Mohon tunggu...
Entra Lydya
Entra Lydya Mohon Tunggu... IRT -

Aku ingin menuliskannya agar aku selalu mengingatnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cinta Dari Amerika Untuk Anak-Anak Bengkalis dari Seorang Kartini

16 Mei 2015   05:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:57 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menempuh jenjang pendidikan di luar negeri dimasa sekarang bukanlah sesuatu yang sulit. banyak generasi muda Indonesia yang berlomba lomba mendapatkannya baik biaya sendiri maupun beasiswa. Dengan harapan pulang ke Indonesia dapat memperoleh pekerjaan diperusahaan perusahaan besar, karena sudah pasti gelar yang didapat dari luar negeri merupakan nilai tambah bagi seseorang yang ingin mencari pekerjaan ataupun membangun bisnis di Indonesia.

Tidak terkecuali dengan wanita cantik yang satu ini, Nadira Raras Purdayinta, wanita berbakat kelahiran Bandung tahun 1990 ini adalah salah satu lulusan Cornel University, New York dibidang Policy Analysis and Management. Tidak hanya dibidang pendidikan, Nadira juga ikut sebagai penerima grant dari freeman foundation persatuan keluarga berencana Indonesia, dan juga pernah berpartisipasi dalam konferensi Generation 21 di Washinton.D.C. Selain itu dia juga memiliki pengalaman sebagai tutor, asisten guru, dan asisten riset bagi profesor. Dan dari semua pengalamn inilah Nadira memiliki passion dibidang pendidikan dan kemanusiaan.


Sumber: Dokumentasi pribadi Nadira

Ada sebuah desa bernama Desa Bantan Air di daerah Bengkalis Provinsi Riau. Desa ini masih kental akan budayanya, masih berlakunya sistem suku mayoritas dan minoritas, pola pikir tentang hidup yang hanya bekerja dengan cukup bisa membaca dan menulis, sikap anak-anak yang masih cenderung tertutup dan konvensional. Wilayahnya yang terdiri dari tanah gambut, sehingga air disana berwarna merah, sehingga mereka memanfaatkan air hujan untuk diminum.

Didesa inilah Nadira mendedikasikan hidupnya (passion) sebagai tenaga pengajar di SDN 25 desa Bantan Air, melalui program INDONESIA MENGAJAR, yaitu program pemerintah yang mengirimkan orang orang terpilih melalui seleksi sebagai tim pengajar di daerah pedalaman dan pedesaan selama satu tahun (Desember 2013-Januari 2015)., dimana sebelumnya Nadira bekerja disalah satu perusahaan consulting besar di Indonesia. bagi sebagian orang mungkin ini disayangkan, tapi bagi seorang Nadira si kartini pergi ke desa untuk mengabdi merupakan suatu pencapaian hidup.

Yang ingin saya sampaikan yang dapat menginspirasi dalam tulisan saya ini adalah, banyaknya wanita wanita lain yang mempunyai pendidikan dan pengalaman seperti Nadira, tapi tidak banyak yang ingin/mau melakukan apa yang dilakukan kartini zaman sekarang, meninggalkan pekerjaan yang sangat bagus untuk mengabdi di daerah dan meninggalkan sejenak gemerlap ibukota. Hidup ini semakin individualis, hanya meningkatkan kualitas pribadinya masing masing, tentulah tidak salah, tetapi kita harus mensyukuri dan semakin terpacu untuk ikut memajukan kesejahteraan orang lain, khususnya anak anak di pedesaan.

Adapun Nadira mengabdikan diri sebagai guru bahasa inggris, tentu saja ini sangat baik mengingat sekolah sekolah SD di pedesaan masih jarang mempunyai guru bahasa inggris. Dia mengajar di kelas III dan kelas IV, dimana anak anak ditingkat ini lebih membutuhkan perhatian dan pendekatan. Ada beberapa kendala dalam proses belajar disana, yang menyebabkan anak anak itu menjadi tertutup, marah, pembangkang yaitu mereka belum pernah melihat dunia luar.

Inilah yang dilakukan Nadira di desa itu, selalu mencari cara bagaimana supaya anak anak itu bisa terbuka satu sama lain, merasa nyaman, sehingga tertarik untuk belajar. Anak anak tidaklah mudah dihadapi sehingga diperlukan metode untuk mendorong mereka belajar, dan lebih bewawasan luas yaitu: membaga siswa kedalam beberapa kelompok kecil, belajar bersama di alam terbuka, bermain, bernyanyi, bercerita bersama agar merka tidak bosan sehingga tertarik untuk belajar.

