***
,,Sheila, inget pesen mama, sampai di Berlin, kamu telpon mama, kabarin mama. Terus jangan banyak ngerepotin tante Kus dan on Galing yah,” pesan mama wanti-wanti.
,,Siip Ma, insyaAllah Sheila kabarin kalau udah sampe sana. Iya Ma, janji, Sheila gak nakal. Hehehe,” jawab Sheila sambil melemparkan tawanya.
Sesampainya di Berlin, Sheila akan tinggal di rumah om dan tantenya. Adik papanya, tante Kus, menempuh pendidikan master bersama suaminya di sana. Mendengar kedatangan Sheila, tante Kus dan om Galing sangat senang dan berencana mengajak Sheila untuk keliling kota Berlin. Tante Kus juga tidak kalah jago main piano disbanding dengan Sheila. Oleh karena itu, Sheila tidak repot-repot untuk membeli piano lagi di sana karena grand piano sudah tersedia di rumah tantenya.
***
,,Wuah... jadi ini toh gerbang Brandenburg! Keren!,” seru Sheila ketika turun dari mobil tantenya.
,,Iya La, hehehe. Lihat ke atasnya deh! Ada Quadriga dengan Viktoria, ” ujar tantenya
,,Wuah, iya tante!,” serunya lagi.
,,Aku ke deket sana sebentar ya, tante!,” lanjut Sheila mendekati gerbang itu.
Sesosok pria bertubuh tinggi, sedikit gemuk, berkulit putih, dan berwajah segar menghampiri Sheila dalam jarak satu meter.
,,Sheila,”
Sheila segera menoleh dan menyadari bahwa ia kenal dengan suara yang memanggilnya.
,,Bintang!” seru Sheila kaget.
,,Aku tahu, kamu akan berhasil,La. Aku tahu, kita akan dipertemukan di suatu tempat. Dan ternyata, Allah mempertemukan kita di kota ini. Gratuliere !,” ucap Bintang.
,,Alhamdulillah, Bintang,,” ujarnya serak menahan air mata.
-The End-