Mohon tunggu...
Lydia Prifta H. S.
Lydia Prifta H. S. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai! Gue Lydia mahasiswa program studi Public Relations and Digital Communication di UNJ. Happy Reading!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Women Support Women: Nyata Adanya atau Mitos Belaka?

17 Juni 2023   21:27 Diperbarui: 17 Juni 2023   21:53 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukti Hate Speech (Sumber : IG @rachelvennya) 

Sebagai pengguna media sosial, pasti kalian pernah melihat hate speech yang diberikan seorang pengguna ke pengguna lainnya. Hate speech (ujaran kebencian) merupakan bentuk komunikasi antar individu yang bersifat menjelekkan, melecehkan, mengintimidasi atau menghasut kebencian (provokasi) terhadap individu/kelompok. 

Menurut Raharjo (dalam Harefa, 2017), penggunaan internet dapat membawa perubahan positif dan negatif. Dampak negatif yang sering terjadi adalah penyebaran suatu berita yang memiliki muatan negatif seperti penghinaan atau pencemaran nama baik melalui jejaring sosial.

Di tahun 2017 saja, Polri telah menangani 3.325 kasus kejahatan hate speech yang naik 44,99% dari tahun sebelumnya. Dan kasus yang mampu diselesaikan sebanyak 2.108 kasus. 

Di media sosial sendiri, seperti instagram, tiktok atau twitter kita banyak menemukan hate speech yang mungkin dapat membuat pemilik akun merasa sedih dan terhina. Contohnya seperti, "ih cewek kok kulitnya hitam, gak mandi ya?", "Badannya kayak habis lahiran, diet dong, mba!". Ini hanya dua contoh lho, masih banyak bentuk hate speech lainnya yang mungkin tidak kalian sadari.

Pasti kalian juga udah sering dengar, kan? Tentang women support women. Namun sayangnya, masih banyak perempuan yang belum bisa merealisasikan hal itu. Mungkin ketika memberi komentar, mereka tidak menyadari bahwa kalimat yang mereka ketik dapat menyakiti hati orang lain. Tapi ada juga yang tahu bahwa itu tidak baik dan tetap melakukannya, hal inilah yang sangat disesali.

Menurut metrum.co.id, women support women diartikan sebagai "lingkup pertemanan antara satu perempuan dengan perempuan lainnya yang selalu memberikan support yang positif antara satu sama lain tanpa memandang orang tersebut". 

Ilustrasi Women Support Women (Sumber : iStock)
Ilustrasi Women Support Women (Sumber : iStock)

Sudah ada banyak organisasi dan kegiatan sosial yang menyuarakan mengenai gerakan ini. Contohnya belum lama ini adanya gerakan Women's March, ada juga organisasi lain seperti Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), Solidaritas Perempuan dan lainnya. Namun memang dalam prosesnya ada saja tantangan, seperti tidak semua berpikiran bahwa sesama perempuan harus saling mendukung. Dibuktikan dengan masih adanya hate speech yang dilontarkan ke sesama perempuan.

Adanya tindakan hate speech dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internalnya seperti perasaan ingin dianggap lebih baik ataupun adanya rasa insecure dan tersaingi. Ada juga faktor ingin ikut-ikut saja karena melihat komentar buruk dari orang lain. Terlepas dari hal yang melatarbelakangi munculnya hate speech, gejala sosial ini sangat merugikan orang lain dan harus dikendalikan.

Bukti Hate Speech (Sumber : IG @rachelvennya)
Bukti Hate Speech (Sumber : IG @rachelvennya)

Bukti Hate Speech (Sumber : IG @rachelvennya) 
Bukti Hate Speech (Sumber : IG @rachelvennya) 

Korban yang menerima hate speech, memiliki kondisi psikis yang berbeda-beda. Ada yang tidak terlalu memikirkan, namun ada juga yang langsung merasa stres dan tertekan. Terlebih karena hate speech ini terjadi di media sosial yang dapat dilihat langsung oleh khalayak ramai, korban dapat merasa terintimidasi dan overthinking terhadap pemikiran orang lain terhadap dirinya.

Dilansir dari Mediaindonesia.com, dampak psikologis korban hate speech dapat mudah depresi, marah, cemas, merasa gelisah, menyakiti diri sendiri, hingga percobaan bunuh diri. Ada pula dampak sosialnya seperti, korban bisa mengucilkan diri, merasa kehilangan percaya diri, lebih sensitif kepada teman dan keluarga. 

Seperti survei yang pernah dilakukan oleh Ditch the Label, yakni kegiatan amal anti bullying nasional di Inggris, dampak terburuk yang dirasakan oleh korban adalah jatuhnya harga diri dalam kehidupan sosial dan hancurnya rasa percaya diri dalam diri mereka.

Ilustrasi Perasaan Stres (Sumber : Suara.com) 
Ilustrasi Perasaan Stres (Sumber : Suara.com) 

Lalu, bagaimana cara membangun solidaritas sesama perempuan? Mungkin kalian bisa melakukan ini. 

1. Berkomunikasi dengan empati: Cobalah untuk memahami perspektif dan posisi orang lain sebelum berkomentar. 

2. Menghargai perbedaan: Setiap individu memiliki latar belakang, pengalaman hidup, dan pandangan yang berbeda. Dalam melihat perbedaan, kita dapat belajar satu sama lain dan saling melengkapi. 

3. Mendukung satu sama lain: Tunjukkan dukungan dan semangat kepada sesama perempuan dengan memberikan apresiasi dan dorongan positif. 

Mulai sekarang, mari kita lebih bijaksana sebelum berkomentar serta saling menghormati dan menghargai seluruh perempuan Indonesia. #WomenSupportWomen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun