan Litbang Pekerjaan Umum, yang terletak di Jalan Turangga no. 5-7 Bandung.
Tenang saja, penampakannya tidak “seseram” namanya. Setidaknya, seperti itulah kesan yang pertama kali saya tangkap ketika kaki saya melangkah menuju area gedung yang masih sepi. Mungkin sayalah peserta pertama dari event Kompasiana Nangkring bersama Kementerian PUPR hari itu, yang merupakan salah satu acara dalam rangkaian Kolokium Kementerian PUPR yang mengambil tema “Mengupas Penerapan Teknologi Hasil Litbang Bidang Permukiman: Inovasi Teknologi Dalam Mewujudkan Permukiman Layak Huni dan Berkelanjutan (Program Permukiman 100-0-100)”.
Sebelum acara dimulai, saya dan rekan-rekan #KBandung berkesempatan untuk melihat-lihat pameran yang ada di bagian dalam Grha Wiksa Praniti tersebut. Pertama kali melihat pameran itu, seketika saya langsung merasa takjub. Betapa tidak, pameran semenarik itu, yang dipenuhi oleh berbagai teknologi menarik seputar pemukiman, teknologi pengolahan air limbah, hingga drainase permukiman ramah lingkungan dengan Sub-Reservoar Air hujan, sangat sepi pengunjung. Gaungnya nyaris tak terdengar dibanding hingar bingar teriakan para pengunjung Trans Studio Mall yang asyik bermain beraneka wahana permainan yang sejujurnya bagi saya sama sekali tak ada apa-apanya dibanding pameran itu, selain hanya merupakan sarana hiburan semata.
[caption id="attachment_365998" align="aligncenter" width="300" caption="Pintu Masuk Menuju Dunia Teknologi (Foto Dok. Pribadi)"][/caption]
[caption id="attachment_365997" align="aligncenter" width="410" caption="Mejeng Dulu Sebelum Acara Dimulai (Foto Dok. Pribadi)"]
Ketika acara bincang-bincang bersama Kementerian PUPR yang diberi tajuk “Kompasiana Nangkring bersama Kementerian PUPR” itu dimulai dan dipandu oleh Mbak Wardah Fajri dari Kompasiana Jakarta, saya memilih duduk paling depan untuk mendengarkan ilmu yang bagi lulusan fakultas Hukum seperti saya adalah ilmu yang sama sekali baru.
[caption id="attachment_366000" align="aligncenter" width="300" caption="Narasumber dari Kementerian PUPR (Puslitbang Puskim). Foto Dok. Pribadi"]
Narasumber yang hadir saat itu adalah Bapak Sarbidi, Bapak Iwan, dan Bapak Budiono yang merupakan perwakilan dari Kementerian PUPR dan Puslitbang Puskim. Mereka dengan sigap menjelaskan program-program Kementerian PUPR dan berbagai inovasi teknologi yang telah mereka hasilkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah khususnya dalam bidang permukiman, yaitu mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
[caption id="attachment_365999" align="aligncenter" width="300" caption="Water Tapp, Teknologi Pengolahan Air Hujan Menjadi Air Siap Minum di Lingkungan Puslitbang Puskim Kementerian PUPR (Foto Dok. Pribadi)"]
Konsep yang diusung oleh Puslitbang Puskim Kementerian PUPR dalam mewujudkan visi dan misinya itu salah satunya adalah dengan melaksanakan Program Permukiman 100-0-100 di mana maksudnya adalah 100 sistem pengolahan air dengan 0 permukiman kumuh dan 100 bangunan RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat).
Untuk mewujudkan sistem pengolahan air, Pihak Puslitbang telah menciptakan sebuah inovasi teknologi pengolahan air limbah, salah satunya melalui sistem Bio Filter, di mana teknologi tersebut telah mampu mengolah air limbah rumah tangga menjadi air yang dapat digunakan kembali dalam rumah-rumah tangga.
[caption id="attachment_366001" align="aligncenter" width="300" caption="(Foto Dokumen Pribadi)"]
Untuk membuat angka Zero bagi permukiman kumuh, pemerintah sendiri melalui Puslitbang Puskim telah menciptakan teknologi RISHA yaitu Rumah Instan Sederhana Sehat di mana rumah tersebut sangat mudah dibangun, dengan harga yang jauh lebih terjangkau. Kunci yang dipegang pemerintah dalam mengembangkan teknologi ini adalah Menekan biaya serendah mungkin, menjaga mutu dengan berbagai standar, dan dapat dibangun dalam waktu cepat.
Soal waktu, tidak usah diragukan lagi, karena telah terbukti, RISHA dibangun dengan teknologi pracetak yang dapat dibongkar pasang (knockdown). Membutuhkan 3 panel utama dengan ukuran dan jumlah yang berbeda-beda sesuai kebutuhan, RISHA dapat dibangun kurang lebih hanya dalam waktu 7 hari saja. Bahkan, RISHA dengan tipe 36 dapat dibangun dalam waktu 24 jam jika semua komponennya telah tersedia. Tak hanya itu, RISHA ini dapat dipindahkan ke lokasi yang berbeda lho! RISHA pertama kali dibangun dan diujicobakan di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) pada saat terjadi Tsunami dan gempa di tahun 2004 silam. Saat ini, contoh Rumah RISHA juga dapat ditemui di Kampung Petogogan, Jakarta.
[caption id="attachment_366002" align="aligncenter" width="300" caption="Contoh RISHA yang Ada di Halaman Grha Wiksa Praniti, Bandung (Foto Dok. Pribadi)"]
Salah kalau ada yang mengira bahwa RISHA hanya dapat dipakai untuk bangunan rumah semata, karena pada kenyataannya, RISHA telah dipakai menjadi bangunan rumah, sekolah, hingga poliklinik. Saat ini baru ada empat lokasi aplikator RISHA di seluruh Indonesia, yaitu di Padang, Bogor, dan 2 lokasi berada di Bandung.
Huft, rasanya waktu sedemikian cepat berlalu, karena saya masih asyik mendengarkan penjelasan dari para narasumber, dan sesekali mengambil foto. Saya takjub ketika menyadari bahwa air minum yang digunakan di lingkungan Puslitbang Puskim adalah air minum yang berasal dari airhujan yang diolah sedemikian rupa dengan inovasi dan teknologi hingga menjadi air layak minum!
Hari menjelang siang ketika kami bergeser menjauhi lokasi dan berpindah sekian ratus kilometer menuju Desa Sindang Pakuon, Kecamatan Cimanggu, Sumedang, yang menjadi tempat proyek percontohan Risha dan Teknologi Pengolahan Air serta Drainase Permukiman yang ramah lingkungan, di mana lokasi tersebut juga menjadi salah satu lokasi dari empat Aplikator RISHA yang ada di Indonesia.
[caption id="attachment_366003" align="aligncenter" width="300" caption="Salah Satu dari Empat Aplikator RISHA, Hasil Kerjasama dengan Korea (Foto Dok. Pribadi)"]
[caption id="attachment_366005" align="aligncenter" width="300" caption="Ada 3 Jenis Panel yang Diproduksi di Lokasi Aplikator RISHA (Foto Dokumen Pribadi)"]
[caption id="attachment_366006" align="aligncenter" width="300" caption="Teknologi Pengolahan Air DAS Citarik, Desa Sindang Pakuon, Sumedang (Foto Dok. Pribadi)"]
Di desa Sindang Pakuon inilah program Kementerian PUPR dilaksanakan, seperti membangun MCK, RISHA, dan sistem pengolahan limbah dan air hujan. Hasilnya didistribusikan kepada seluruh masyarakat desa. Sementara biaya operasionalnya berasal dari hasil mengolah air menjadi air siap minum yang dijual dan kelak keuntungannya akan dipakai untuk membiayai proyek tersebut.
[caption id="attachment_366007" align="aligncenter" width="300" caption="MCK Percontohan yang Dibangun Oleh Puslitbang Puskim di Desa Sindang Pakuon (Foto Dokumen Pribadi)"]
Hingga jelang senja, dan saya bersama seluruh KBandung bertolak pulang kembali ke Bandung, benak saya masih saja dipenuhi beragam info yang saya dapat seharian itu. Luar biasa, hanya itu yang mampu terucap lirih dari mulut saya di sela rasa lelah luar biasa yang menyerang.
Sungguh, saya merasa sangat beruntung bisa menjadi bagian dari Kolokium yang diadakan oleh Puslitbang Puskim Kementerian PUPR tersebut, meski rasanya saya sangat terlambat entah berapa puluh tahun. But, beter late than never, right?
[caption id="attachment_366008" align="aligncenter" width="300" caption="Pemandangan Gunung Geulis yang Luar Biasa di Halaman Belakang MCK (Foto Dokumen Pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H