Sebagai contoh yaitu seorang anak kelas III bernama Awi, yang dipilih guru IPAnya menjadi peserta olimpiade sains, dan wah ini sangat mengejutkan, karena konon katanya anak dari suku asli di desa ini sangat jarang untuk bias seperti Awi karena bagi mereka merke bersekolah hanya supaya bisa membaca dan menulis. satu dua kali Awi tidak pernah hadir latihan belajar, karena Awi merasa tidak nyaman belajar bersama karena dia berasal dari suku asli, yang katanya mereka sangat berbeda dengan suku pendatang lainnya, dan tindakan yang diambil Nadira adalah bertanya kepada Awi apa yang dia inginkan. Dan diapun menginginkan belajar sendiri secara terpisah dan Ibu kartii inipun mengajarinya di posyandu Baca:( http://indonesiamengajar.org/cerita-pm/nadira-purdayinta-3/menembus-konon-katanya)
Saya bertanya melalui private massage kepada si Ibu Kartini ini, mengapa dia melakukan semua ini? Ada keindahan disana, ketika kita dapat melakukan sesuatu untuk kebaikan orang lain juga beberapa alasan lainnya: pertama Aset negara kita Indonesia ini adalah para generasi muda, tidak hanya dari sisi akademisnya saja, tetapi juga meningkatkan perilaku yang baik, berwawasan luas, merangkul, supaya lebih positif, kedua dia terharu melihat perjuangan guru-guru khususnya yang di daerah dengan segala keterbatasannya (sistem birokrasi, gaji yang terlambat sampai enam bulan), dan yang ketiga semangat anak anak untuk belajar dan keinginan untuk melihat dunia luar dan keluar dari bengkalis.
Mengapa Nadira bisa menjadi kartini masa kini yang menginspirasi? karena dia mau berbuat untuk anak anak desa itu, dia membawa perubahan bagi mereka, dan dia mau berbeda dengan wanita wanita lainya. berikut ungkapan hati Nadira "Kartini"
Mereka yang kerap dicap malas, kadang kasar, ternyata memiliki hati yang begitu lembut, tulus. Tak heran kalau mereka cepat bosan dengan metode belajar konvensional di kelas. Mereka punya sekolah alam yang bisa mengajarkan mereka begitu banyak hal-hal menakjubkan. Mereka melihat, mendengarkan, dan merasakan apa yang alam perlihatkan, suarakan kepada mereka, anak-anak ini membuat sayabanyak belajar. Mereka mengajari saya untuk belajar dari alam. Mereka mengajari saya untuk apa adanya, Mereka mengajari saya untuk terus memupuk rasa penasaran, rasa haus untuk belajar. Anak-anak ini bicara lewat bahasa kejujuran, dan saya sangat merasakan itu. Prejudis yang kadang menghentikan kita untuk berbuat baik. "konon katanya..." yang membuat kita mundur dan tak mau berinteraksi dengan segelintir orang. Masih banyak ketulusan di sudut-sudut tanah air kita, atau bahkan di sekitar kita, yang tak kasat mata, tapi ia ada di sana”.
Dan pada akhirnya Nadira membawa perubahan disekitarnya, bahwa di negeri ini masih banyak ketulusan, negara kita butuh rakyat yang mau belajar, masih banyak Nadira nadira di bangsa kita ini yang mempunyai sikap keharuan dan optimisme bahwa indonesia mempunyai generasi muda yang mau belajar yang mana mereka perlu dipimpin, perlu dirangkul dengan semangat dan upaya yang maksimal. Nadira pergi ke Amerika mencari ilmu, dan ilmunya itu dibawa pulang untuk anak-anak di daerah bengkalis sebagai kado untuk Awi dan anak anak lainnya dan yang pasti mereka akan selalu ingat apa yang diajarkan dan pengalaman mereka belajar bersama Kartini "Nadira"
Nadira Raras Purdayinta adalah wanita hebat yang mampu membuat wanita lain kagum padanya, wanita sabar, sabar menghadapi anak-anak itu, dia wanita tegar dalam kondisi apaun di desa itu, dan dia wanita yang sangat komunikatif yang mampu beradaptasi dengan anak anak disana, ya, itu yang dia lakukan, berteman dengan anak-anak itu, belajar bersama, bermain dan tertawa bersama alam, mandi disungai, dengan begitu tercipta rasa nyaman sehingga proses belajar mereka berjalan baik, dengan pemikiran yang lebih terbuka bahwa kesempatan untuk mereka sangat banyak diluar sana. Anak anak, ya, kita hanya perlu bersahabt dengan mereka. kiranya Nadira ini bisa menjadi contoh untuk wanita wanita di luar sana yang dapat memberikan perubahan bagi orang lain.
Jika ingin mengenal Nadira bisa lewat Facebook Nadira Raras Purdayinta dan Instagram @Nadirararasp
Sebagai penutup saya lampirkan sebuah ungkapan: "It is not what we look at that matters, it is what we see." (Henry David Thoreau)