14310293761034111370
14310293761034111370
14310294341578436441
14310294341578436441

Sumber: Dokumentasi pribadi Nadira

Sebagai contoh yaitu seorang anak kelas III bernama Awi, yang dipilih guru IPAnya menjadi peserta olimpiade sains, dan wah ini sangat mengejutkan, karena konon katanya anak dari suku asli di desa ini sangat jarang untuk bias seperti Awi karena bagi mereka merke bersekolah hanya supaya bisa membaca dan menulis. satu dua kali Awi tidak pernah hadir latihan belajar, karena Awi merasa tidak nyaman belajar bersama karena dia berasal dari suku asli, yang katanya mereka sangat berbeda dengan suku pendatang lainnya, dan tindakan yang diambil Nadira adalah bertanya kepada Awi apa yang dia inginkan. Dan diapun menginginkan belajar sendiri secara terpisah dan Ibu kartii inipun mengajarinya di posyandu Baca:( http://indonesiamengajar.org/cerita-pm/nadira-purdayinta-3/menembus-konon-katanya)

143102953986513641
143102953986513641
143103050025704952
143103050025704952
Sumber:Dokumentasi pribadi Nadira

Saya bertanya melalui private massage kepada si Ibu Kartini ini, mengapa dia melakukan semua ini? Ada keindahan disana, ketika kita dapat melakukan sesuatu untuk kebaikan orang lain juga beberapa alasan lainnya: pertama Aset negara kita Indonesia ini adalah para generasi muda, tidak hanya dari sisi akademisnya saja, tetapi juga meningkatkan perilaku yang baik, berwawasan luas, merangkul, supaya lebih positif, kedua dia terharu melihat perjuangan guru-guru khususnya yang di daerah dengan segala keterbatasannya (sistem birokrasi, gaji yang terlambat sampai enam bulan), dan yang ketiga semangat anak anak untuk belajar dan keinginan untuk melihat dunia luar dan keluar dari bengkalis.

Mengapa Nadira bisa menjadi kartini masa kini yang menginspirasi? karena dia mau berbuat untuk anak anak desa itu, dia membawa perubahan bagi mereka, dan dia mau berbeda dengan wanita wanita lainya. berikut ungkapan hati Nadira "Kartini"


Mereka yang kerap dicap malas, kadang kasar, ternyata memiliki hati yang begitu lembut, tulus.  Tak heran kalau mereka cepat bosan dengan metode belajar konvensional di kelas.  Mereka punya sekolah alam yang bisa mengajarkan mereka begitu banyak hal-hal menakjubkan.  Mereka melihat, mendengarkan, dan merasakan apa yang alam perlihatkan, suarakan kepada mereka, anak-anak ini membuat sayabanyak belajar.  Mereka mengajari saya untuk belajar dari alam. Mereka mengajari saya untuk apa adanya, Mereka mengajari saya untuk terus memupuk rasa penasaran, rasa haus untuk belajar.  Anak-anak ini bicara lewat bahasa kejujuran, dan saya sangat merasakan itu. Prejudis yang kadang menghentikan kita untuk berbuat baik.  "konon katanya..." yang membuat kita mundur dan tak mau berinteraksi dengan segelintir orang.   Masih banyak ketulusan di sudut-sudut tanah air kita, atau bahkan di sekitar kita, yang tak kasat mata, tapi ia ada di sana”.

Dan pada akhirnya Nadira membawa perubahan disekitarnya, bahwa di negeri ini masih banyak ketulusan, negara kita butuh rakyat yang mau belajar, masih banyak Nadira nadira di bangsa kita ini yang mempunyai sikap keharuan dan optimisme bahwa indonesia mempunyai generasi muda yang mau belajar yang mana mereka perlu dipimpin, perlu dirangkul dengan semangat dan upaya yang maksimal. Nadira pergi ke Amerika mencari ilmu, dan ilmunya itu dibawa pulang untuk anak-anak di daerah bengkalis sebagai kado untuk Awi dan anak anak lainnya dan yang pasti mereka akan selalu ingat apa yang diajarkan dan pengalaman mereka belajar bersama Kartini "Nadira"

14310301271146718584
14310301271146718584
14310305681005309551
14310305681005309551
Sumber: Dokumentasi pribadi Nadira

Nadira Raras Purdayinta adalah wanita hebat yang mampu membuat wanita lain kagum padanya, wanita sabar, sabar menghadapi anak-anak itu, dia wanita tegar dalam kondisi apaun di desa itu, dan dia wanita yang sangat komunikatif yang mampu beradaptasi dengan anak anak disana, ya, itu yang dia lakukan, berteman dengan anak-anak itu, belajar bersama, bermain dan tertawa bersama alam, mandi disungai, dengan begitu tercipta rasa nyaman sehingga proses belajar mereka berjalan baik, dengan pemikiran yang lebih terbuka bahwa kesempatan untuk mereka sangat banyak diluar sana. Anak anak, ya, kita hanya perlu bersahabt dengan mereka. kiranya Nadira ini bisa menjadi contoh untuk wanita wanita di luar sana yang dapat memberikan perubahan bagi orang lain.

Jika ingin mengenal Nadira bisa lewat Facebook Nadira Raras Purdayinta dan Instagram @Nadirararasp


Sebagai penutup saya lampirkan sebuah ungkapan: "It is not what we look at that matters, it is what we see."  (Henry David Thoreau)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun