***
Sepulangnya dari rumah Bu Annie, Sheila mulai menyentuh piano yang terletak di sudut kamarnya. Ia memulai permainannya dengan lagu Close to You – Sena. Partitur sederhana baginya, namun kembali permainannya tersendat pada partitur yang memiliki tanda dinamik mf. “Huh, lagi-lagi tanda ini yang gak match sama musikku,” keluhnya kesal. Tersentak ia teringat akan kata-kata Bintang, “Mainkan dengan hatimu, Sheila.” Kembali ia memainkan jemarinya di atas tuts piano. Matanya terpejam dan ia merasakan makna yang terkandung dalam lagu itu. “Mainkan dengan hati, Sheila,” kini ia mengulang kalimat itu dalam hati. Sempurna. “Terima kasih, Bintang,” gumamnya singkat. Wajahnya merah padam mengingat nasihat Bintang waktu lalu.
***
Hari-hari berlalu dengan cepat, seiring berlalunya realisasi program rumah singgah, kelulusan Sheila dalam sidang, dan taubatnya Amanda. Satu hal yang paling menyedihkan, yaitu kepergian Bintang. Setelah proyek rumah singgah yang dilakukan oleh Bintang, Sheila, Nia, dan teman-teman kampus termasuk gadis yang tidak disangka-sangka akan datang membantu, Amanda, itu selesai, tidak ada yang mengetahui kepergian Bintang. Begitu pula dengan orang tua angkat Bintang, Pak Reno dan Bu Shaula. Mereka menceritakan yang sesungguhnya kepada Sheila tentang Bintang. Terlihat jelas kekecewaan di muka Sheila, apalagi saat ia mengetahui penyakit Bintang. Ia tidak menyangka bahwa Bintang secepat ini meninggalkannya. Ia pun sudah memesankan tiket untuk Bintang agar dapat turut hadir di acara audisi young pianist yang akan berlangsung empat hari lagi. Namun, kini sia-sia sudah usahanya. Pria yang selalu mendukungnya kini telah hilang bak ditelan bumi.
Sheila menetapkan hatinya untuk terus ikut dalam audisi itu. Ia ingat janjinya pada Bintang. Setidaknya ia dapat mempersembahkan musiknya untuk sahabatnya itu, meski kesedihan merasuk dalam hatinya. Sheila akan membawakan dua buah lagu dalam audisi itu, satu lagu bebas dan satu lagu yang Lagu yang telah ditentukan oleh panitia pelaksana, yaitu The Humiliation of Drupadi milik Ananda Sukarlan dan Chendra Panatan. Sheila memilih Close to You – Sena untuk dimainkan sebagai lagu bebasnya.
Hari audisi telah tiba. Sheila telah mempersiapkan lagu-lagu yang ia akan mainkan. Pagi, siang, dan malam, ia habiskan waktu dengan pianonya untuk latihan. Ada kekuatan yang timbul dan ia tahu berasal dari kepercayaan dan keteguhan hatinya. Kini ia berani dan ia berjanji untuk menyalurkan makna yang sesungguhnya melekat dari lagu yang akan dibawakannya.
Malam audisi yang berlangsung di Teather Kecil, Taman Ismail Marzuki itu dihadiri oleh empat orang juri, termasuk Ananda Sukarlan. Sheila terpesona dengan permainan piano beberapa peserta yang sempurna. Ia pun tak ingin kalah dan akan ia tunjukkan kemampuannya di hadapan juri dan peserta lainnya. Beberapa adik asuhnya, Bu Annie, Marlyn, dan Nia, ikut menghadiri acara audisi itu untuk memberikan semangat kepada Sheila.
,,Peserta selanjutnya, Sheila Amara Melodi,” panggil MC.
Sheila keluar dari balik tirai panggung, ia berjalan ke samping grand piano dan menundukkan badan untuk menyampaikan salam hormat kepada juri dan penonton. Dengan mengatur posisi badannya agar tegak, ia mulai memainkan jarinya. “Bismillahirrahmanirrahim,” ucapnya dalam hati. Lagu pertama yang ia mainkan adalah lagu wajib dari Ananda Sukarlan. Ia membawakannya dengan lancar sesuai dengan ketukan dari masing-masing not balok dan tanda dinamiknya tanpa mengubah makna yang tersirat dari lagu itu sendiri. Kata-kata Bintang selalu ia ingat dengan baik. Lagu kedua yang ia bawakan, Close to You, akan dipersembahkan untuk Bintang. Ia tahu apa saja yang tertulis di partitur, namun untuk lagu ini, ia melupakan semua aturan yang ada di sana. Sheila memainkannya dengan penuh perasaan dan ia berhasil memainkannya untuk orang lain, bukan hanya untuk dirinya. Para juri dan hadirin di aula itu berdiri dan bertepuk tangan atas permainan piano yang dibawakan Sheila. Sheila kembali memberikan salam penghormatannya.
Latihannya selama berminggu-minggu tidak sia-sia. Ia meraih peringkat kedua dan membawa pulang beasiswa untuk Bachelor Degrees of Music di The Royal College of Music - London. Namun, dua bulan ke depan, ia diwajibkan ikut serta untuk resital piano tunggal dan duet yang akan diadakan di Berlin Philharmonic, Jerman. Rasanya seperti mimpi ketika ia mendengar namanya dipanggil untuk menerima beasiswa atas kemenangannya dalam audisi itu. Ia memanjatkan syukur kepada Sang Khalik atas anugrah yang diberikan kepadanya. Tak lupa, ia juga mengucapkan terima kasih kepada para sahabatnya dan adik-adiknya. Ia menyampaikan berita gembira itu kepada kedua orang tuanya. Awalnya ayah dan ibunya kaget mendengar keputusan Sheila untuk mengambil beasiswa yang tidak sejalan dengan program S1nya itu. Namun, karena itu adalah impian Sheila dari kecil, akhirnya kedua orang tuanya merestuinya.
,,Bintang, aku bisa! Aku menang! Andai kamu ada di sini, Bin,” gumam Sheila sedih.